Media aceh

Media aceh Anda sopan kami segan

اَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْے             SEPULUH RESEP HIDUP BAHAGIA1. TIDAK MEMBENCI Jang...
04/07/2022

اَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْے

SEPULUH RESEP HIDUP BAHAGIA

1. TIDAK MEMBENCI
Jangan sekali-kali membenci seseorang hanya karena dia lebih baik darimu. Walaupun dia berbuat kesalahan kepadamu tetapi doakan dia untuk berubah dan menjadi baik.

2. TIDAK BERKELUH KESAH
Jangan berkeluh kesah karena apa yang kita alami sebuah proses untuk kita menjadi lebih dewasa dalam banyak hal, sebaliknya perbanyaklah berdoa kepada Allah.

3. HIDUP SEDERHANA
Hidup sederhana walaupun punya kedudukan tinggi & harta melimpah karena apa yang kita terima semuanya titipan.

4. BERPRASANGKA BAIK
Senantiasa berfikir positif meskipun kerap ditimpa musibah karena dari setiap persoalan kita dapat merasakan bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan melebihi kekuatan kita.

5. SELALU TERSENYUM
Senyumlah walaupun hati terluka karena hinaan orang dengan satu pemahaman bahwa kita mengampuni dia karena dia tidak tau apa yang dia perkatakan kepada kita.

6. SELALU MEMBERI
Gemar memberi dan berbagi walaupun kita tidak berlebih karena kita sesungguhnya bendahara Allah didunia ini.

7. BERDOA TANPA SEPENGETAHUAN MEREKA
Jangan lelah dan jemu jemu selalu mendoakan sahabat- sahabat kita untuk kebaikan mereka tanpa sepengetahuannya, dengan tulus.

8. TIDAK DENGKI & IRI HATI
Jangan iri & dengki dengan kejayaan dan kesuksesan teman-teman anda, karena setiap orang yang menerima lebih akan diminta lebih dalam hidup ini, sehingga kita tidak perlu iri

9. MUDAH MEMAAFKAN
Jangan merasa malas dan susah dalam memaafkan kesalahan orang lain, karena terdapat kelegaan dan ketenangan dalam kita memaafkan.

10. HINDARI PERMUSUHAN
Jangan menganggap orang yang berbeda pendapat sebagai lawan, karena sesungguhnya dia tetap saudara kita.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Rabbana Taqabbal Minna

Ya Allah terimalah dari kami amalan kami, Aamiin.

SEMOGA BERMANFAAT AMIIN... ..

۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞

19/06/2022

Kiprah Abu Lueng Angen & Dayah Darul Huda dalam masyarakat dari beliau Muda hingga Sekarang.

SOSOK gambar di bawah adalah sosok seorang ulama kharismatik Aceh yakni Abu Lhok Nibong atau ada juga orang memanggilnya dengan panggilan Abu Lueng Angen. Dengan wajah di masa muda dan masa sekarang mungkin banyak orang-orang di jaman ini tidak mengenalnya apabila tidak dibandingkan dengan kedua foto tersebut.
Dia adalah pemuda yang berhasil meraih dan menerapkan ilmu dan keberkahan dari gurunya kepada umat. Dengan nama aslinya Tgk H Muhammad Daud, ia merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara yang lahir di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941, dengan nama ayahnya Ahmad bin Abdul Latif dan ibunya bernama Dhien.

Mengenai sosok muda seorang Muhammad Daud, yakni pernah mengecap pendidikan tingkat dasar di Sekolah Rendah (SR) Lhok Nibong. Pendidikan yang ditempuh di SR sejak tahun 1948 namun sayang pendidikannya harus terhenti, karena sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Peristiwa mengenaskan ini terjadi di bulan Ramadhan tahun 1954, saat pemberontakan DI/TII sedang berkecamuk di Aceh.

Pasca pembakaran itu para tokoh di Lhok Nibong berupaya mendirikan gedung baru demi kelanjutan pendidikan generasi muda. Seorang Imum Mukim bernama Ahmad Malem, memprakarsai pendirian kembali SRI (Sekolah Rendah Islam) sebagai pengganti sekolah yang telah terbakar.
Menurut sebuah riwayat, pada masa ini p**a panggilan untuk Teungku kepada guru-guru di sekolah telah berubah menjadi Ustadz. Guru yang mengajar di SRI ini antara lain dapat disebutkan Ustadz Djamil Hanafiah, Ustadz Sabil Hanafiah, Ustadz Djamil Meunasah Tunong, dan Ustadz Ismail Saidy, semuanya merupakan putera daerah Lhok Nibong dan sekitarnya.

Berdirinya SRI memberikan harapan baru bagi masyarakat Lhok Nibong, dan walau Tgk Muhammad Daud Ahmad muda pun dapat kembali bersekolah namun ia tidak menyelesaikan pendidikannya di SRI, dan ia hanya belajar selama kurang dari setahun di sekolah tersebut.
Namun kecintaan terhadap ilmu agama membuatnya ingin menggali ilmu agama secara murni tanpa harus berkutat dengan pelajaran umum. Maka pada tahun 1956, sosok Muhammad Daud Ahmad meninggalkan kampung halamannya, menuju Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Utara. Kala itu Dayah Bustanul Huda dipimpin oleh Teungku Abdul Ghani yang dikenal dengan lakab Teungku Di Aceh.
Tgk Muhammad Daud Ahmad menemukan kajian keilmuan dambaannya di dayah ini, apalagi saat itu sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI, tentu suasana ini cukup kondusif untuk belajar. Aceh sedang aman dari suara bising letusan senjata, sehingga Muhammad Daud dapat mengaji dengan penuh konsentrasi.

Suasana tenteram hanya dapat dinikmati selama dua tahun, sebab pada tahun ketiga, ketenangan kembali terusik oleh letusan senjata. Para santri pun dirundung kegelisahan, betapa tidak, orang-orang bersenjata kerap menjadikan lokasi dekat Dayah Bustanul Huda sebagai tempat penghadangan lawan. Mereka tidak menghiraukan akibat yang timbul pasca kontak senjata dan arogansinya.

Kepanikan dan rasa takut membuat santri lebih memikirkan keselamatan diri dari pada memikirkan pelajaran. Dalam kondisi ini, tidak ada pilihan lain selain mengungsi. Maka dalam awal tahun 1959, Muhammad Daud bersama beberapa temannya terpaksa “bungkoeh ija bulut”, mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur. Desa Tanjong Ara dipilih sebagai tujuan lebih dikarenakan ajakan gurunya yang bernama Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara, sebagai alternatif agar kegiatan belajar tidak terputus.

Selama dalam pengungsian, Tgk Muhammad Daud dan teman-temannya menggunakan meunasah sebagai tempat mengaji, memasak, dan tempat menginap. Beberapa waktu kemudian Geusyik dan Teungku Imum Desa Tanjong Ara berbaik hati membuatkan bilik-bilik kecil dari belahan batang pinang sebagai tempat tidur. Selain demi tidak terhentinya proses belajar, pengungsian ini juga memberi waktu yang cukup untuk memikirkan kelanjutan pembelajaran ke tingkat lebih tinggi. Pada bulan Desember 1960 Tgk Muhammad Daud Ahmad berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.

Di dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya menjadi tujuan baru, kala itu dayah MUDI dipimpin oleh Tgk H Abdul Aziz Shaleh atau yang dikenal sebagai Abon Samalanga. Sesuai dengan bekal keilmuan yang telah dimiliki, di dayah baru ini Teungku Muhammad Daud langsung duduk di kelas empat. Guru pertamanya adalah Tu Din (Teungku Zainal Abidin Syihabuddin). Guru-gurunya yang lain dapat disebut di antaranya Teungku M. Kasem TB (Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen), Teungku Usman Kuta Krueng (sekarang pimpinan Dayah Darul Munawwarah, Pidie), dan tentunya Abon Samalanga sendiri.

Selama di Dayah MUDI Mesjid Raya, Teungku Muhammad Daud merasa terpuaskan dahaganya terhadap ilmu agama, ia memperoleh apa yang diharapkannya. Maka tidak heran jika kemudian ia betah mengaji (meudagang) dengan lancar tanpa hambatan sampai lebih dari 10 tahun.

Sedangkan kiprahnya dalam bidang kependidikan sangat besar. Di tahun-tahun terakhir keberadaannya di dayah MUDI, Tgk Muhammad Daud Ahmad yang p**ang ke kampungnya hal ini menjadi menjadi momentum yang mendekatkan dirinya dengan masyarakat, setelah sekian lama merantau. Kebetulan saat itu keadaan musim kemarau di mana beliau mengajak masyarakat untuk melakukan shalat istisqa (minta hujan). Alhamdulillah dengan izin Allah shalat permohonan untuk hujan pun turun dengan lebatnya.

Di tahun 1971, ia menikahi Faudziah binti Syamsuddin, dari perkawinan ini ia dikaruniai satu orang putra, bernama Muzakkir, dan dua orang putri bernama Zainab, dan Raihanah.

Pada tahun 1972, atas dan swadaya masyarakat Lueng Angen, Aceh Utara (berjarak 2 Km dari tempat kelahirannya), didirikanlah dayah yang diberi nama Dayah Darul Huda. Tgk Muhammad Daud diminta masyakat Lueng Angen untuk mengajar di dayah yang baru didirikan ini. Pada mulanya dayah ini hanya dibangun untuk kebutuhan pembelajaran agama bagi anak-anak di sekitar Lueng Angen saja. Namun kemudian berdatangan p**a santri dari daerah lain sehingga perlu disediakan asrama sebagai tempat menginap.

Dayah ini mulai aktif pada tahun 1973, tepatnya setelah sarana belajar berupa balai selesai di buat. Di tahun pertama, dari satu dua orang santri meningkat jumlahnya menjadi 50 orang. Pada masa ini Teungku Muhammad Daud dibantu oleh Teungku Mukhtar (berasal dari Peureulak) sebagai tenaga pengajar pertama. Kemudian seiring dengan meningkatnya jumlah santri, kehadiran guru baru pun menjadi tuntutan. Maka Abon Samalanga mengutus Teungku Abdullah Shaleh Jeunieb (adik kandung Abon Samalanga) untuk membantu beliau. Abon Samalanga juga mengirim satu unit sepeda milik Abon sendiri, sebagai tanda restu.

Seiring perjalanan waktu, santri yang menimba ilmu di dayah Darul Huda bertambah, demikian p**a dengan tenaga pengajarnya. Pada tahun 1976, saat dayah telah berusia tiga tahun, jumlah santrinya telah mencapai 1.300 orang, 500 santriwan dan 800 santriwati. Kelihatan betapa pesatnya kemajuan yang dicapai dayah ini, di sisi lain, hal ini memperlihatkan besarnya animo masyarakat. Sekarang di tahun 2010, santri yang mondok di dayah berjumlah 1.600 orang, terdiri 1.200 orang santriwan, dan 400 orang santriwati.

Saat ini dayah Darul Huda telah menghasilkan ribuan alumni, mereka tersebar di seluruh daerah Aceh, dan beberapa daerah luar Aceh di sekitar p**au Sumatera dan Jawa. Ada p**a alaumni yang mengabdikan ilmunya di luar negeri seperti Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Para alumni juga banyak yang mendirikan dayah sebagai cabang dari Dayah Darul Huda. Sampai saat ini, jumlah dayah alumni terhitung telah lebih dari 40 dayah.

Teungku H. Muhammad Daud Ahmad (Abu Lueng Angen), tentunya sangat sibuk mengurusi dayah yang santrinya mencapai jumlah ribuan itu, namun begitu beliau tetap menyisihkan waktunya untuk kegiatan sosial. Salah satu peran sosial yang sangat signifikan adalah kesediaan beliau menjadi ketua panitia pembangunan masjid Lhok Nibong. Pada tahun 1980, sebagai ketua pembangunan masjid, Abu Lueng Angen aktif turun berceramah ke setiap meunasah yang ada di enam desa dalam kawasan kemasjidan Baiturrahim, yaitu Meunasah Teungoh, Keude Baro, Meunasah Leubok, Meunasah Tunong, Pante Panah, dan Matang Kruet.
Dalam ceramahnya beliau menghimbau dan menggugah hati masyarakat agar menyumbangkan harta, tenaga dan fikiran demi berdirinya sebuah masjid baru, pengganti masjid lama yang daya tampungnya tidak memadai lagi. Sekarang Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Kec. Pante Bidari Aceh Timur telah berdiri megah, dan sampai sekarang Abu Lueng Angen masih dipercaya masyarakat untuk mengetuai kepanitiaan.

Pembangunan masjid Baiturrahim Lhok Nibong dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 25 Maret 1981. Proses pembangunan terbilang lancar, sehingga pada hari Jumat 30 Maret 1984, masjid telah dapat digunakan untuk salat Jumat. Satu hal yang patut diapresiasi, masjid ini berhasil dibangun, walaupun hanya mengandalkan sumber dana dari swadaya masyarakat. Menurut tokoh masyarakat setempat, bantuan pemerintah hanyalah sebesar 5% dari total kebutuhan biaya pembangunan. Dari itu, keberhasilan pembangunan masjid ini sangat ditentukan oleh peranan Abu Lueng Angen dalam usaha penggalangan dana.

Selain itu, Abu Lueng Angen juga ikut dalam kepanitiaan pembangunan Masjid Pase di Kota Panton Labu, kecamatan Tanah Jambo Aye. Keterlibatannya dalam panitia pembangunan masjid ini dimulai sejak tahun 2000, sampai sekarang.

Abu Lueng Angen adalah sosok yang juga sangat disiplin, rapi dalam segala hal, dan cinta kebersihan. Jika suatu aturan diterapkan dalam dayahnya, maka beliau adalah orang pertama yang mematuhi aturan itu. Dalam hal kerapian, tercermin dari komitmennya yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam setiap kegiatan gotong-royong rutin membersihkan komplek dayah, beliau selalu mengingatkan para santri, agar peralatan yang telah digunakan segera dikembalikan ke tempat penyimpanannya. Oleh karena itu, tidak heran jika beliau merasa terganggu jika melihat area parkir di halaman masjid tidak rapi. Segera beliau memanggil petugas ketertiban agar merapikan area parkir.

Kedekatan Abu Lueng Angen dengan masyarakat telah menjadikan beliau sebagai sosok rujukan. Beliau sangat terbuka menerima siapa saja yang datang berkonsultasi sehingga waktunya lebih banyak tersita untuk melayani masalah kemasyarakatan. Bagi masyarakat Lhok Nibong dan sekitarnya, Abu Lueng Angen bagaikan lokomotif yang menggiring gerbong-gerbong masyarakat, mengikuti rel agama menuju keridlhaan Illahi. Waktu istirahatnya seringkali tersita untuk melayani masyarakat, mungkin itulah sebabnya kadangkalanya akhir-akhir ini kesehatan beliau terganggu.

Dan ia pun juga pernah ikut studi banding yang diprakarsa Gubernur Aceh, Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud, pada tanggal 29 Juli sampai dengan tanggal 16 Agustus tahun 1996. Studi banding diikuti sejumlah ulama Aceh dengan tujuan ke negara-negara berikut; Malaysia, Yordania, Spanyol, Turki, Uzbekistan, Mesir, dan Arab Saudi.

Abu Lhok Nibong punya nama juga Abu Lueng Angen

Berikut ini suatu nasehat yang berkesan kepada santri-santrinya mengenai pemakaian Peci (kopiah):
“Deungon tapakek kupiah lam kawan, geutanyoe leue teujaga droe atau hana takalon ateuh maksiet.”

Kalimat di atas mempunyai maksud saat kita berada dalam suatu forum atau kelompok, dengan berkat peci di kepala kita bisa menjaga kewibawaan diri daripada hal-hal tercela seperti upat, fitnah dan sebagainya.

Makanya beliau sangat menganjurkan santri-santirnya agar memakai peci sebagai sebuah bentuk menjaga diri secara zahir dan merupakan sebuah adab dalam beribadah.

Semoga yang mulia Abu Lhok Nibong atau Abu Daud Ahmad Lueng Angen ini panjang umur dan diberikan kesehatan selalu oleh Allah subhanahu wataala, amin ya Rabbal alamin.

10/06/2022
09/06/2022
* Wibawa Akan Sirna Dengan Satu Kesalahan*Suatu malam, Syaikh Jalaluddin Rumi mengundang Syaikh Syamsudin at-Tabrizi ke ...
28/05/2022

* Wibawa Akan Sirna Dengan Satu Kesalahan*

Suatu malam, Syaikh Jalaluddin Rumi mengundang Syaikh Syamsudin at-Tabrizi ke rumahnya. Sang Mursyid Syaikh Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Rumi.

Setelah semua hidangan makan malam siap, Syaikh Syamsudin berkata pada Rumi: “Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?” (yang dimaksud: arak/khamr).

Rumi kaget mendengarnya, “memangnya anda juga minum?’

“Iya”, jawab Syams.

Rumi masih terkejut, ”maaf, saya tidak mengetahui hal ini.”

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah.”

“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”

“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya.”

“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang.”

“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman.”

“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”

“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur.”

Karena kecintaan pada Syams, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak.

Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman !!!”

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Rumi.

Khalayak melihat botol yang dipegang Rumi.

“Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa p**ang !!!” orang itu menambahi siarannya.

Orang-orang bergantian meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya.

Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syaikh Syamsudin at-Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan."

Seseorang dari mereka masih mengelak. “Ini bukan cuka, ini arak.”

Syams mengambil botol dan membuka tutupnya.

Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka.

Tidak lama kemudian mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Rumi.

Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Rumi hingga pelan-pelan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata pada Syamsudin, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini syekh ?”

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi?.

Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli kepalamu, dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat ???"

"Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman. Bersandarlah hanya kepada ALLAH SWT."

Perjuangan Orang Tua Selamatkan Bayinya Menguras Air Mata, Buah Hati Pergi Dengan Wajah Tersenyum
22/05/2022

Perjuangan Orang Tua Selamatkan Bayinya Menguras Air Mata, Buah Hati Pergi Dengan Wajah Tersenyum

08/03/2022

Rusia vs Ukraina

5 Fakta Kakek Usia 100 Tahun Pelaku Video Mesum di Magelang, Videonya Viral
19/02/2022

5 Fakta Kakek Usia 100 Tahun Pelaku Video Mesum di Magelang, Videonya Viral

5 Fakta Kakek Usia 100 Tahun Pelaku Video Mesum di Magelang, Videonya Viral TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG -  Kota Magelang di Jawa Tengah digegerkan beredarnya sebuah video singkat perbuatan asusila.Pelakunya bukan anak muda melainkan seorang kakek.Videonya viral tengah berbuat asusila dengan seorang wa...

11/05/2020

Maa Syaa Allah Solat Tarawih Di BANDA ACEH | Di Liput Oleh Stasiun Televisi ARAB SAUDI Dan DUBAI ================================== SUBSCRIBE LIKE COMENT SHA...

03/04/2020

Yan hy rakan pesan dari guree

23/03/2020

Agar kamu nggak kemakan hoax

23/03/2020

Ubat Corona..

Address

Jeunieb
Bireuen
24263

Telephone

+6282370939267

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Media aceh posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Media aceh:

Videos

Share

Nearby media companies


Other Media/News Companies in Bireuen

Show All