Syech Abdul Qadir Al Jaelani

Syech Abdul Qadir  Al Jaelani Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Rahimahullah, (bernama lengkap Muhyi al Din Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Al-Jailani).

@ TQN PATAS
(5)

25/09/2023

Yang Terdahulu Masuk Surga

Pada saat kiamat nanti, empat golongan yang dipastikan masuk surga tanpa hisab, dihadirkan di pintu surga. Mereka itu adalah orang alim (ulama) yang mengamalkan ilmunya. Orang yang beribadah haji yang tidak melakukan perbuatan merusak di dalam dan setelah hajinya, yakni hajinya mabrur. Orang yang mati syahid, terbunuh di jalan Allah, ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah. Dan yang terakhir adalah orang dermawan, yang mencari harta dengan jalan halal dan menginfaqkannya di Allah tanpa riya’.

Masing-masing golongan tersebut berebut untuk masuk surga terlebih dahulu, masing-masing dari mereka beranggapan bahwa mereka lebih utama dari kelompok lainnya. Karena tidak ada yang mengalah, maka Allah mengutus malaikat Jibril untuk memberi keputusan di antara mereka. Jibril menemui kelompok orang yang mati syahid dan berkata, “Apa yang kalian kerjakan sehingga kalian beranggapan bahwa kalian berhak memasuki surga terlebih dahulu!!”

Mereka berkata, “Kami telah mati syahid, terbunuh di jalan Allah, semata-mata untuk memperoleh keridhoan Allah!!”

Jibril berkata, “Dari siapakah kalian mendengar besarnya pahala mati syahid, sehingga merasa berhak masuk surga terlebih dahulu?”

Mereka berkata, “Dari para ulama!!”

Jibril berkata, “Jagalah sopan santun, janganlah kalian mendahului guru kalian!!”

Kemudian Jibril menemui kelompok orang yang berhaji mabrur, dan berkata, “Apa yang kalian kerjakan sehingga kalian beranggapan bahwa kalian berhak memasuki surga terlebih dahulu!!”

Mereka berkata, “Kami melaksanakan ibadah haji dan selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang merusak haji kami, yakni kami berhaji mabrur!!”

Jibril berkata, “Dari siapakah kalian mendengar besarnya pahala haji mabrur, sehingga merasa berhak masuk surga terlebih dahulu?”

Mereka berkata, “Dari para ulama!!”

Jibril berkata, “Jagalah sopan santun, janganlah kalian mendahului guru kalian!!”

Malaikat Jibril menemui kelompok kaum dermawan, dan berkata, “Apa yang kalian kerjakan sehingga kalian beranggapan bahwa kalian berhak memasuki surga terlebih dahulu!!”

Mereka berkata, “Kami selalu mencari harta dengan jalan yang halal, dan menginfaqkan di jalan Allah, ikhlas semata-mata mencari keridhoan Allah, tanpa disertai riya’!!”

Jibril berkata, “Dari siapakah kalian mendengar besarnya pahala dari apa yang kalian kerjakan itu, sehingga merasa berhak masuk surga terlebih dahulu?”

Mereka berkata, “Dari para ulama!!”

Maka malaikat Jibril berkata, “Jelaslah sudah, kalian para ulama, silahkan masuk surga terlebih dahulu!!”

Tetapi kaum ulama itu berkata, “Ya Allah, kami tidak bisa menghasilkan dan mengamalkan ilmu, kecuali karena kelapangan hati dan kebaikan para dermawan!!”

Maka Allah berfirman, “Benar perkataan kalian wahai orang alim. Wahai malaikat Ridwan, bukalah pintu surga untuk kaum dermawan, dan yang lainnya menyusul!!”

20/09/2023

Terima kasih kepada pengikut terbaru saya! Senang Anda bergabung!

Syam Syam, Fadlya, Andri Yanti, Pasa Pandawa, Andi Ewock Drong

18/09/2023

Seorang Yahudi Yang Merindukan Rasulullah SAW.

Hari Sabat, atau hari sabtu saat ini, adalah hari besar dimana para pengikuti ajaran Nabi Musa AS (pada masa Nabi SAW dikenal sebagai kaum Yahudi) dilarang melakukan aktivitas apapun kecuali untuk beribadah, berdzikir atau mempelajari kitab Taurat.

Suatu ketika, seorang lelaki Yahudi yang tinggal di Syam mengisi hari sabatnya untuk mempelajari kitab Taurat. Ia menemukan dalam Taurat tersebut ayat-ayat yang menyebutkan tentang sifat dan keadaan Nabi Muhammad SAW, nabi yang diramalkan akan turun sebagai penutup para Nabi-nabi, sebanyak empat halaman. Ia segera memotong empat halaman Taurat tersebut dan membakarnya.

Saat itu memang Nabi SAW telah diutus dan telah tinggal di Madinah. Sementara itu, beberapa orang pemuka dan pendeta Yahudi melakukan "indoktrinasi" kepada jamaahnya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorangpendusta. Jika ditemukan sifat dan cerita tentang dirinya dalam Taurat, mereka harus memotong dan membakarnya karena itu merupakan ayat-ayat tambahan dalam Taurat yang tidak benar. Lelaki Yahudi dari Syam tersebut adalah satu anggota jamaah sekte ini.

Pada hari sabtu berikutnya, ia juga mengisi harinya dengan melakukan kajian terhadap Taurat, dan ia menemukan delapan halaman yang menyebutkan tentang keadaan dan sifat-sifat Nabi SAW. Seperti kejadian sebelumnya, ia memotong delapan halaman tersebut dan membakarnya.

Pada hari sabtu berikutnya lagi, ia masih melakukan kajian terhadap Taurat, dan kali ini ia menemukan hal yang sama, bahkan ditambah dengan cerita tentang beberapaorang sahabat di sekitar beliau, dan ia menemukannya dalam 12 halaman. Kali ini ia tidak langsung memotongnya, tetapi ia berfikir dan berkata dalam hatinya, "Jika aku selalu memotong bagian seperti ini, bisa-bisa Taurat ini seluruhnya akan menyebutkan tentang sifat sifat dan keadaan Muhammad..!!"

Tentunya kita tidak tahu pasti, apakah memang kandungan Taurat seperti itu? Atau memang Allah SWT telah menggiring lelaki Yahudikepada hidayah-Nya, sehingga setiap kali dipotong, akan muncul secara ajaib (mu'jizat) pada halaman lainnya, lebih banyak dan lebih lengkap tentang keadaan Nabi Muhammad SAW.

Tetapi, tiga kali pengalaman kajiannya tersebut telah memunculkan rasa penasaran dan keingin-tahuannya yang besar kepada Nabi SAW. Bahkan dengan tiga kali kajiannya tersebut, seakan-akan sifat-sifat dan keadaan beliau telah lekat di kepalanya, dan seperti mengenal beliau sangat akrab.

Ia datang kepada kawan-kawan Yahudinya dan berkata, "Siapakah Muhammad ini?"

"Ia seorang pembohong besar (yang tinggal di Madinah)," Kata salah seorang temannya, "Lebih baik engkau tidak melihatnya, dan dia tidak perlu melihat engkau!!"

Tetapi lelaki Yahudi yang telah "melihat" dengan "ilmul yakin" tentang keadaan Nabi SAW ini, tampaknya tidak mudah begitu saja dipengaruhi teman-temannya. Seakan ada kerinduan menggumpal kepada sosok Muhammad yang belum pernah dikenal dan ditemuinya itu. Kerinduan yang memunculkan kegelisahan, yang tidak akan bisahilang kecuali bertemu langsung dengan sosok imajinasi dalam pikirannya tersebut. Ia berkata dengan tegas, "Demi kebenaran Taurat Musa, janganlah kalian menghalangi aku untuk mengunjungi Muhammad…!!"

Dengan tekad yang begitu kuatnya, teman-temannya itu tak mampu lagi menghalangi langkahnya untuk bertemu dengan Nabi SAW di Madinah. Lelaki Yahudi ini mempersiapkan kendaraan dan perbekalannya dan langsung memacunya mengarungi padang pasir tanpa menunda-nundanya lagi. Beberapa hari berjalan, siang dan malam terus saja berjalan, hingga akhirnya ia memasuki kota Madinah.

Orang pertama yang bertemu dengannya adalah Sahabat Salman al Farisi. Karena Salman berwajah tampan, dan mirip gambaran yang diperolehnya dalam Taurat, ia berkata, "Apakah engkau Muhammad?"

Salman tidak segera menjawab, bahkan segera saja ia menangis mendapat pertanyaan tersebut, sehinggamembuat lelaki Yahudi ini terheran-heran. Kemudian Salman berkata, "Saya adalah pesuruhnya!"

Memang, hari itu telah tiga hari Nabi SAW wafat dan jenazah beliau baru dimakamkan kemarin malamnya, sehingga pertanyaan seperti itu mengingatkannya kepada beliau dan membuat Salman menangis. Kemudian lelaki Yahudi itu berkata, "Dimanakah Muhammad?"

Salman berfikir cepat, kalau ia berkata jujur bahwa Nabi SAW telah wafat, mungkin lelaki ini akan p**ang, tetapi kalau ia berkata masih hidup, maka ia berbohong. Salman-pun berkata, "Marilah aku antar engkau kepada sahabat-sahabat beliau!"

Salman membawa lelaki Yahudi tersebut ke Masjid, di sana para sahabat tengah berkumpul dalam keadaan sedih. Ketika tiba di pintu masjid, lelaki Yahudi ini berseru agak keras, "Assalamu'alaika, ya Muhammad!"

Ia mengira Nabi SAW ada di antara kump**an para sahabat tersebut, tetapi sekali lagi ia melihat reaksi yang mengherankan. Beberapa orang pecah tangisnya, beberapa lainnya makin sesenggukan dan kesedihan makin meliputi wajah-wajah mereka. Salah seorang sahabat berkata, "Wahai orang asing, siapakah engkau ini? Sungguh engkau telah memperbaharui luka hati kami! Apakah kamu belum tahu bahwa beliau telah wafat tiga hari yang lalu?"

Seketika lelaki Yahudi tersebut berteriak penuh kesedihan, "Betapa sedih hariku, betapa sia-sia perjalananku! Aduhai, andai saja ibuku tidak pernah melahirkan aku, andai saja aku tidak pernah membaca Taurat dan mengkajinya, andai saja dalam membaca dan mengkaji Taurat aku tidak pernah menemukan ayat-ayat yang menyebutkan sifat-sifat dan keadaannya, andai saja aku bertemu dengannya setelah aku menemukan ayat-ayat Taurat tersebut….(tentu tidak akan sesedih ini keadaanku)!"

Lelaki Yahudi tersebut menangis tersedu, tenggelam dalam kesedihannya sendiri. Seakan teringat sesuatu, tiba-tiba ia berkata, "Apakah Ali berada di sini, sehingga ia bisa menyebutkan sifat-sifatnya kepadaku!"

"Ada," Kata Ali bin Abi Thalib sambil mendekat kepada lelaki Yahudi tersebut.

"Aku menemukan namamu dalam kitab Taurat bersama Muhammad. Tolong engkau ceritakan padaku ciri- ciri beliau!"

Ali bin Abi Thalib berkata, "Rasulullah SAW itu tidak tinggi dan tidak pendek, kepalanya bulat, dahinya lebar, kedua matanya tajam, kedua alisnya tebal. Bila beliau tertawa, keluar cahaya dari sela-sela giginya, dadanya berbulu, telapak tangannya berisi, telapak kakinya cekung, lebar langkahnya, dan di antara dua belikat beliau ada tanda khatamun nubuwwah!!"

"Engkau benar, wahai Ali," Kata lelaki Yahudi tersebut, "Seperti itulah ciri-ciri Nabi Muhammad yang disebutkan dalam Kitab Taurat. Apakah masih ada sisa baju beliau sehingga aku bisa menciumnya?"

"Masih!" Kata Ali, kemudian ia meminta tolong kepada Salman untuk mengambil jubah Rasulullah SAW yang disimpan Fathimah az Zahrah, istrinya dan putri kesayangan Nabi SAW.

Salman segera bangkit menuju tempat kediaman Fathimah. Di depan pintu rumahnya, ia mendengar tangisan Hasan dan Husain, cucu kecintaan Rasulullah SAW. Sambil mengetuk pintu, Salman berkata, "Wahai tempat kebanggaan para nabi, wahai tempat hiasan para wali!!"

"Siapakah yang mengetuk pintu orang yatim!" Fathimah menyahut dari dalam.

"Saya, Salman…" Kata Salman, kemudian ia menyebutkan maksud kedatangannya sesuai yang dipesankan oleh Ali.

"Siapakah yang akan memakai jubah ayahku?" Kata Fathimah sambil menangis.

Salman menceritakan peristiwa berkaitan dengan lelaki Yahudi tersebut, lalu Fathimah mengeluarkan jubah Rasulullah SAW, yang terdapat tujuh tambalan dengan tali serat kurma, dan menyerahkannya kepada Salman, yang langsung membawanya ke masjid. Setelah menerima jubah tersebut dari Salman, Ali menciumnya diiringi haru dan tangis, hingga sembab matanya. Jubah Rasulullah SAW tersebut beredar dari satu sahabat ke sahabat lainnya yang hadir, mereka menciumnya dan banyak yang menangis karena haru dan rindu kepada Nabi SAW, dan terakhir jatuh ke tangan lelaki Yahudi tersebut.

Lelaki Yahudi ini mencium dan mendekap erat jubah Nabi SAW dan berkata, "Betapa harumnya jubah ini…!!"

Dengan tetap mendekap jubah tersebut, lelaki Yahudi ini mendekat ke makam Rasulullah SAW, kemudian menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, "Wahai Tuhanku, saya bersaksi bahwa Engkau adalah Dzat yang Esa, Tunggal dan tempat bergantung (AshShomad). Dan saya bersaksi bahwa orang yang berada di kubur ini adalah Rasul-Mu dan kekasih-Mu. Saya membenarkan segala apa yang ia ajarkan! Wahai Allah, jika Engkau menerima keislamanku, maka cabutlah nyawaku sekarang juga..!!"

Tak lama kemudian lelaki Yahudi tersebut terkulai jatuh dan meninggal dunia. Ali dan para sahabat lainnya ikut terharu dan sedih melihat keadaan si Yahudi tersebut. Mereka segera memandikan dan mengurus jenazah lelaki Yahudi, yang telah menjadi muslim tersebut, dan memakamkannya di Baqi'.

Lelaki Yahudi ini bukanlah termasuk sahabat Nabi SAW, bahkan dalam keislamannya tersebut belum satupun shalat atau kefardhuan lain yang dilakukannya, tetapi kecintaan dan kerinduannya kepada NabiSAW membuatnya pantas kalau ia dimakamkan di Baqi' disandingkan dengan para sahabat beliau lainnya.

Yang Pertama Dibakar Api NerakaPada hari kiamat nanti, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan mengadili mahluk-mahluk...
15/09/2023

Yang Pertama Dibakar Api Neraka

Pada hari kiamat nanti, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi akan mengadili mahluk-mahluknya pada yaumul hisab (Hari Perhitungan). Tidak ada perkara, yang sangat kecil atau remeh sekalipun, apalagi yang besar, pasti akan didatangkan ke sidang pengadilan yang benar-benar adil tersebut. Tentunya ada pengecualian bagi orang-orang yang Allah memberikan Rahmat dan Kasih-Nya, yang Allah menutupi keburukan-keburukannya dan memaafkannya, sehingga Allah memasukkannya ke surga tanpa hisab.

Yang pertama kali didatangkan untuk diadili adalah tiga kelompok manusia, yang waktu di dunia mempunyai kemuliaan dan keutamaan dalam pandangan manusia. Mereka adalah orang-orang yang membaca dan memahami Al Qur’an, orang-orang yang kaya (berharta), dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah

Allah mendatangkan salah seorang yang ahli membaca dan mengajarkan Al Qur’an dan berfirman, “Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang Aku turunkan melalui utusan-Ku?”

“Benar, wahai Tuhanku!!” Kata orang tersebut.

“Kemudian, apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-Ku itu?”

“Saya mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena Engkau, ya Allah!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi, “Kamu mengerjakan semua itu hanya karena ingin dikatakan bahwa engkau adalah orang pandai membaca Al Qur’an, seorang Qari’ yang hebat, dan semua itu telah dikatakan orang-orang kepadamu seperti yang kau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Kemudian Allah menghadirkan orang yang kaya (hartawan) yang banyak bersedekah di jalan Allah, dan berfirman, “Bukankah Aku telah memberi kelapangan kepadamu (yakni, berlimpah kekayaan) sehingga Aku tidak membiarkan dirimu membutuhkan seseorang?”

“Benar, wahai Tuhanku!!” Kata orang tersebut.

“Kemudian, apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat-nikmat harta yang Aku berikan kepadamu itu?”

“Saya menyambung silaturahmi dan bersedekah. Tidak ada jalan atau tempat dimana Engkau senang jika diinfakkan harta, kecuali saya menginfakkannya semata-mata karena Engkau!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi kepadanya, “Kamu melakukan semua itu agar engkau dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah dikatakan orang-orang kepadamu seperti yang engkau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Selanjutnya Allah menghadirkan seseorang yang terbunuh ketika berjuang di jalan Allah. Setelah Allah mengingatkan berbagai nikmat yang dianugerahkan kepadanya dan ia mengakui, Allah berfirman kepadanya, “Apakah yang kamu amalkan di dunia?”

Orang tersebut berkata, “Saya diperintahkan untuk berjuang dan berperang di jalan-Mu, dan saya memenuhinya dengan terjun di medan jihad hingga saya terbunuh di jalan-Mu!!”

Allah berfirman, “Kamu bohong!!”

Para malaikat ikut berkata, “Kamu bohong!!”

Dan Allah berfirman lagi kepadanya, “Sesungguhnya kamu berjuang di medan jihad agar dikatakan bahwa engkau seorang pemberani, dan itu telah dikatakan orang-orang kepadamu sebagaimana engkau inginkan!!”

Setelah itu Allah memerintahkan malaikat untuk menariknya dan melemparkannya ke neraka.

Nabi Muhammad SAW yang menceritakan kisah ini, menepuk dua lutut Abu Hurairah dan bersabda, “Wahai Abu Hurairah, tiga orang (semacam) itulah mahluk Allah yang pertama kali dibakar oleh api neraka pada hari kianat nanti!!”

08/09/2023

Cerita Islami

Seorang Pendosa

Pada masa Nabi Musa AS, ada seorang lelaki dari umat beliau yang seringkali melakukan maksiat, tetapi tidak lama setelah itu ia bertaubat kepada Allah. Sayangnya lelaki ini masih ‘terkalahkan’ dengan hawa nafsu dan angan-angannya sehingga ia selalu mengulangi maksiat-maksiatnya. Namun demikian kesadarannya selalu muncul dan ia kembali bertaubat kepada Allah. Hal seperti itu terus berulang-ulang dilakukannya hingga duapuluh tahun lamanya.

Suatu ketika Allah berfirman kepada Nabi Musa tentang lelaki itu, “Wahai Musa, katakanlah kepada hamba-Ku si fulan bahwa Aku murka kepadanya!!”

Nabi Musa menyampaikan firman Allah tersebut kepadanya, dan ia jadi sangat bersedih. Dalam kekalutannya karena dimurkai Allah, ia lari ke tengah padang yang luas. Di sana ia berseru, “Ya Allah, sudah habiskah rahmat-Mu, ataukah maksiatku membahayakan diri-Mu? Ya Allah, sudah habiskah simpanan maghfirah (ampunan)-Mu, ataukah Engkau telah kikir dengan hamba-hamba-Mu yang berdosa, dosa manakah yang lebih besar daripada ampunan-Mu? Ya Allah, kemuliaan ada di antara sifat-sifat-Mu yang qadim (telah ada sejak awal dan selalu ada, tidak akan pernah berakhir), sedangkan kehinaan ada di antara sifat-sifatku yang hadist (baru, diadakan/diciptakan dan akan berakhir), bagaimana bisa sifatku mengalahkan sifat-sifat-Mu? Ya Allah, apabila telah Engkau halangi hamba-Mu dari rahmat kasih-Mu, maka kepada siapa lagi mereka akan mengharapkan? Apabila Engkau telah menolak mereka, maka kepada siapa lagi mereka akan mengadu? Ya Allah, kalau memang rahmat-Mu telah habis, dan tidak ada jalan lagi kecuali dengan menyiksa aku, maka pikulkanlah kepadaku semua siksaan yang akan Engkau timpakan kepada semua hamba-hamba-Mu, aku ingin menebus mereka dengan diriku!!”

Tidak ada yang diucapkannya dalam pelarian dan penyendiriannya di padang luas itu, kecuali kalimat-kalimat dalam seruan/munajatnya tersebut. Ia diliputi dengan penyesalan sehingga terlupa, tidak pernah lagi, atau tidak sempat lagi berbuat maksiat. Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, Allah berfirman kepada Nabi Musa, “Hai Musa, pergilah engkau kepada hamba-Ku si fulan di padang sana, dan katakan kepadanya : Seandainya dosamu memenuhi bumi, Aku akan tetap melimpahkan ampunan kepadamu, setelah engkau mengenali-Ku dengan kekuasaan-Ku yang sempurna, ampunan dan rahmat-Ku yang tiada batasnya!!”

Memang, semua pertanyaan atau pernyataan dalam munajatnya tersebut, jawabannya adalah tidak atau tidak ada, dan itu benar-benar diketahuinya, dan ia sangat meyakini kebenaran itu. Inilah suatu tingkat ma’rifat (pengenalan) kepada Allah yang dicapainya ketika ia ‘tenggelam’ dalam penyesalan atas dosa-dosanya, yang sedikit atau banyak berperan juga dalam mengundang ampunan Allah.

Dalam suatu kesempatan, Nabi SAW pernah menyabdakan, bahwa tidak ada suatu suara yang lebih dicintai Allah daripada suara seorang hamba yang berdosa, kemudian bertaubat, dan ia sangat sering menyeru atau menyebut nama-Nya, “Ya Allah, ya Allah,…ya Tuhanku, ya Tuhanku (ya Rabbii, ya Rabbii)!!”

Maka Allah akan menjawab seruannya, walau hamba itu sendiri tidak mendengar-Nya, “Ya, ya, (labbaik, labbaik) wahai hamba-Ku, mintalah yang engkau kehendaki, engkau di sisi-Ku seperti sebagian malaikat-malaikat-Ku, Aku berada di sisi kananmu, di sisi kirimu, di atasmu dan sangat dekat dengan isi harimu!! Wahai para malaikat-Ku, saksikanlah, sesungguhnya Aku telah mengampuninya!!”

Dalam kesempatan lainnya, Nabi SAW juga bersabda, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian ia masuk surga dengan sebab dosa itu!!”

Para sahabat yang berkumpul di sekitar beliau tampak keheranan, dan salah satunya berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi??”

Dengan tersenyum Nabi SAW bersabda, “Karena yang terpampang di depan matanya hanyalah bertaubat dari dosa itu, dan ia terus saja berlari darinya (dari dosa itu) hingga akhirnya ia sampai di surga!!”

Karena Mengabaikan Orang FakirAhmad bin Muhammad bin Husin al Jariri, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya saja Abu ...
06/09/2023

Karena Mengabaikan Orang Fakir

Ahmad bin Muhammad bin Husin al Jariri, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya saja Abu Muhammad al Jariri, adalah seorang ulama sufi yang tinggal di Baghdad. Ia hidup sezaman dengan tokoh sufi lainnya, Junaid al Baghdadi, bahkan menjadi sahabatnya. Ketika Junaid wafat, ia menduduki (menggantikan) maqam Junaid, yakni pemimpin atau sesepuh tokoh sufi lainnya pada masa itu.

Ketika masih dalam perjalanan pencarian (suluk, tarikat, mengaji hakikat dll), ia pernah mengalami suatu peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan. Suatu ketika setelah shalat ashar berlalu, seorang pemuda masuk ke masjid di lokasi pondok (thariqah) Abu Muhammad al Jariri belajar. Wajah pemuda itu tampak pucat dan rambut terurai tidak beraturan tanpa memakai tutup kepala (kopiah, serban atau sejenisnya). Ia berwudhu kemudian shalat sunnah dua rakaat, setelah itu ia duduk dengan meletakkan kepalanya di antara (di atas) lututnya dan tangan ditangkupkan. Saat maghrib tiba, ia berjamaah dengan mereka setelah itu duduk lagi seperti sebelumnya.

Tiba-tiba datang utusan Raja yang mengundang mereka untuk jamuan makan di tempat tinggalnya. Hal itu memang secara rutin dilakukan oleh sang Raja. Ketika teman-temannya berlalu untuk memenuhi undangan itu, ia sempat membangunkan sang pemuda dan berkata, “Apakah anda mau ikut bersama kami untuk makan-makan di tempat raja??”

Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata, “Saya tidak ingin ke istana raja, tetapi kalau anda tidak berkeberatan, bawakanlah untukku asidah (suatu nama makanan) yang hangat!!”

Abu Muhammad mengabaikan permintaan pemuda itu. Dalam hati ia berkata, “Diajak baik-baik tidak mau, tetapi malah meminta dibawakan sesuatu!! Mungkin ia baru saja belajar tarikat dan belum mengetahui adab (tata krama, sopan santun) yang lazim berlaku!!”

Ketika malam agak larut, barulah mereka p**ang dari istana raja dalam keadaan kenyang. Ketika memasuki masjid di pondokannya, Abu Muhammad melihat pemuda itu masih dalam posisi yang sama ketika ditinggalkannya, mungkin tertidur. Abu Muhammad duduk di sajadahnya, tetapi belum ia berdzikir, rasa kantuk menguasai dirinya dan ia jatuh tertidur.

Dalam tidurnya itu Abu Muhammad bermimpi, ia melihat suatu rombongan besar berlalu di hadapannya. Tiba-tiba ada seruan, “Itu adalah rombongan Rasulullah SAW beserta para Nabi dan Rasul!!”

Mendengar seruan itu, ia segera berlari ke arah depan rombongan dan menemui Rasulullah SAW. Ia mengucap salam, tetapi Nabi SAW berpaling dari dirinya tanpa menjawab salamnya. Beberapa kali ia mengulang salamnya tetapi masih saja beliau berpaling. Abu Muhammad jadi gemetar ketakutan, dengan tergagap ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah dosa saya sehingga engkau berpaling dari saya??”

Nabi SAW menatapnya dengan tajam dan berkata, “Seorang yang fakir dari umatku ingin sesuatu darimu, lalu engkau mengabaikannya!!”

Abu Muhammad tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya. Segera saja ia teringat kepada pemuda yang meminta dibawakan asidah itu. Ia segera ke tempat pemuda itu, tetapi ternyata tidak ada siapapun di sana. Ia mendengar suara pintu dibuka, yang ternyata adalah pemuda itu yang hendak keluar masjid. Ia segera mendekatinya dan berkata, “Wahai pemuda, sabarlah barang sejenak. Aku akan segera menyiapkan untukmu, apa yang engkau inginkan!!”

Pemuda itu menoleh kepadanya dan berkata, “Jika seorang fakir menyampaikan keinginannya kepadamu, engkau tidak mau memenuhinya, kecuali setelah dimintakan oleh Nabi SAW dan seratus duapuluh empat ribu nabi-nabi lainnya. Kini aku tidak menghajatkan apa-apa lagi darimu!!”

Pemuda itu melangkah keluar, meninggalkannya dalam keadaan terpana dengan kaki terpaku di tanah. Setelah peristiwa itu, Abu Muhammad tidak pernah mengabaikan orang lain, sesepele dan sefakir apapun keadaannya, karena takut ia akan diabaikan oleh Rasulullah SAW di yaumul makhsyar kelak.

03/09/2023

Mengharap Keuntungan Yang Lebih Besar.

Seorang ulama dan guru yang saleh, mengisi sebagian waktunya dengan bekerja sebagai pedagang. Suatu ketika ia membeli madu seharga 30.000 dirham untuk mengisi persediaan barang dagangannya yang telah menipis.

Keesokan harinya ternyata harga madu meningkat drastis hingga dua kali lipatnya. Sang penjual jadi menyesal telah melepaskan (menjual) pada hari sebelumnya itu. Tetapi penyesalan selalu datang terlambat, mana mungkin untuk membatalkan sedangkan uangnya telah ia terima, dan barang-barangnya telah dibawa oleh sang pembeli, guru yang saleh itu. Sedih dan penyesalan itu begitu menggelayuti pikirannya, sehingga mengundang perhatian teman-temannya.

Setelah mengetahui permasalahannya, salah seorang temannya yang sangat mengenal akhlak guru yang saleh, sang pembeli madu itu, berkata, “Besok pagi, datanglah shalat subuh bersama guru yang saleh, pembeli madumu itu, dengan membawa uang 30.000 dirham. Setelah beliau selesai shalat dan berdoa, mendekatlah dan berkata : Saya menyesal telah menjual maduku itu pada tuan!! Itu saja, jangan ditambah dan dikurangi, insyallah engkau tidak akan mengalami kerugian sedikitpun!!”

Ia menuruti saran temannya. Usai shalat dan berdoa, ia segera menghadap pada sang guru dan berkata, “Wahai Tuan Guru, saya menyesal telah menjual maduku itu pada tuan!!”

Guru yang saleh itu memandangnya sesaat dan berkata kepada pembantu/pegawainya, “Bangunlah, dan kembalikan madu yang kita beli itu kepada orang ini!!”

Sang Penjual sangat gembira dan mengembalikan uang 30.000 dirham yang telah diterimanya itu. Salah seorang jamaah yang hadir ada yang berkata, “Wahai Tuan Guru, sejak kemarin harga madu telah meningkat dua kali lipatnya, mengapa hanya dikembalikan begitu saja??”

Sang Guru berkata, “Mengapa tidak?? Sungguh aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa mau membatalkan pembeliannya kepada orang yang menyesal dalam penjualannya, maka Allah akan memaafkan dosa-dosanya pada hari kiamat kelak. Tidakkah sepantasnya aku membeli maafnya Allah atas dosa-dosaku dengan (calon keuntunganku) 30.000 dirham, sedang sedikitpun aku tidak dirugikan??”

Cerita IslamiKetakutan Seorang Anak KecilAda seorang syaikh sedang berjalan-jalan di tepian sebuah sungai, ia melihat se...
31/08/2023

Cerita Islami

Ketakutan Seorang Anak Kecil

Ada seorang syaikh sedang berjalan-jalan di tepian sebuah sungai, ia melihat seorang anak kecil yang belum mencapai usia baligh, sedang berwudhu sambil menangis. Hal itu menarik perhatiannya, maka ia bertanya, “Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis??”

Anak itu berkata, “Wahai Tuan, aku sedang membaca Al Qur’an, hingga sampai pada firman Allah (yakni Surah at Tahrim ayat 6, yang artinya) :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Para penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya (kepada mereka). Wahai Tuan, setelah membaca ayat ini, aku sangat ketakutan kalau-kalau Allah akan memasukkan aku ke dalam neraka!!”

Sang syaikh tersenyum bijak, dan berkata, “Wahai anak kecil, engkau seorang anak yang terjaga, maka janganlah kamu takut, engkau tidak patut masuk neraka!!”

Tentu saja jawabannya itu didasari kenyataan yang dilihatnya, bahwa anak sekecil itu sedang berwudhu, membaca Al Qur’an, bahkan bisa menangis ketika menangkap makna ayat-ayat Al Qur’an.

Tetapi mendengar jawaban sang syaikh, anak itu memandang dengan keheranan, dan berkata, “Wahai Tuan, bukankah engkau orang yang berakal sehat? Tidakkah engkau tahu, ketika manusia akan menyalakan api, ia akan membutuhkan kayu-kayu yang lebih kecil terlebih dahulu, baru kemudian kayu-kayu yang lebih besar!!”

Jawaban dari logika anak kecil, yang mungkin belum banyak memperoleh pengajaran tentang ilmu-ilmu keislaman. Tetapi hal itu sangat menyentuh sang syaikh, ia menangis lebih keras daripada tangisan anak kecil itu, dan berkata, “Anak sekecil ini lebih takut kepada neraka, bagaimana dengan keadaan kami??”

27/08/2023

Manaqib Syech Abdul Qadir Al Jaelani Q.S.ra

Cerita IslamiKetika Asy Syibli Dituduh BakhilDalf bin Jahdar Asy Syibli, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya Abu Ba...
24/08/2023

Cerita Islami

Ketika Asy Syibli Dituduh Bakhil

Dalf bin Jahdar Asy Syibli, atau lebih dikenal dengan nama kunyahnya Abu Bakar Asy Syibli, adalah seorang tokoh dan ulama tasauf yang tinggal di Baghdad pada abad ke 3-4 hijriah. Suatu ketika ia sedang tafakkur, tiba-tiba ia mendengar seruan dalam hatinya, “Engkau bakhil (kikir)??”

Dengan tegas Asy Syibli menolak tuduhan dalam hatinya itu dan berkata (di dalam hati tentunya), “Aku tidak bakhil!!”

Tetapi suara itu terus-menerus ‘menuduhnya’ seperti itu, “Benar, engkau memang seorang yang bakhil!!”

Karena ia tak mampu menghentikan ‘suara-suara’ tuduhan itu, Asy Syibli ber-azam (berniat dengan tekad sangat kuat) dalam hatinya, “Jika aku menerima rizqi pada hari ini, aku akan menyedekahkan semuanya untuk orang miskin yang pertama kali aku temui!!”

Seperti kebanyakan ulama sufi pada zamannya, sebenarnya Asy Syibli tidak pernah menumpuk atau mengumpulkan harta, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabat. Ia hidup sangat sederhana dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah. Bahkan tidak jarang pada malam harinya ia bercelak dicampur dengan garam agar matanya tetap terbuka, agar tidak tertidur, dan makin banyak terisi dengan ibadah demi ibadah.

Tidak begitu lama kemudian, datang seseorang yang menyedekahkan kepadanya uang sebanyak limapuluh dinar. Dinar adalah uang emas, dengan kadar sekitar 22 karat dan berat hampir 4 gram. Jadi 50 dinar adalah hampir 200 gram emas berkadar 22 karat. Dengan kurs sekarang ini, jika harga emas 22 karat adalah Rp 300.000,- per gram, itu berarti sekitar Rp 60 juta. Sesuai dengan yang diniatkannya, ia berjalan berkeliling untuk mencari seorang miskin, untuk memberikan 50 dinar tersebut.

Asy Syibli bertemu dengan seseorang yang buta dan tampak sangat miskin, dengan pakaian sangat sederhana sedang bercukur. Segera saja ia menghampirinya, setelah mengucap salam, ia menyerahkan uang itu semuanya, tidak satu dinar-pun ia menyisakan, walau saat itu ia tidak memiliki apapun, bahkan sekedar untuk makan. Orang yang sedang bercukur itu berkata, “Serahkan saja kepada tukang cukur ini!!” (Yakni, sebagai ongkos mencukur rambutnya).

Asy Syibli berkata, “Wahai tuan, ini adalah uang-uang dinar, dan jumlahnya 50 dinar!!”

Maksud Asy Syibli adalah terlalu banyak jika semunya itu untuk ongkos cukur, mungkin bisa disimpan sendiri oleh orang miskin dan buta itu, untuk memenuhi kebutuhannya dan memudahkan kehidupannya. Orang yang sedang bercukur itu mengangkat kepalanya, dan ‘memandang’ kepada Asy Syibli dengan matanya yang buta, kemudian berkata, “Bukankah telah dikatakan kepadamu, bahwa engkau adalah seorang yang bakhil!!”

Asy Syibli tersentak kaget, tidak disangkanya orang buta itu mengetahui ‘perdebatan’ yang sedang berlangsung dalam hatinya. Dan tidak disangkanya p**a bahwa sedikit ‘rasa sayangnya’ untuk menyerahkan 50 dinar itu kepada tukang cukur sebagai bentuk dari rasa bakhilnya. Ia berpaling kepada tukang cukur itu, yang keadaannya-pun tampaknya tidak lebih baik daripada orang buta yang sedang dicukurnya. Tetapi ketika Asy Syibli menyerahkan 50 dinar itu, lagi-lagi ia mendapat ‘tamparan’ untuk yang kedua kalinya. Tukang cukur itu menolaknya dan berkata, “Wahai tuan, sejak orang buta ini duduk di hadapanku minta dicukur, aku telah berniat kepada Allah, tidak akan menerima bayaran apapun. Karena itu aku tidak mau menerima uang itu!!”

Asy Syibli berlalu dari dua orang miskin tersebut dengan menangis, sambil terus mengucap istighfar, kemudian ia membuang uang 50 dinar itu ke laut.

Address

Patas Gerokgak
Buleleng
81155

Telephone

+6282298298119

Website

https://www.tqnpatas.eu.org/

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Syech Abdul Qadir Al Jaelani posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Syech Abdul Qadir Al Jaelani:

Videos

Share


Other Digital creator in Buleleng

Show All

You may also like