21/11/2024
"Kopi Ayah di Pagi Hari"
Setiap pagi, Ayah selalu duduk di teras rumah, memegang cangkir kopi hitam kesukaannya. Bagi Dika, anak sulungnya, ritual itu adalah hal biasa yang sering ia abaikan. Namun, suatu hari, Ayah mengajak Dika duduk bersamanya.
“Dika, pernah nggak kamu coba nikmati kopi ini?” tanya Ayah sambil menyodorkan cangkirnya.
“Ah, pahit, Yah. Aku nggak suka,” jawab Dika sambil tersenyum kecil.
Ayah tersenyum dan berkata, “Kopi itu seperti hidup, Nak. Kadang pahit, kadang manis, tergantung bagaimana kita menikmatinya.”
Dika hanya mengangguk, belum paham maksud ayahnya. Namun, pagi itu terasa berbeda. Ayah mulai bercerita tentang perjuangannya membesarkan keluarga.
“Dulu, waktu kamu kecil, Ayah harus bekerja sampai malam hanya untuk beli susu. Kadang lelah, tapi saat melihat senyummu, rasa pahit itu berubah jadi manis.”
Dika terdiam. Ia tak pernah benar-benar tahu seberapa keras Ayah berjuang.
Sejak saat itu, Dika mulai lebih sering menemani Ayah minum kopi di pagi hari. Mereka berbagi cerita, dari hal kecil seperti ayam tetangga yang lucu hingga rencana besar Dika untuk masa depan.
Kini, Dika telah dewasa dan tinggal di kota lain. Namun, setiap pagi, ia menyempatkan diri membuat secangkir kopi hitam. Saat menyeruputnya, ia tersenyum, mengingat Ayah dan semua pelajaran hidup yang diberikan di teras sederhana itu.
Karena keluarga, seperti secangkir kopi, mungkin sederhana tapi penuh kehangatan.
Bagaimana cerita keluargamu?