Pecinta Sholawat Al-Fatih

Pecinta Sholawat Al-Fatih Kesempurnaan hanya milik Alloh SWT, kekurangan hanya milik kita

Bersama Darul Falah Al-burdah    orang
20/08/2024

Bersama Darul Falah Al-burdah orang

19/08/2024
17/08/2024

Viral video an

KUDA KOSONG MUNCUL HANYA 1 TAHUN SEKALI , Hanya ada d CIANJUR
16/08/2024

KUDA KOSONG MUNCUL HANYA 1 TAHUN SEKALI , Hanya ada d CIANJUR

Sejarah Kuda Kosong l Hanya Muncul 1 Tahun Sekali Di Cianjur Assalamualaikum Wr Wb, Sampurasun Mugia Rahayu Sagung Dumadi Edisi kali ini saya "Sang Panggugah...

(Sinau sejarah leluhur nuswantoro) SILSILAH TRAH SUNAN KALIJAGASunan Kalijaga adalah salah satu dari Wali Songo. Beliau ...
14/08/2024

(Sinau sejarah leluhur nuswantoro)
SILSILAH TRAH SUNAN KALIJAGA

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Wali Songo. Beliau adalah salah satu leluhur trah Kraton Mataram Islam.
Disebutkan didalam serat yang tertulis dalam Babad dijelaskan bahwa silsilah Sunan Kalijaga sbb:

Arya Teja I , Adipati Tuban menurunkan Arya Teja Laku menjadi punggawa di Kraton Majapahit. Arya Teja Laku (Arya Teja II ) menurunkan:
1. Arya Lembu Sura, Bupati Surabaya
2. Dewi Umuni, menikah dengan Prabhu Brawijaya II bergelar Dewi Panurun

Arya Lembu Sura bupati ing Surabaya, menurunkan putra 6:
1. Arya Nembé punggawa ing Majapahit,
2. Arya Lembu Sana bupati ing Surabaya,
3. Arya Kendhi Wiring punggawa Majapahit,
4. Retna Panjawi menikah dengan Prabu Brawijaya III,
5. Arya Sendhi punggawa ing Majapahit,
6. Dèwi Surati menikah dengan Panji Suralaya.

Arya Nembé punggawa di Kraton Majapahit, menurunkan putra 2:
1. Arya Tèja III Adipati di Tuban,
2. Arya Danu punggawa ing Majapahit.

Arya Tèja III Adipati ing Tuban, puputra 6:
1. Pangèran Ibrahim ing Garesik,
2. Rara Johar menikah dengan Sunan Majagung ,
3. Rara Manik menikah dengan Syech Maulana Malik Maghribi menurunkan Raden Kidang Tilangkas atau Ki Ageng Tarub II, Ki Ageng Tarub II menurunkan Dewi Nawangsih
4. Rara Nila kasebut nama Nyai Ageng Manila menikah dengan Sunan Ngampèl Denta menurunkan Ratu Panggung ( Permaisuri Raden Patah, Raja Demak Bintoro )
5. Rara Pakaja menikah dengan Raja Pandhita Ngali Murtala ing Garesik,
6. Tumenggung Wilwatikta ing Jepara,

Tumenggung Wilwatikta menurunkan putra 3: 1. Perempuan menikah dengan Arya Timus, bupati Jepara,
2. Raden Sahid bergelar Sunan Kalijaga,
3. Radèn Wijil.

Sunan Kalijaga memiliki tiga orang istri, yakni Dewi Sarah, Siti Zaenab ( Putri Sunan Gunung Jati ), dan Siti Hafsah ( Putri Sunan Ampel Denta )

Sunan Kalijaga peputra 8:
Dari Siti Zaenab :
1. Ratu Pembayun, menikah dengan Sultan Trenggana, Raja Demak Bintoro
2. Raden Ayu Panengah menikah dengan Ki Ageng Ngerang III
3. Susuhunan Adi ing Kalijaga,
4. Pangèran Samudra
5. Raden Abdurrahman ( naik haji )

Dari Dewi Sarah :
1. Raden Umar Said (Sunan Muria),
2. Dewi Rukayah,
3. Dewi Sofiah.

I. Kanjeng Ratu Pembayun menikah dengan Sultan Trenggana menurunkan :
1. Ratu Mas Cempaka , menjadi Permaisuri Sultan Hadiwijaya Pajang bergelar Ratu Mas Pajang menurunkan Pangeran Benawa. Pangeran Benawa menurunkan Ratu Mas Hadi. Ratu Mas Hadi menikah dengan Panembahan Hadi Hanyokrowati menurunkan Sultan Agung.

2. Pangeran Timur , Panembahan Madiun , Bupati I Kadipaten Madiun menurunkan Retno Dumilah. Retno Dumilah menikah dengan Panembahan Senopati menurunkan Panembahan Juminah. Panembahan Juminah menikah dengan Ratu Mas Hadi ( janda Panembahan Hadi Hanyokrowati menurunkan Pangeran Balitar. Pangeran Balitar menurunkan Kanjeng Ratu Mas Balitar. Kanjeng Ratu Mas Balitar menikah dengan Sunan Pakubuwana I menurunkan Sunan Amangkurat IV.
Sunan Amangkurat IV menurunkan :
1. Pangeran Mangkunagara menurunkan KGPAA Mangkunagara I menjadi Pendiri Puro Mangkunagaran.
2. Pangeran Probosuyoso kelak menjadi Raja Kraton Mataram selanjutnya bergelar Susuhunan Pakubuwana II
3. Pangeran Mangkubumi kelak menjadi pendiri Kraton Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I.

II. Raden Ayu Panengah menikah dengan
Ki Ageng Ngerang III menurunkan :
1. Ki Pendjawi atau Ki Ageng Pati
2. Nyai Ageng Kemiri ing Pati

Ki Ageng Pati atau Ki Pendjawi menikah dengan putri Nyai Ageng Kemiri ing Pati menurunkan:
1. Kangjeng Ratu Waskita Jawi
2. Adipati Pragola Pati I

Kangjeng Ratu Waskita Jawi menikah dan menjadi Permaisuri Panembahan Senopati, Raja Mataram I. Berputra Panembahan Hadi Hanyokrowati ( Raja Mataram II )

Adipati Pragola Pati menurunkan :
1. Adipati Pragola Pati II
2. Raden Londoh ( Pangeran Ronggopati )

III. Susuhunan Adi ing Kalijaga peputra 2:
1. Ratu Mas Kadilangu,
2. Sunan Adi Kadilangu,

Sunan Adi Kadilangu menurunkan Sunan Kadilangu sèda ing Kanitèn, beliau menurunkan :
Panembahan Kadilangu sèda Kepuh, beliau menurunkan :
Panembahan Natapraja ing Kadilangu, beliau menurunkan putra 2:
1. Perempuan menikah dengan Panembahan Wijil Kadilangu,
2. Pangèran Natapraja ing Kadilangu.

Putri perempuan yang menikah dengan Panembahan Wijil ing Kadilangu, puputra 2:
1. Pangèran Wijil sèda ing Kartasura,
2. Radèn Ayu Danupaya.

Pangèran Wijil sèda ing Kartasura menurunkan putra bernama Pangèran Wijil Inthik-Inthik,
Pangeran Wijil Inthik Inthik menurunkan putra 2:
1. Pangèran Wijil kaping IV,
2. Radèn Kusuma.

Pangèran Wijil kaping IV puputra 5:
1. Pangèran Wijil kaping V,
2. Tumenggung Mangkupraja ing Demak,
3. Radèn Ayu Kaji Sumenep,
4. Radèn Ayu Kertadipa,
5. Radèn Wirakusuma.

Pangèran Wijil V menurunkan Pangèran Wijil VI,beliau menurunkan putra Pangèran Wijil VII

Sumber data :

1. Diambil dari Petikan Serat Soejarah karya Pujangga Harttati th 1935.

2. Silsilah Sunan Kalijaga yang ditulis oleh KRMAA Sosronagoro Patih Kraton Surakarta yang tertulis dalam naskah yang tersimpan di Perpustakaan Negeri Berlin, Jerman dengan kode Ms. Or. Fol. 3163

3. Lukisan Sunan Kalijaga yang tertempel di Pendopo Astana Kadilangu.

Al-Fatihah kagem Kanjeng Sunan Kalijaga

Semoga bisa menambah wawasan pengetahuan sejarah untuk semua🙏

13/08/2024

Blitar berada

13/08/2024
SILSILAH PRABU SILIWANGI Silsilah Prabu Siliwangi terbagi dalam kedua garis besar dari tiga istri yang berbeda. Keturuna...
11/08/2024

SILSILAH PRABU SILIWANGI

Silsilah Prabu Siliwangi terbagi dalam kedua garis besar dari tiga istri yang berbeda. Keturunannya menjadi pembesar kerajaan.

Silsilah Prabu Siliwangi diantaranya memiliki keturunan yang menjadi raja di sejumlah kerajaan di Jawa Barat (Jabar) hingga Banten.

Pada garis besar silsilah memang hanya memuat dari tiga istri. Kendati diriwayatkan Prabu Siliwangi menikah sampai 151 kali dan ada juga versi yang menyebut daftar 52 istri.

Diantara keturunannya tersebut kemudian menjadi pemimpin di tempatnya masing-masing seperti Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon.

Tidak hanya itu, silsilah dari Prabu Siliwangi tidak hanya mewarnai kerajaan yang bercorak Hindu. Namun, termasuk kesultanan yang bercorak Islam.

Berikut Silsilah Prabu Siliwangi secara garis besar seperti dirangkum dari berbagai sumber.

,シ

Assalamualaikum wr wb Sampurasun mugia Rahayu Sagung Dumadi   semua orang
07/08/2024

Assalamualaikum wr wb
Sampurasun mugia Rahayu Sagung Dumadi semua orang

05/08/2024

Gunung Gede Pangrango

04/08/2024

Jas Merah

PRASASTI CIARUTEUN BOGOR Berikut adalah fakta menarik tentang Prasasti Ciaruteun:1. 📜 Usia dan Sejarah: Prasasti Ciarute...
04/08/2024

PRASASTI CIARUTEUN BOGOR

Berikut adalah fakta menarik tentang Prasasti Ciaruteun:

1. 📜 Usia dan Sejarah: Prasasti Ciaruteun diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi, pada masa pemerintahan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara. Ini menjadikannya salah satu bukti tertua peradaban di Jawa Barat.

2. 📝 Bahasa dan Aksara: Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakan aksara Pallawa. Penggunaan bahasa dan aksara ini menunjukkan pengaruh kebudayaan India yang kuat pada masa itu.

3. 🔍 Isi Prasasti: Prasasti Ciaruteun mengandung puji-pujian terhadap Raja Purnawarman. Salah satu bagiannya menyebutkan tentang kekuatan dan keagungan raja, serta membandingkan telapak kaki raja dengan telapak kaki Dewa Wisnu.

4. 👣 Telapak Kaki: Salah satu ciri khas dari prasasti ini adalah adanya cetakan telapak kaki yang diyakini sebagai simbol kekuasaan dan legitimasi raja. Cetakan telapak kaki ini juga memperkuat hubungan antara raja dan dewa.

5. 🏛️ Penemuan dan Pelestarian: Prasasti ini pertama kali ditemukan pada abad ke-19 oleh seorang Belanda bernama N.W. Hoepermans. Kini, prasasti Ciaruteun telah dilindungi dan dijadikan objek wisata sejarah, dan terletak di dalam bangunan pelindung untuk menjaga kelestariannya.

6. 🗺️ Signifikansi Arkeologis: Prasasti ini memberikan wawasan penting tentang sejarah awal Nusantara, terutama mengenai perkembangan politik, agama, dan budaya di wilayah Jawa Barat pada masa itu.

 »» Pemerintah Sekuler banyak Sesatkan tentang Sejarah Atjeh untuk melemahkan Generasi Atjeh ««*seorang penulis buku yan...
04/08/2024



»» Pemerintah Sekuler banyak Sesatkan tentang Sejarah Atjeh untuk melemahkan Generasi Atjeh ««

*seorang penulis buku yang menemukan foto aslinya Cut Nyak Din dari negara penjajah adalah sosok muslimah yang menutup aurat.

Jahatnya skenario kaum penjajah,terus ditanamkan kepada anak-anak bangsa Atjeh, sehingga sejarahpun diplintirkan dan disuguhkan dengan bahasa yang manis,bahkan masuk menjadi memori yang tidak akan
terlupakan,pelajaran sejarah di negeri kapitalis.

Dalam pelajaran sejarah,Banyak pahlawan perempuan Atjeh yang digambarkan bersanggul dsb,seperti Cut Nyak Din,Cut Meutia,Panglima Laksamana Malahayati.
barangkali satu-satunya didunia ini Angkatan Laut yg dipimpin perempuan saat itu dan masih banyak lagi pahlawan-pahlawan perempuan aceh lainnya.

Saking alerginya pemerintah sekuler pada Islam yang benar, foto seorang muslimah yang menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya sanggup mereka rubah menjadi gambar wanita yang terbuka
auratnya, walaupun itu seorang wanita pahlawan nasional sekalipun.

Lihatlah foto asli ini dan lihatlah apa yang dilakukan sekuleris dengan gambar-gambar beliau di buku-buku pelajaran sejarah. Disini terlihat jelas, dibawah sistem sekuler, negara bukannya melindungi dan memurnikan akidah umat, tapi justru jadi biang perusakan akidah umat.

Selamatkan umat Islam negeri ini dengan membuang sistem kufur, sekulerisme dan kembali pada sistem Islam, Syariah dan Khilafah. Kita mengetahui juga bagaimana upaya VOC dan Belanda, untuk menekan kekuatan iman masyarakat Atjeh. Mereka mengirim para misionaris, untuk mengusik keimanan masyarakat Atjeh yang telah
mengkristal dengan islamnya.

Di pemerintahan Orde Baru, yang memulai jalan sekulerisasi di seluruh bidang, menekan masyarakat untuk tidak membangkitkan nilai-nilai keislaman yang tinggi. Akibatnya, masyarakat Atjeh sempat luntur keimanan mereka kepada Allah.

Namun, kekuatan iman yg begitu kristal itu tetap saja terus melahirkan hasil. Salah satunya, upaya Atjeh
untuk membumikan islam sebagai syariat manusia, telah diupayakan. Meskipun campur tangan sekuler tetap terlibat didalamnya.

Luar biasa...catat !!! Mereka muslimah yang taat !!! Dan ternyata seorang penulis buku yang menemukan foto aslinya Cut Nyak Din dari negara penjajah adalah sosok muslimah yang menutup aurat.
Subhanallah...
Alhamdulillah...
Allahu Akbar...
Semoga menjadi pelajaran bermanfaat buat
kita,siapkan diri menjadi anak unggul,dan ibu
cerdas,dengan Syariah !!

Denise All

&

03/08/2024

Sejarah Cianjur 11 : Rajamandala

Rajamandala adalah tempat yang dikenal di jalur Bandung – Cianjur, namun sejarahnya kurang diketahui. Dalam naskah Wangsakerta 1677, Rajamandala adalah julukan Prabu Purnawarman Raja Tarumanagara, yang tidak dijelaskan alasan penamaannya. Dalam agama Sunda Wiwitan, Mandala berarti surga tertinggi.

Dalam Wawacan Jampang Manggung, Rajamandala adalah julukan untuk Prabu Janglar Birawangsa, raja yang memprioritaskan kemakmuran rakyat dan beribadah sebagai pendeta tinggi. Rakyat menyebutnya Rajamandala, raja surga yang memberi kemakmuran.

Prabu Rajamandala menikah dengan Nyai Walini, cucu Adipati Cagenang. Dari pernikahan ini, lahirlah Jaka Toe yang menjadi Prabu Jaka Baleno. Setelah turun tahta, Janglar Birawangsa hidup sebagai pertapa di beberapa tempat termasuk Citarum Leutik, Gunung Gede Cianjur, dan Kampung Nyangkoek yang kini disebut Kampung Baduga. Di sana, Rajamandala wafat dan dikenal sebagai Embah Hakekat, dianggap sebagai wali penyebar Islam.

Prabu SiliwangiSri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pasundan, yang me...
03/08/2024

Prabu Siliwangi

Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi (Ratu Jayadewata) mengawali pemerintahan zaman Pasundan, yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.

Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua ketika ia menerima tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Susuktunggal. Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda - Kerajaan Galuh dan dinobatkan dengan gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk menuliskan situasi kepindahan keluarga kerajaan dapat dilihat pada Pindahnya Ratu Pajajaran.

Di Jawa Barat, Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana (kakeknya) alias Prabu Wangi (menurut pandangan para pujangga Sunda).

Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:

"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".

Indonesia: Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya.

Arti nama Siliwangi

Nama Siliwangi adalah berasal dari kata "Silih" dan "Wewangi", artinya sebagai pengganti Prabu Wangi. Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):

"Di medan perang Bubat, ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.

Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.

Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Tatar Sunda. Kemasyurannya sampai kepada beberapa negara di p**au-p**au Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan (rasa bangga kepada) keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Tatar Sunda. Oleh karena itu, nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi. Dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".

Leluhur

Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan fakta sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Wastu Kancana (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).

Orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Baduga (Dewa Niskala dan Susuktunggal) hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Wastu Kancana sebagai penguasa Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Prabu Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Wastu Kancana.

Masa muda

Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai ksatria pemberani dan tangkas, bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura (Amuk Murugul) waktu bersaing memperbutkan Subang Larang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalam berbagai hal, orang sezamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur di Bubat yang digelari Prabu Wangi.

Kebijakan dalam kehidupan sosial

Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):

Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran. Harus menitipkan ibukota di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa.

Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".

Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea. Karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.

Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibukota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".

Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.

"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan). Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dondang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dondang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.

Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (Di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya : menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).

Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah zaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkanna untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah jada dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.

Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekedar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan di tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.

Jadi "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.

Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.

Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahannya

Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah:

Carita Parahiyangan
Dalam sumber sejarah ini, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian :

"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. S**a kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".

(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).

Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.

Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2.
Naskah ini menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat atau lebih dikenal Sunan Gunung Jati menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. Syarif Hidayat masih cucu Sri Baduga dari Rara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka terlepas dari Pajajaran di Tatar Pasundan (Jawa Barat dan Banten).

Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati Istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.

Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menyerahkan diri dan masuk Islam.

Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang santri Syekh Quro).

Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.

Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun Pagelaran (formasi tempur) karena Pajajaran adalah negara yang kuat di darat, tetapi lemah di laut.

Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-p**aunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).

Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:

Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).

Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.

Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Imperium Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai. Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah p**a meresahkan pihak Demak.

Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya -- Walangsungsang alias Cakrabuana, Rara Santang, dan Raja Sangara -- diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).

Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing-masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai zaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan zaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are honest men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).

Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kep**auan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.

Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah Karuhun Kabeh dari Ciamis yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab Pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa Gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan) sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam zaman Pajajaran.

Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya.

Kultus Prabu Siliwangi

Sunda Wiwitan
Dalam kepercayaan tradisional Sunda Wiwitan, tokoh Prabu Siliwangi dihormati sebagai gambaran pemimpin ideal masyarakat Sunda. Ia dihormati dan diakui sebagai karuhun atau leluhur para menak atau bangsawan Sunda.

Hindu Dharma
Dalam kompleks Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, di lereng utara Gunung Salak, terdapat sebuah candi yang dibangun untuk memuliakan tokoh Sunda, Prabu Siliwangi. Pura ini terletak di Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Konghucu
Prabu Siliwangi dipuja dan memiliki altar tersendiri pada Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, Simpenan, S**abumi.

Uga Wangsit Siliwangi
Prabu Siliwangi memberikan petuah kepada keturunannya dalam bentuk wangsit yang disebut Uga Wangsit Siliwangi

Keterangan Foto: aksara pallawa pahatan abad 19

31/07/2024

Goa Pawon Cipatat Bandung

30/07/2024

Introz Sang Panggugah semua orang

Silsilah eyang sri baduga maharaja prabu siliwangi jaya dewata1.prabu dewa warman/prabu darma lokapala aji raksa gapura ...
30/07/2024

Silsilah eyang sri baduga maharaja prabu siliwangi jaya dewata
1.prabu dewa warman/prabu darma lokapala aji raksa gapura sagara -raja pertama salakanagara
2.prabu digwijayakasa dewawarman putra
3.prabu singa wijaya bimayasa wirya
4.ratu mahisa suramardini warman dewi
5.prabu sanghyang mokteng samudera
6.prabu bima digwijaya satyaganapati
7.prabu darmawirya dewa -raja 2 tarumanegara
9.prabu darmayawarma.
10.prabu purnawarman
11.prabu wisnu warman
12.prabu indra warman
13.prabu candra warman
14.prabu surya warman
15. Raja maharaja resi guru manik maya -raja kendan
16.raja suraliman-raja kendan
17.raja kandiawan -raja kendan
18. Prabu wretikandayun/maharaja suradarma jaya prakosa/raden danis wara-raja pertama kerajaan galuh
19.prabu rahiyang mandi minyak/prabu suraghana
20.prabu sanjaya haris darma
21.prabu ciung wanara /prabu sanghyang manarah
22.prabu sanghyang manistri/prabu lutung kasarung /prabu sanghyang guru minda
23.ratu mas purba sari
24.prabu sanghyang tari wulan
25.prabu sanghyang welengsa
26.prabu lingga bumi
27. Prabu danghyang guru wisuda
28.prabu hari murti
29.prabu yuda nagara
30.prabu lingga sakti
31.prabu resi guru darma satyadewa
32.prabu arya tunggal ningrat.
33.prabu darma kusuma
34.prabu darma siksa
35.prabu citra ganda
36. Prabu lingga dewata
37. Prabu lingga wesi
38. Prabu lingga hyang
39.prabu banyak larang
40. Prabu banyak wangi
41.prabu aji guna
42..prabu maharaja raga mulya luhur prabawa
43.prabu maharaja lingga buwana/prabu wangi
44.prabu maharaja niskala wastu kencana/prabu wangi sutah
45.prabu dewa niskala/prabu angga larang/prabu ningrat kencana-ratu dewi siti samboja-eyang sri baduga maharaja prabu siliwangi jaya dewata beliau adalah raja pertama kerajaan pajajaran yang mempersatukan kerajaan galuh dari ayah nya yaitu prabu dewa niskala dan kerajaan sunda dari uwa nya sekaligus mertua nya yaitu prabu susuk tunggal/prabu dewatpaka/prabu sang haliwungan serta kerajaan harimau putih yang di pimpin prabu giling wesi atau di kenal dengan nama ki maung bodas siluman harimau keturunan dari hutan sancang yang mendirikan kerajaan harimau putih di curug sawer kemudian ketiga kerajaan ini di sebut kerajaan pajajaran namun eyang sri baduga maharaja lebih memilih berkuasa di kerajaan pajajaran di pakuan sedang kerajaan galuh menjadi bawahan kerajaan pajajaran yang menjadi raja nya adalah adik kandung nya yaitu prabu ningrat wangi.sebelum menjadi raja beliau telah menikah dengan nyi mas ratu ambet kasih putri ki gedeng sindangkasih yang menjadi raja kecil di kerajaan surantaka memiliki anak 2.yaitu banyak catra dan banyak ngampar.setelah itu beliau menikah dengan nyi mas ratu subang larang putri ki gedeng tapa atau ki jumajan jati raja kecil dari kerajaan singapura sekaligus sebagai syahbandar pelabuhan muarajati.nyi ratu subang larang adalah muslimah yang taat karena berguru kepada syekh hasanuddin /syekh Quro.ketika menikah dengan nyi ratu subang larang inilah eyang sribaduga maharaja prabu siliwangi memeluk agama islam sampai akhir hayat nya dari pernikahan dengan nyi ratu subang larang di karuniai 3 orang anak .1.eyang prabu walang sungsang/pangeran cakra buana/pangeran cakra bumi/syekh haji abdullah iman/mbah kuwu sangkan .2.nyi mas rara santang /nyi mas ratu gamparan ibunda dari syekh syarif hidayatullah /sunan gunung jati.3.eyang prabu kian santang/syekh sunan rohmat suci/raja sangara sri gading anteg/haji mustofa yang makam nya di gunung nagara sedang keramat godog adalah tempat eyang prabu kian santang menempa diri atau tempat bertirakat beliau .setelah itu eyang sri baduga maharaja prabu siliwangi menikah lagi dengan putri uwa nya dari kerajaan sunda yaitu prabu susuk tunggal /prabu dewatpaka /prabu sang haliwungan yang bernama nyi ratu kentring manik mayang sunda/nyi mas padma wati adik dari prabu sura bima panji wirajaya /prabu amuk murugul raja kerajaan japura dari pernikahan dengan nyi ratu kentring manik mayang sunda /nyi mas padma wati dikarunia 2.orang anak .1.eyang prabu sura wisesa/prabu guru gantangan /ratu sanghyang/ratu samiam yang meneruskan tahta kerajaan pajajaran.2.prabu sang suro sowan yang menjadi raja di kerajaan wanten girang.prabu sang suro sowan adalah raja yang adil dan bijaksana seperti hal nya mendiang kakek buyut nya yaitu eyang maharaja prabu niskala wastu kencana dan juga ayah nya yaitu eyang sribaduga maharaja prabu siliwangi jaya dewata . Tidak pernah menghalang halangi rakyat nya untuk memeluk agama lain suatu ketika datang lah seorang ulama bernama ali rahmatullah yang menyebarkan agama islam sebelum beliau menemui bibi nya di kerajaan majapahit.lama ali rahmatullah di kerajaan wanten girang.menyebarkan agama islam bahkan dengan sukarela prabu sang surosowan memeluk agama islam beliau sangat sedih ketika ali rahmatullah memutuskan melanjutkan perjalanan ke kerajaan majapahit.namun tidak kemungkinan eyang sri baduga maharaja prabu siliwangi memiliki lebih dari 3 istri karena banyak sekali keturunan nya yang ter sebar. sekarang ada yang mengatakan beliau itu ngahiang/tilem/moksa yaitu meninggal tanpa meninggal kan jasad ada juga yang menyebutkan beliau berubah wujud menjadi harimau putih dan menghilang di hutan sancang ketika di kejar kejar oleh eyang prabu kian santang supaya masuk islam .saya sendiri tidak sependapat mana mungkin raja besar seperti beliau berubah menjadi harimau padahal beliau juga sudah masuk agama islam kenapa harus dipaksa lagi masuk islam .tapi menurut saya beliau meninggal wajar layak nya manusia pada umum nya namun makam beliau tidak ada yang tahu di mana letak nya.makam beliau ada di suatu tempat yang ter sembunyi namun ada yang menyatakan makam beliau berada di hutan sancang memang disana banyak di temukan makam makam kuno tak bernama mungkin salah satu dari makam itu makam beliau atau pun makam beliau masih tersembunyi di suatu tempat di karenakan beliau tidak ingin pusara nya di jadikan tempat orang meminta minta atau di kultuskan tetapi kenapa di setiap tempat ada yang mengatakan makam beliau mungkin di beberapa tempat adalah makom atau petilasan tempat beliau singgah.dari satu tempat ketempat yang lain.atau juga petilasan ketika beliau sudah lengser keprabon memilih menjadi seorang ulama dan menyebarkan agama islam bahkan beliau menamakan diri nya sebagai eyang haji Qudratullah .ketika masih beragama hindu sunda wiwitan selain ber guru kesaktian kepada mertua nya yaitu ki gedeng sindang kasih beliau bersama sama dengan prabu surabima panjiwirajaya/prabu amuk murugul berguru ilmu kanuragan dan kesaktian kepada resi batara kuncung putih di padepokan gunung galunggung .sedangkan ketika masuk agama islam beliau berguru kepada syekh hasanuddin/syekh Quro yaitu guru agama nyi ratu subang larang.dan di usia senja nya beliau menjadi penyebar agama islam keseluruh pelosok tatar pasundan sampai akhir hayat nya maka tak heran di beberapa tempat banyak petilasan beliau baik petilasan sewaktu muda untuk bertapa maupun petilasan ketika menyebarkan agama islam.entahlah pendapat yang lain nya namun saya pribadi meyakini bahwa eyang sri baduga maha raja prabu siliwangi jaya dewata meninggal seperti layak nya manusia pada umum nya dan tidak moksa atau ngahiang dan makam nya pun ada di suatu tempat dan tersamarkan.memang itu yang beliau inginkan sehingga makam beliau tidak banyak dikunjungi orang dibawah ini adalah sebagian nama lain dari beliau
1.raja sajagat
2.prabu indra kusumah
3.prabu tanduran gagang
4.prabu barangbang putih
5.prabu kuncung putih
6.prabu rangga malela
7.prabu pangeran sima lolong
8.prabu sangkan jati
9.prabu dewa surya brahma
10.prabu pangsengatan gelung
11.prabu ratu sobang
12.prabu ratu koang
13.prabu pangeran mangku negara
14.prabu batara ginggi
15.prabu ratu galuh pakuan pajajaran
16.prabu pangeran singsingamaharaja
17.prabu purba wisesa
18.prabu sangkan wayang
19.prabu ratu galuh munding kasari
20.prabu munding wangi
21.prabu sanghyang batu bedug
22.prabu sanghyang sangga buana
23.prabu sanghyang kecrik
24.prabu batara hiyang
25.prabu sanghyang pandita sakti
26.prabu anom jaya dewata
27.eyang cahaya gumilang
28.eyang rembang soka manggala
29.eyang lendra taruna mangkubumi
30.eyang pandita agung
31.eyang lempay koneng
32. Eyang batu puter
33.eyang parana
34.eyang srihimun hidayatullah
35.eyang haji Qudratullah
36.eyang lodaya agung
37 .ki ajar sancang pajajaran
38 .ki ajar sakti
39.kyai bentang alam
40 .ki lodaya sakti
41.pangeran pemanah rasa
42.mbah panembahan rasa
43.mbah puter bumi raksa kusumah
44.mbah patinggi
45.raden sakti hidayatullah
46.raden ikut datsyakanayana
47.raden taruna jaya kusumah mangkubumi sunda wenang sari
48.raden angga jaya sakti
43.raden mandur kencana

Jejak tapak, jejak leluhur
Pun pun...sampurasun..
Rahayu kamulyaning jagad

Address

Jln. Siliwangi
Cianjur Regency
43251

Telephone

+81573835586

Website

https://youtu.be/u28MRE0zwa0?si=I9o7uVZqzDceT9Zj

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Pecinta Sholawat Al-Fatih posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Pecinta Sholawat Al-Fatih:

Videos

Share

Nearby media companies


Other Digital creator in Cianjur Regency

Show All

You may also like