Cerita islami

Cerita islami semoga bermanfaat untuk semua masyarakat Indonesia umumnya
(4)

25/05/2024

30 ORANG PERTAMA DALAM ISLAM

1 . Orang pertama menulis bismillah
: Nabi Sulaiman a.s
2 . Orang pertama minum air zam-zam
: Nabi Ismail a.s
3 . Orang pertama berkhitan
: Nabi Ibrahim a.s
4 . Orang pertama di berikan pakaian
ketika hari Kiamat
: Nabi Ibrahim a.s
5 . Orang pertama dipanggil pada hari
kiamat : Nabi Adam a.s
6 . Orang pertama mengerjakan sya'i
antara safa dan marwah
: sayyidatina hajar ( Ibu nabi ismail
a.s )
7 . Orng pertama dibangkitkan pada
hari kiamat : Nabi muhammad s.a.w
8 . Orang pertama menjadi khalifah
dalam Islam : Abu bakar as siddik
r.a
9 . Orang pertama menggunakan
Tarikh hijrah :
Umar bin al - khathab r.a

10 . Orang pertama meletakkan
jawatan khalifah dalam Islam
: al - hasan bin ali
11 . Orang pertama menyus**an Nabi
Muhammad s.a.w
: Thuaibah r.a
12 . Orang pertama syahid dalam Islam
dari kalangan laki - laki
: al - harith bin abi hala r.a
13 . Orang pertama syahid dari
kalangan wanita
: Sumayya binti khabbat
14 . Orang pertama menulis hadits
dalam kitab / lembaran
: Abdullah bin Amru bin al-ash r.a
15 . Orang pertama dalam perjuangan
Fisabilillah
: saad bin abi waqqas r.a
16 . Orang pertama menjadi muazzin
azan : Bilal bin Rabbah r.a
17 . Orang pertama shalat dengan
Rasulullah s.a.w
: Ali bin abi thalib r.a
18 . Orang pertama membuat mimbar
Masjid Nabi muhammad s.a.w
: Tamim ad - dari r.a
19 . Orang pertama menghunus pedang
dalam perjuangan fisabilillah
: Az - zubair bin al - awwam r.a
20 . Orang pertama menulis sirah Nabi
: Ibban bin utsman bin affan r.a
21 . Orang pertama beriman dengan
Nabi
: khadijah binti khualid r.a
22 . Orang pertama mengasaskan usul
Fiqih : Imam syafi'i
23 . Orang pertama membina penjarah
dalam Islam
: Ali bin abi thalib r.a
24 . Orang pertama menjadi Raja dalam
Islam : Mu'awiya bin abu sufyan
r.a
25. Orang pertama membuat
Perpustakaan awam
: Harun ar - rasyid r.h
26. Orang pertama mengadakan
Baitul mal :
Umar bin al- khathab r.a

27. Orang pertama menghapal
Al - qur'an selepas Rasulullah s.a.w
: Ali bin abi thalib r.a
28. Orang pertama membina menara
dimasjidil haram mekah
: khalifah abdul ja'far al-mansur r.h


29. Orang pertama di beri gelar
al - muqry : Mus'ab bin Umair
30. Orang pertama masuk kedalam
Syurga : NABI MUHAMMAD S.A.W

Wallahu a'lam bisshawab
Semoga bermanfaat buat yang baca
Sebarkanlah ilmu walau sebesar biji dzarrah

Nb : Penting untuk ibu / calon ibu tahu
untuk anaknya karna ibu adalah madrasah petama dan guru utama dalam kehidupan anaknya , prilaku ibu adalah cermin dari anaknya , jangan kau salahkan anakmu jika dewasa dia tumbuh menjadi orang yang tidak taat , bila seorang ibu mendidiknya dengan dunia namun didikan agama hanya sebatas bisa baca al - qur'an itupun susah untuk membuka dan membacanya , tanamkanlah akhlak dan adab pada anak mulai dari kecil / balita , karna mereka ibarat kertas kosong yang masih bersih tanpa ada coretan tinta sedikitpun, ibulah yang pertama yang akan menggoreskan tulisan dengan tinta diatas kertas tersebut , indah atau pun buruk tulisan tergantung si ibu yang akan menuliskan di atasnya,
Jangan biarkan anakmu menangis di akhirat , karna menangis di dunia tidak sepedih dan seburuk dialam sana / alam kematian. Jangan sampai hidup anakmu di telantarkan Allah s.w.t di dunia dan akhirat ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

semoga bermanfaat untuk semua masyarakat Indonesia umumnya

29/09/2022
"Biografi Singkat Abu Tumin Blang Bladeh"Abu Tumin lahir dari keluarga ulama dan pemuka masyarakat. Ayahnya Teungku Tu M...
28/09/2022

"Biografi Singkat Abu Tumin Blang Bladeh"

Abu Tumin lahir dari keluarga ulama dan pemuka masyarakat. Ayahnya Teungku Tu Mahmud Syah adalah ulama, tokoh masyarakat dan pendiri dayah. Semenjak kecil Abu Tumin telah dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama yang paripurna. Mengawali pengembaraan ilmunya, Abu Tumin pernah mengecap pendidikan umum pada masa Belanda selama tiga tahun.

Setelah kemerdekaan, Abu Tumin dalam usianya 12 tahun dimasukkan ke Sekolah SRI, sekolah yang memiliki bahan ajaran yang memadai dalam bidang agama. Sambil bersekolah di SRI, Abu Tumin juga belajar langsung pada ayahnya ilmu-ilmu keislaman, terutama dasar-dasar kitab kuning dan ilmu alat seperti nahwu dan sharaf.

Selama lebih kurang tiga tahun Abu Tumin belajar dengan sungguh-sungguh kepada ayahnya Teungku Tu Mahmud Syah yang juga ulama, telah memberikan bekal ilmu yang memadai untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Pada usianya 15 tahun, mulailah Abu Tumin belajar dari satu dayah ke dayah lainnya hingga berakhir di Labuhan Haji Darussalam dengan gurunya Syekh Muda Waly al-Khalidy.

Abu Tumin pernah belajar beberapa bulan di Dayah Darul Atiq Jeunieb yang dipimpin oleh Abu Muhammad Saleh yang merupakan ayah dari Abon Samalanga. Setelah beberapa bulan di Dayah Jeunieb, Abu Tumin kemudian melanjutkan pengajiannya ke Dayah Samalanga dalam beberapa bulan juga, kemudian beliau belajar di Dayah Meuluem Samalanga selama satu tahun, dan terakhir di Dayah Pulo Reudep yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Pulo Reudep selama tiga tahun sebelum ke Labuhan Haji.

Maka dengan bekal ilmu yang memadai dari guru-guru itulah yang mengantarkan Abu Tumin muda dalam usianya 20 tahun berangkat ke Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan pada tahun 1953. Selain Abu Tumin, di tahun 1953 beberapa ulama lainnya juga tiba di Labuhan Haji untuk belajar pada Abuya Syekh Muda Waly. Karena umumnya teungku-teungku yang belajar kepada Abuya, telah memiliki ilmu yang memadai sebelum belajar ke Abuya, sehingga bisa duduk di kelas khusus Bustanul Muhaqqiqin.

Di antara ulama-ulama yang datang pada tahun 1952 dan 1953 adalah Abu Abdullah Tanoh Mirah yang kemudian mendirikan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah yang dikenal dengan kealimannya dalam bidang ushul fikih.
Ulama lainnya adalah Abon Abdul Aziz Samalanga yang melanjutkan kepemimpinan Dayah MUDI Samalanga setelah wafat mertuanya Abu Haji Hanafiyah Abbas yang dikenal dengan Teungku Abi.

Abon Abdul Aziz Samalanga dikenal ahli dalam ilmu mantik atau ilmu logika. Sedangkan Abu Keumala datang lebih awal ke Dayah Darussalam Labuhan Haji, dan Abu Keumala dikenal ahli dalam ilmu tauhid, mengabdikan ilmunya di Medan Sumatera Utara hingga wafatnya pada tahun 2004. Selain menjadi murid Abuya Syekh Haji Muda Waly di Darussalam, Abu Tumin juga telah dipercaya untuk mengajarkan para santri lain yang berada pada tingkatan tsanawiyah, karena beliau disebutkan mengajar santri di kelas 6 B, adapun di kelas 6 A diajarkan langsung oleh Abuya Muhibbudin Waly, sedangkan Syekh Muda Waly al-Khalidy mengajarkan kelas dewan guru.

Ketika di Darussalam Labuhan Haji, Abu Tumin sekelas dengan Abu Hanafi Matang Keh, Teungku Abu Bakar Sabil Meulaboh dan Abu Daud Zamzami Ateuk Anggok. Sedangkan Abu Abdullah Tanoh Mirah dan Abon Samalanga lebih tinggi satu tingkat di atasnya. Abu Tumin belajar dan mengajar di Labuhan Haji selama 6 tahun, beliau juga murid khusus di kelas Bustanul Muhaqqiqin belajar langsung kepada Abuya Haji Muda Waly.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Dayah Darussalam Labuhan Haji, Abu Tumin kemudian memohon izin kepada gurunya untuk p**ang kampung pada tahun 1959 untuk mengabdikan ilmunya. Sedangkan temannya seperti Abon Samalanga p**ang kampung setahun sebelumnya pada tahun 1958 dan Abu Tanoh Mirah p**ang di Tahun 1957. Umumnya murid-murid Abuya yang datang di atas tahun 1952 dan 1953 p**ang di akhir tahun1959. Sedangkan generasi sebelum Abu Tumin yang datang ke Darussalam pada tahun 1945 dan 1947, mereka umumnya p**ang di tahun 1956 seperti Abuya Aidarus dan Abu Syamsuddin Sangkalan.

Setibanya di Kampung halaman, setelah belajar di berbagai dayah terutama Dayah Darussalam Labuhan Haji telah mengantarkan Abu Tumin menjadi seorang ulama yang mendalam ilmunya. Abu Tumin memimpin dayah yang telah dibangun oleh kakek beliau yaitu Teungku Tu Hanafiyah yang kemudian dilanjutkan oleh Teungku Tu Mahmud Syah ayah Abu Tumin, selanjutnya estafet keilmuan dan kepemimpinan dayah dilanjutkan oleh Abu Tumin.

Pada era Abu Tumin mulailah pesat pembangunan Dayah tersebut. Dimana para santri datang dari berbagai tempat untuk belajar kepada Abu Tumin dan belajar dari sang ulama. Abu Tumin juga merupakan seorang ulama yang murabbi, sehingga banyak muridnya yang menjadi ulama terpandang sebut saja di antaranya adalah Abu Mustafa Paloh Gadeng yang belajar kepada Abu Tumin selama 19 tahun sehingga mengantarkan beliau menjadi seorang ulama kharismatik Aceh yang diperhitungkan.

Ulama lainnya yang juga murid Abu Tumin adalah Abu Abdul Manan Blang Jruen yang dikenal sebagai ulama yang ahli dan lihai dalam bidang tauhid, serta moderator yang hebat dalam muzakarah para ulama Aceh, sehingga diskusi nampak ceria dan bersemangat. Dan banyak para ulama lainnya yang juga murid dari Abu Tumin, selain murid-muridnya di Dayah Darussalam dulu.

Dan di sebuah acara muzakarah, Abuya Mawardi Waly juga menyebutkan dirinya sebagai murid Abu Tumin. Intinya Abu Tumin juga ulama yang Syekhul Masyayikh. Bahkan Abu Daud Teupin Gajah atau Abu Daud al Yusufi yang merupakan ulama kharismatik Aceh Selatan juga termasuk murid yang lama belajar kepada Abu Tumin dimana sebelumnya beliau belajar kepada Abuya Haji Jailani Kota Fajar.

Selain itu, Abu Tumin juga dianggap sebagai ulama panutan oleh para ulama lainnya, dimana fatwa-fatwa hukumnya menjadi bahan kajian dan pegangan para ulama lainnya. Biasanya pada setiap muzakarah yang diadakan di berbagai tempat, Abu Tumin yang kemudian mengambil keputusan terakhir, setelah sebelumnya para ulama lain memberikan pandangan dan sanggahan atas setiap persoalan yang sedang dibahas forum.

Kehadiran Abu Tumin menambah acara muzakarah semakin bermakna, karena pandangan hukum beliau biasanya dari ingatan yang lama dan kajian yang mendalam. Sehingga tidak mengherankan bila ada yang menyebutkan bahwa "Abu Tumin tua umurnya dan tua p**a ilmunya".

Abu Tumin telah mempersembahkan segenap usianya untuk agama ini, dan telah p**a mencurahkan segenap ilmu dan pengabdiannya, mengayomi masyarakat Aceh secara tulus ikhlas. Dan hari ini beliau telah kembali kehadhirat Allah SWT.
Semoga Allah SWT menempatkan beliau di surga tertinggi bersama para Anbiya, Syuhada dan Shalihin.

Innalillahi Wainna Ilaihi Raji'un.
Selamat Jalan Guru Yang Mulia ABU TU.

Ditulis:
Nurkhalis Mukhtar

DO'A PEUSIJUร‹K ( KAIFIYAT PEUSIJUK ).1.   Mula-mula dibaca :ุจูุณู’ู…ู   ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู  ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ูุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ   ุงูŽู†ู’ุฒ...
17/07/2022

DO'A PEUSIJUร‹K ( KAIFIYAT PEUSIJUK ).

1. Mula-mula dibaca :
ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู
ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูŽู†ู’ุฒูู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง

2. Ambil Beras / Padi serta membaca Basmalah dan niatkan segala pekerjaan berkembang (niatkan menurut apa yang akan dipeusijuk), serta membaca shalawat berikut ini :

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุงูฐู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู– ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’

3. Ambil nasi ketan (bu lekat : bahasa Aceh) dengan membaca tasbih berikut ini :

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽุจูุญูŽู…ู’ุฏูู‡ู– ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู– ูˆูŽุฑูุถูŽุงุกูŽ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู– ูˆูŽุฒููŠู’ู†ูŽุฉูŽ ุนูŽุฑู’ุดูู‡ู– ูˆูŽู…ูุฏูŽุงุฏูŽ ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชูู‡ู–

4. Kemudian ambil air tepung tawar dengan di baca do`a ini :

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุณู’ู‚ูู†ูŽุง ุบูŽูŠู’ุซู‹ุง ู…ูุบููŠู’ุซู‹ุง ู…ูŽุฑููŠู’ุนู‹ุง ุบูŽุฏูŽู‚ู‹ุง ู…ูุฌูŽู„ู‘ูู„ู‹ุง ุณูŽุญู‘ู‹ุง ุนูŽุงู…ู‘ู‹ุง ุทูŽุจูŽู‚ู‹ุง ุฏูŽุงุฆูู…ู‹ุง ุงูู„ู‰ูŸ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู , ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฑู‘ูŽุจู‘ู ุฑูŽุญููŠู’ู…ู , ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ุนูŽู„ู‰ูฐ ู†ููˆู’ุญู ููู‰ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ , ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ูŽุง ููู‰ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽููู‰ ุงู„ู’ุฃูฐุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู .

Serta ditambah dengan do`a-do`a khusus peusijuk masing-masing sebagai mana yang tercantum pada kump**an doa peusijuk.

=====================================

KUMPULAN DOA PEUSIJUK

Do`a Peuceucap Anak-Anak
ุจุณู… ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู…
ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ูฐู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุงูฐู„ูู‡ู– ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู– ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‡ูฐุฐูŽ ุง ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู„ููˆู’ุฏูŽ ุณูŽุนููŠู’ุฏู‹ุง ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู‹ุง ู…ูŽุฑู’ุฒููˆู’ู‚ู‹ุง ูˆูŽุจูŽุงุฑู‘ู‹ุง ู„ููˆูŽุงู„ูุฏูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู†ูŽุงุตูุฑู‹ุง ู„ูุฏููŠู’ู†ู ุงู„ู’ุงูุณู’ู„ูŽุงู…ู ุจูุฑูŽุญู’ู…ู€ูŽู€ุชููƒูŽ ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู… ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ . (ุชูŠูƒุง ูƒุงู„ู‰ )

Do`a Peusijuk Pengantin

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูŽู„ู‘ููู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูฐุฏูŽู…ูŽ ูˆูŽุญูŽูˆูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงูŽู„ู‘ููู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุณูู„ูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุจูŽู„ู’ู‚ููŠู’ุณูŽู‰ ูˆูŽุงูŽู„ู‘ููู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽุณูŽุฑูŽุฉูŽ ูˆูŽุงูŽู„ู‘ููู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠููˆู’ุณูููŽ ูˆูŽุฒูู„ูŽูŠู’ุฎูŽุง ูˆูŽุงูŽู„ู‘ููู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ุงูŽู„ู‘ูŽูู’ุชูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู†ูŽุจููŠู‘ูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑูŽุงุกูŽ ุฃูฐู…ููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุงู…ูุฌููŠู’ุจูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูู„ููŠู’ู†ูŽ (ุชูŠูƒุง ูƒุงู„ู‰ )

Do`a Peusijuk Rumah

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูŽู†ู’ุฒูู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู’ู„ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูŸุฐูู‡ู ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ุฎูŽุงุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุงู…ู‘ูŽุฉู‹ ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽูƒูŽุฑูŽู…ูู‡ู. (ุชูŠูƒุง ูƒุงู„ู‰)

Do`a Peusijuk Kendaraan

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูŽู†ู’ุฒูู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูฐุฐูู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู„ูŽุฉู ุฎูŽุงุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุณูŽุงุฆูุฑู ุฑูŽุญูŽุงุฆูู„ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุงู…ู‘ูŽุฉู‹ ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ . (ุชูŠูƒุง ูƒุงู„ู‰)

Do`a Peusijuk Orang Patah / Mushibah

ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ู…ู‘ูู†ู’ ุฑูŽุจู‘ู ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู (ุชูˆุฌูˆู‡ ูƒุงู„ู‰) ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุจูŽู„ูŽุงุกู ูˆูŽุตูŽุญู‘ูุญู’ ุงูŽุฌู’ุณูŽุงุฏูŽู‡ู ( ู‡ูŽุง) ูˆูŽุงูŽุฌู’ุณูŽุงุฏูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุฏูŽุงุกู ูˆูŽู…ูŽุฑูŽุถู ูˆูŽู‚ูŽูˆู‘ู ุจูŽุฏูŽู†ูŽู‡ู ( ู‡ูŽุง) ูˆูŽุงูŽุจู’ุฏูŽุงู†ูŽู†ูŽุง ุจูุญูŽูˆู’ู„ููƒูŽ ูˆูŽู‚ููˆู‘ูŽุชููƒูŽ ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ

Do`a Peusijuk Orang Musafir

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุฌูŽู…ู’ุนูŽู†ูŽุง ู‡ูฐุฐูŽุง ุฌูŽู…ู’ุนู‹ุง ู…ูŽุฑู’ุญููˆู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุชูŽููŽุฑู‘ูู‚ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุจูŽุนู’ุฏูู‡ู– ุชูŽููŽุฑู‘ูู‚ู‹ุง ู…ูŽุนู’ุตููˆู’ู…ู‹ุง
ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ูููŠู’ู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุงู…ูŽู†ู’ ู…ูŽุนูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุงู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชู’ุจูŽุนูŽู†ูŽุง ุดูŽู‚ููŠู‘ู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ู…ูŽุทู’ุฑููˆู’ุฏู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ู…ูŽุญู’ุฑููˆู’ู…ู‹ุง ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ู„ูŽุงุชูŽุฏูŽุนู’ ูููŠู’ู†ูŽุง ุดูŽู‚ููŠู‘ู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุงู…ูŽุญู’ุฑููˆู’ู…ู‹ุง ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุขููŽุงุชู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุฃูฐุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽููุชู’ู†ูŽุชูู‡ูู…ูŽุง ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ

Do`a Peusijuk Khitan

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽุงููู‰ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุงู„ู’ู…ูุนูŽุงููู‰ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููู‰ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ู„ูŽุงูŠูŽุถูุฑู‘ู ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู– ุดูŽูŠู’ุฆูŒ ููู‰ ุงู„ู’ุงูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ูŽุงูู‰ู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู . (ุชูŠูƒุง ูƒุงู„ู‰)

Do`a Peusijuk Bibit Padi

ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ูŸู‡ู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ู–ูฐ ุงูฐู„ูู‡ู– ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู– ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูˆู‘ูŽุงู„ูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ูˆูŽูƒูŽุฑูŽู…ูู‡ู– ุงูŽู†ู’ ุชูŽุฑู’ุฒูŽู‚ูŽู†ูŽุง ู…ูŽุง ุฑูŽุฒูŽู‚ู’ุชูŽ ุนูุจูŽุงุฏููƒูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงูฐุฏูŽู…ูŽ ูˆูŽุญูŽูˆู‘ูŽุงุกูŽ ูˆูŽุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ุงูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุฑูุณูู„ูู‡ู– ูˆูŽุดูŽููŽุงุนูŽุฉู ู†ูŽุจููŠู‘ูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงูู‚ู’ุถู ุญูŽุงุฌูŽุงุชูู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽู‚ู’ุทูŽุนู’ ุฑูŽุฌูŽุงุกูŽู†ูŽุง ูŠูŽุงุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ู ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ

Do`a Permulaan Peusijuk Pengantin

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงู ู†ู‘ูู‰ู’ ุงูุนููŠู’ุฐูŽู‡ูŽุง ุจููƒูŽ ูˆูŽุฐูุฑู‘ููŠู‘ูŽุชูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌููŠู’ู…ู (ุงู†ุชุค ูุฑู…ููˆุงู†)
ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงู ู†ูู‘ู‰ู’ ุงูุนููŠู’ุฐูŽู‡ู ุจููƒูŽ ูˆูŽุฐูุฑู‘ููŠู‘ูŽุชูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌููŠู’ู…ู (ุงู†ุชุค ู„ุงูƒู‰-ู„ุงูƒู‰)

Kedua-duanya itu dipeusijuk depan sekali dan belakang sekali

Do`a Peusijuk Jama`ah Haji

ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ูŸู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุงูŽุดู’ุฑูŽูู ุงู„ู’ุงูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุงูฐู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู– ุงูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูŽุญู’ุณูู†ู’ ุนูŽุงู‚ูุจูŽุชูŽู†ูŽุง ููู‰ ุงู„ู’ุงูู…ููˆู’ุฑู ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง ูˆูŽุงูŽุฌูุฑู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฎูุฒู’ูŠู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุนูŽุฐูŽุงุจู ุงู„ู’ุฃูฐุฎูุฑูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูู†ู‘ูŽุง ู†ูŽุณู’ุฆูŽู„ููƒูŽ ุฑูุถูŽุงูƒูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽู†ูŽุนููˆู’ุฐูุจููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุณูŽุฎูŽุทููƒูŽ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุญูŽุฌู‘ูŽู‡ู ุญูŽุฌู‘ู‹ุง ู…ูŽุจู’ุฑููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุณูŽุนู’ูŠูŽู‡ู ุณูŽุนู’ูŠู‹ุง ู…ูŽุดู’ูƒููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุชูุฌูŽุงุฑูŽุชูŽู‡ู ุชูุฌูŽุงุฑูŽุฉู‹ ู„ูŽู†ู’ ุชูŽุจููˆู’ุฑูŽ ูˆูŽุฐูู†ููˆู’ุจูŽู‡ู ุฐูู†ููˆู’ุจู‹ุง ู…ูŽุบู’ูููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุนูุจูŽุงุฏูŽุชูŽู‡ู ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู‹ ู…ูŽู‚ู’ุจููˆู’ู„ูŽุฉู‹ ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ.

Do`a Peusijuk Orang Hamil

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูŸ ุงูฐู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ุตูŽู„ู‘ูŽูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ุงูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุงูฐู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ุงูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุญูŽู…ููŠู’ุฏูŒ ู…ูŽุฌููŠู’ุฏูŒ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ู‡ูฐุฐูู‡ู ุงู„ู’ุญูŽุงู…ูู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽู†ูŽุนููˆู’ุฐูุจููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌููŠู’ู…ู ูˆูŽุตูŽุญู‘ูุญู’ ูˆูŽู„ูŽุฏูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุทูŽูˆู‘ูู„ู’ ุนูู…ูุฑูŽู‡ูŽุง ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽูƒูŽุฑูŽู…ููƒูŽ ุงูู†ู‘ูŽูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ.

Do`a Merobek Kain Kafan Mayit

ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ุซู‘ูŽูˆู’ุจูŽ ู„ูŽู‡ู( ู„ูŽู‡ูŽุง) ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽุญููู’ุธูŽุฉู‹ ูˆูŽูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽู†ููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุญูุฌูŽุงุจู‹ุง ู…ูŽุณู’ุชููˆู’ุฑู‹ุง ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ.

Do`a Menaburkan Bedak Mayit

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ู’ ุฌูŽุงุกูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ุงู„ู’ู…ูุจููŠู’ู†ู.

Do`a Belah Buah Jeruk Purut (Boh Kruet = Bahasa Aceh)

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุตูŽูู‘ู‹ุง ู„ูŽู‡ูู€ู…ู’ ุฌูู†ู’ุฏูŒ ู…ูุญู’ุถูŽุฑููˆู’ู†ูŽ.

Do`a Membuka Kubur

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‚ูŽุจู’ุฑูŽู‡ู ( ู‡ูŽุง) ุฑูŽูˆู’ุถูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุฑููŠูŽุงุถู ุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงู†ู ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‚ูŽุจู’ุฑูŽู‡ู (ู‡ูŽุง) ุญููู’ุฑูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุญูููŽุฑู ุงู„ู†ู‘ููŠู’ุฑูŽุงู†ู.

Do`a Waktu Mengubur Mayit

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽุจูุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูŽ ู…ูู„ู‘ูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ

Do`a Menanam Batu Atas Kubur

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‡ูฐุฐูู‡ู ุงู„ุดู‘ูŽุฌูŽุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽููŽุถู’ู„ู‹ุง ูˆูŽุงุณูุนู‹ุง ููู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑูู‡ู (ู‡ูŽุง)

Do`a Menyiram Air Diatas Kubur

ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุงุกูŽ ุจูŽุฑูŽุฏู‹ุง ูˆูŽุณูŽู„ูŽุงู…ู‹ุง ููู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑูู‡ู– (ู‡ูŽุง) ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุงุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ.

Do`a Tiga Genggaman Tanah Pada Kubur

ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุงูƒูู…ู’ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ู„ูŽู‚ู‘ูู†ู’ู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ู…ูŽุณู’ุฆูŽู„ูŽุฉู ุญูุฌู‘ูŽุชูŽู‡ู
ูˆูŽูููŠู’ู‡ูŽุง ู†ูุนููŠู’ุฏููƒูู…ู’ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุงูู’ุชูŽุญู’ ุงูŽุจู’ูˆูŽุงุจูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงุก ู ู„ูุฑููˆู’ุญูู‡ู
ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ู†ูุฎู’ุฑูุฌููƒูู…ู’ ุชูŽุงุฑูŽุฉู‹ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŸู‡ูู€ู…ู‘ูŽ ุฌูŽุงูู ุงู„ู’ุงูŽุฑู’ุถู ุนูŽู†ู’ ุฌูŽู†ู’ุจูŽูŠู’ู‡ู

Semoga bermanfaat.

Ana Habib Muda Al Manshur Naqsyabandi bin Hidayat Al-Waly, bersama Fuqaha Samudera Pasai khususnya Qadhi Syarif Amir Say...
06/12/2021

Ana Habib Muda Al Manshur Naqsyabandi bin Hidayat Al-Waly, bersama Fuqaha Samudera Pasai khususnya Qadhi Syarif Amir Sayyid Asy Syirazi sebagaimana Ibnu Bathuthah pengembara dunia asal maroko menulis sejarah mereka semua.

Pada waktu pemerintahan Sultan Alaidin Mansur Syah (989-995 H/1581-1587 M), telah datang ke Aceh dua orang Ulama dari Mekkah dan seorang dari India, mereka itu ialah:

1- Sy. Abdul Khair Ibnu Sy. Ibnu Hajjar, yang menurut sementara orang, beliau condong kepada aliran Syi'ah, dan Ulama yang pertama kali mengungkapkan paham Wujudiyah dan masalah A'yaan Tsabithah. Dari beliaulah Sy. Hamzah Fanshuri dan Sy. Syamsuddin Sumatrani mulai mengenal ajaran Wujudiyah. Sy. Abdul Khair telah menyusun sebuah kitab, berjudul As Saiful Qaathi' (Pedang yang tajam) isinya menguraikan A'yaan Tsaabithah. Pada waktu bersamaan itu beliau juga mengajar ilmu ke-Islaman seperti ilmu Fiqh.

2- Sy. Muhammad Yamani, beraliran Ahlussunnah wal Jama'ah yang menghayati maqam Wahdatus Syuhud, ajaran nilai ini dikembangkan oleh Sy. Nuruddin Ar Raniry dan Sy. Abdul Rauf Al Fanshuri As Singkili yang dikenal di kalangan masyarakat dengan panggilan Tgk. Syiah Kuala.

3. Paman Sy. Nuruddin Ar Raniry, Sy. Muhammad Jailani Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Hamid Ar Raniry berasal dari Gujarat, India. Beliau seorang Ulama yang sudah sampai maqam Wahdatusy Syuhud dan termasuk dalam jama'ah Ahlussunnah wal Jama'ah. Syeikh ini juga mengajarkan ilmu-ilmu keislaman seperti ilmu ushul Fiqh, ilmu Fiqh, Ilmu Tashawwuf, Ilmu2 bahasa Arab, Ilmu Balaghah dan ilmu Mantiq.

Sumber: Syeikh Muhammad Waly Al Khalidy, Abuya Prof.Dr. Tgk.Chik. Muhibbuddin Waly.

Address

Bireuen

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Cerita islami posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Cerita islami:

Videos

Share

Category


Other Media in Bireuen

Show All