15/02/2023
*NU dan Peneguhan NKRI*
Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi sosial keagamaan, sejak awal berdirinya telah menjadikan Ahlussunnah wal Jamaah sebagai faham anutan. Dalam akidah mengikuti Imam Abul Hasan al-Asyari (W. 324 H) dan Imam Abu Mansur al-Maturidy (w. 333 H), menganut salah satu dari empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali) sebagai pegangan dalam berfikih (hukum), dan mengikuti Imam Junaid al-Baghdady dan Imam Al-Ghazali (505 H) dalam akhlak tasawuf.
Ahlussunnah wal Jamaah tiada lain adalah ajaran agama Islam yang murni, maka perwatakannya adalah juga karakteristik agama itu sendiri dan yang paling esensial adalah al-tawassuth (moderat), tidak ekstrim kanan atau ekstrim kiri, dan rahmatan lil alamanin.
Pada persoalan berbangsa dan bernegara, karakteristik ini benar-benar tercermin dalam dinamika perjuangan NU dan ulama pesantren sejak masa revolusi hingga detik-detik proklamasi kemerdekaan, bahkan ikut mewarnai dan terlibat langsung saat kelahiran NKRI yang kita cintai ini. Berkat kegigihan pada ulama sebagai soko-guru NU, karakteristik itu senantiasa tetap terjaga dengan baik pada masa-masa berikutnya hingga hari ini, walaupun harus menghadapi hambatan serta tantangan, dan itulah sebenarnya bagian dari jihad fi sabilillah.
Menurut para ulama, Negara Indonesia dapat dikategorikan sebagai Dar Islam (negeri Islam), bukan daulah Islamiyyah (pemerintahan Islam), karena mayoritas penduduk di wilayah ini beragama Islam dan dapat melaksanakan syariat Islam dengan bebas dan secara terang-terangan. Hal ini merujuk pada kitab Syarh Arbain Nawawi hal. 10 dan Bughyatul Mustarsyidin hal. 254. (Muktamar NU ke 11 tahun 1936 di Banjarmasin, Bahtsul Masail PWNU Jatim tahun 2004 di Banyuwangi, Munas NU tahun 2012 di Cirebon).
Status Presiden RI adalah Waliyyul Amri ad-Dharuriy bis Syaukah (penguasa pemerintahan secara darurat sebab kekuasaannya). Hal ini dikarenakan ketidakmungkinan mendapat pemimpin yang memenuhi syarat yang ideal, dengan demikian bagaimanapun pemimpin tetap harus ada, agar urusan berbangsa dan bernegara terjaga dan tidak terbengkalai. (Muktamar NU ke 20 tahun 1954 di Surabaya).
Memilih pemimpin yang mampu mengemban amanat adalah wajib hukumnya. Bagi NU demokrasi adalah perwujudan Syura dalam Islam yaitu asas bermusyawarah sesuai mekanisme yang benar guna membuahkan keputusan yang terbaik dan paling maslahah. (Munas NU tahun 1997 di Lombok Tengah).
Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia telah disepakati dan diterima sebagai pedoman hidup bersama yang mengikat semuanya dalam menjalankan hidup bermasyarakat, beragama dan bernegara. Maka menjadi penting memahami pancasila dan hubungannya dengan Indonesia sebagai Dar Islam. Oleh karena itu, penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya.
Jadi dalam hal ini, Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama. (Muktamar NU XXVII tahun 1984 di Situbondo, Munas NU tahun 2012 di Cirebon).
Dalam pandangan Islam, pemimpin negara adalah pelanjut tugas pokok kenabian yaitu menjaga Agama (حراسة الدين) dan mengatur dunia (سياسة الدنيا). Mengingat pentingnya tugas pemimpin (imam), maka negara wajib dipimpin oleh seorang imam yang cakap memegang tampuk pemerintahan. Syariat Islam sendiri tidak menentukan sistem apa yang harus dipakai dalam pemilihan pemimpin dalam sebuah pemerintahan. Namun hendaknya diwaspadai model pemimpin yang lahir secara instan, yaitu para pemimpin yang tidak mengukur kemampuan dirinya sendiri dan lebih banyak melihat kekuasaan sebagai media menuju kenikmatan pribadi. Indikasinya pelaksanaan pilpres dan pemilukada banyak menimbulkan kamadlaratan, seperti konflik sosial, memecah belah kerukunan, money politik dan berujung pada korupsi serta menghabiskan anggaran negara yang besar. (Munas NU tahun 2012 di Cirebon).
Bentuk dan Status Negara
Khilafah sebagai sistem pemerintahan tidak ditemukan dalil nashnya, namun ia merupakan persoalan ijtihadiyyah (yang memungkinkan variasi pendapat yang kontekstual), karena bagi NU negara dengan pemerintahannya adalah sarana guna mencapai tujuan, sehingga negara sebagaimana Indonesia yang tidak menggunakan sistem khilafah, tidaklah serta merta sah disebut negara kafir, walaupun ada sebagian hukum-hukum Islam belum atau tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna.
Pandangan seperti ini telah diputuskan PWNU Jawa Timur melalui Bahtsul Masail di Genggong pada 2007 dan di Pesma al-Hikam Malang tahun 2006, yaitu: Adakah tuntutan syari'ah berbentuk dalil nash yang mengharuskan pembakuan bentuk khilafah dalam sistem ketatanegaraan Islam?
Tidak ditemukan dalil nash mengenai hal itu, karena bentuk pemerintahan sistem khilafah adalah masalah ijtihadiyyah, dan adanya sebagian hukum syariat Islam yang belum dapat dilaksanakan walaupun akibat kecerobohan umat Islam, tidak dapat mengubah status negara sebagai negara kafir.
شرح النووي على صحيح مسلم جز12 ص 161 للأمام النووي
عن سَالِمِ بنِ عَبْدِ الله بنِ عُمَر عن أَبِيهِ قَالَ ،: قِيلَ لِعُمَرَ بنِ الْخَطَّابِ: لَوْ اسْتَخْلَفْتَ. قَالَ إِنْ أَسْتَخْلِفْ فَقَدْ اسْتَخْلَفَ أَبُو بَكْرٍ وَإِنْ لَمْ أَسْتَخْلِفْ لَمْ يَسْتَخْلِفْ رَسُولُ الله وفي هذا الحديث دليل أن النبي صلى الله عليه وسلّم لم ينص على خليفة وهو إجماع أهل السنة وغيرهم
الجهاد فى الإسلام ص : 81
يلاحظ من معرفة هذه الأحكام أن تطبيق أحكام الشريعة الإسلامية ليس شرطا لاعتبار الدار دار الإسلام ولكنه حق من حقوق دار الإسلام الله إياها فإن هذا التقصير لا يخرجها عن كونها دار الإسلام ولكنه يحمل المقصرين ذنوبا وأوزارا. اهـ
شرح المحلى على جمع الجوامع جز 2 ص 275 لجلال الدين المحلي
قال صلى الله عليه وسلم "«الخلافة من بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً» أي تصير. أخرجه أبو حاتم وأحمد في المناقب،
شرح النووي على مسلم - (ج 6 / ص 291)
وَفِي هَذَا الْحَدِيث : دَلِيل أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنُصّ عَلَى خَلِيفَة ، وَهُوَ إِجْمَاع أَهْل السُّنَّة وَغَيْرهَا
Bagaimana kecenderungan mufassirin dalam menyimpulkan perintah memasuki Islam secara kaffah sesuai teks ayat : أدْخـُلوُا فِى السِّـلْمِ كَافَّةً (QS. al-Baqarah : 208)? Kecenderungan mufassirin dalam menafsirkan perintah masuk Islam secara kaffah ada dua golongan yaitu: Perintah masuk Islam bagi seluruh umat manusia dan perintah terhadap umat Islam agar menerapkan syariat secara penuh dengan sekuat kemampuannya.
التفسير الكبير للإمام فخر الدين محمد بن عمر الرازى {ط.دار الكتب العلمية}
(يَاأيُّهَا الذِيْنَ آمَنُوا) بِالألْسِنَةِ (أدْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَافَّةً) أى دُومُوا عَلَى الإِسْلاَمِ فِيمَا يَسْتَأنِفُوْنَهُ مِنَ العُمْرِ وَلاَ تَخْرُجُوا عَنْهُ وَلاَ عَنْ شَرَائِعِهِ .... الى أن قال ... قَالَ القَفَّالُ (كافة) يَصِحُّ أنْ يُرْجَعَ الَى المَأمُورِينَ بِالدُّخُولِ اى أُدْخُلُوا بِأجْمَعِكُمْ فِى السِّلمِ وَلاَ تَفَرَّقُوا وَلاَ تَخْتَلِفُوا - الى ان قال- وَيَصْلُحُ أنْ يُرْجَعَ اِلَى الإِسْلاَمِ كُلِّهِ اى فِى كُلِّ شَرَائِعِهِ، قالَ الوَاحِدِى رَحِمَهُ الله: هَذَا ألْيَقُ بِظَاهِرِ التَّفْسِيرِ لأنَّهُمْ أُمِرُوا بِالقِيَامِ كُلِهَا
Kaedah Takfir
Persoalan menghukumi kafir, bagi NU adalah persoalan berat dan berbahaya. Rasululah bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ «إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهَمَا
"Ketika seseorang menghukumi kufur saudara seimannya, maka sungguh kekufuran itu kembali kepada salah seorang di antara keduanya."
Bahtsul Masail PWNU Jatim di Tulungagung pada 2013 telah memutuskan mengenai kriteria takfir (menghukumi kafir), yaitu:
Sejauh mana tuduhan kafir pada person, institusi atau kelompok orang dapat dibenarkan dibenarkan? Menuduh kafir kepada person atau intitusi tidak dapat dibenarkan, kecuali yang dituduh benar-benar terbukti melakukan sebab kekafiran.
قال العلامة الامام السيد أحمد مشهور الحداد وقد انعقد الاجماع علي منع تكفير أحد من أهل القبلة الا بما فيه نفي الصانع القادر جل وعلا اوشرك جلي لايحتمل التأويل اوانكار النبوة اوانكار ماعلم من الدين بالضرورة اوانكار متواتر اومجمع عليه ضرورة من الدين والمعلوم من الدين ضرورة كالتوحيد والنبوات وختم الرسالة بمحمد صلي الله عليه وسلم والبعث في اليوم الأخر والحساب والجزاء والجنة والنار يكفر جاحده ولايعذر أحد من المسلمين بالجهل به الا من كان حديث عهد بالاسلام فانه يعذر الي ان يتعلمه ثم لايعذر بعده الي ان قال وان الحكم علي المسلم بالكفر في غير هذه المواطن التي بيناها أمر خطير وفي الحديث "اذا قال الرجل لأخيه ياكافر فقد باء بها أحدهما" (رواه البخاري) ولا يصح صدوره الا ممن عرف بنور الشريعة مداخل الكفر ومخارجه والحدود الفاصلة بين الكفر والايمان في حكم الشريعة الغراء( مفاهيم يجب ان تصحح ص 81 و 82 للسيد محمد بن علوي بن عباس المالكي المكي الحسني
Al-Allamah al-Imam al-Sayyid Ahmad Masyhur al-Haddad berkata, telah menjadi ijmak tidak boleh mengkafirkan siapapun dari ahli kiblat kecuali sebab yang mengandung penafian (pengingkaran) terhadap wujud Allah al-Shani al-Qadir Jalla wa Ala, syirk jaliy yang tidak mungkin ditakwil, pengingkaran kenabian, pengingkaran hukum yang telah maklum dari agama secara dlaruriy (pasti), pengingkaran hadits mutawatir, pengingkaran hukum yang telah menjadi ijma secara dlaruriy dari agama.
Persoalan yang telah maklum secara dlaruriy itu seperti tauhid, kenabian, penutup kerasulan dengan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, baats di hari akhir, hisab dan jaza, surga dan neraka. Orang yang mengingkarinya adalah kafir dan tidak seorangpun diterima alasan ketidaktahuannya kecuali ia baru masuk agama Islam, maka ia dapat diterima alasannya sampai dia belajar agama, kemudian sesudah itu tidak diterima alasannya ….sampai ungkapan muallif…Sesungguhnya menghukumi orang Islam dengan kufur dalam selain tempat-tempat yang telah kami jelaskan, adalah urusan yang berbahaya.
Dijelaskan dalam hadis “apabila seseorang memanggil kawannya “hai kafir”, maka sungguh salah satu dari keduanya telah kembali (murtad)”. Hadits riwayat Imam Bukhari.
Vonis kufur tidaklah sah kecuali dari orang yang sebab cahaya syariah, ia mengetahui celah-celah masuk ke dalam kekufuran dan celah-celah keluarnya, serta batas-batas pemisah antara kufur dan iman menurut hukum syariat yang cemerlang.
Cinta Tanah Air
Cinta pada tanah air adalah sunnah Rasulullah Muhammad. Kecintaan beliau pada Mekah di mana beliau lahir, dan cinta Madinah di mana beliau tinggal misalnya dibuktikan dalam hadits shahih berikut ini
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (رواه البخارى)
Doa Nabi: “Ya Allah, jadikan kami cinta Madinah, sebagaimana cinta kami kepada Mekah, atau melebihi Mekah” (HR al-Bukhari).
Adalah wajar dan merupakan kewajiban untuk mencintai Indonesia. Ada tiga alasan mendasar NU bahwa NKRI sudah final:
(1) bagi Nahdlatul Ulama negara adalah sarana guna mencapai tujuan yaitu menjamin dan melindungi kehidupan manusia menuju maslahah ammah yang selaras dengan tujuan syariat, yaitu terpeliharanya lima hak dasar manusia (al-ushulul-khams) yaitu, perlindungan agama, perlindungan jiwa (kehormatan), perlindungan akal, perlindungan keturunan dan perlindungan harta.
(2) Nahdlatul Ulama dalam persoalan bentuk negara lebih mementingkan substansi bukan lahiriahnya. Oleh karena itu, sekalipun negara yang kita huni dan mesti kita cintai ini disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi secara substansial adalah negari Islam sebagaimana dijelaskan di atas.
(3) Nahdlatul Ulama menyadari akan kemajemukan Indonesia, baik agama, suku, ras, bahasa dan adat istiadat, sehingga memerlukan kearifan dalam memilih dan menentukan bentuk negara agar kemajemukan tetap terjaga dengan baik, sekaligus kebersamaan dan persatuan dapat dicapai tanpa ada pihak yang tersinggung dan tercederai*.
*Dengan demikian, kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai, tentrram, aman dan sentosa harus menjadi prioritas, bukan formalitas yang justru malah berujung pada perpecahan dan pertikaian. (disarikan dari Munas NU tahun 2012 di Cirebon).*
Referensi makalah KH. Azhar Shofwan, aneka keputusan Bahtsul Masail dan Munas, serta buku Ahlussunah walJamaah, Fikih dan Landasan Amaliyah.
-------
Sambutan KH Ma'ruf Amin Wakil Presiden RI Dalam Muktamar Internasional Fiqih Peradaban.
Menyampaikam kinokspik tentang kontekstualisasi pandangan keagamaan sengan realitas peradaban yang berubah. Dalam sambutan KHa'ruf amin hanya menyampaikan pokok-pokok pemikiran saja.