05/01/2021
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG WALI JADZAB ATAU MAJDZUB
ﻭﺗﻜﻮﻥ ﺣﺎﻟﻪ ﺍﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﺑﺤﺴﺐ ﺍﻟﺤﺎﻟﻪ ﺍﻟﺘﻲ ﺟُﺬﺏ ﻓﻲ ﺍﺛﻨﺎﺋﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﺟُﺬ ﺏ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻗﺒﺾ ﺍﻱ ﺍﻛﺘﺌﺎﺏ ﻓﻌﻤﺮﻩ ﻛﻠﻪ ﻗﺒﺾ ﻭﺇن جذب ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺑﺴﻂ ﻓﻌُﻤﺮﻩ كله ﺑﺴﻂ ﻭﺿﺤﻚ ﻭﻫﺬﺍ ﺗﺼﺮﻳﺢ ﻟﻠﻤﺠﺬﻭﺏ ﺑﺄﻥ ﻳﻔﻌﻞ ﻣﺎ ﻳﺮﻳﺪ ﻭﺃﻭﺻﻰ ﺍﻟﺸﻌﺮﺍﻧﻲ ﺑﻌﺪﻡ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﺍﻟﻤﺠﺎﺫﻳﺐ ﻷﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﺍﻟﺴﺮﺍﺋﺮ ﻭﺍﻟﺨﻮﺍﻃﺮ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻣﺔ
Syaikhul Imam Abdul Wahab As-Sya'rani berkata : Keadaan majdzub itu tergantung dgn kondisi saat dia di tarik oleh ALLAH (jadzab) jika ditarik dalam keadaan qabdhun atau sedih maka kesehariannya selalu sedih (karena ALLAH bukan sedih urusan duniawi),jika ditarik saat dia dalam keadaan basthun atau lapang maka kesehariannya selalu senang dan tertawa,dan ini menjelaskn bahwa orang majdzub itu melakukan apa yang ia mau. Imam As-Sya'rani berwasiat agar tidak membaur dgn mereka karena mereka mengetahui rahasia-rahasia dan pikiran-pikiran yang kotor.
ﻭﺳﺎﺩ ﺍﻻﻋﺘﻘﺎﺩ ﺑﺄﻧﻬﻢ ﻳﻌﻴﺸﻮﻥ ﻓﻲ ﻋﺎﻟﻢ ﺁﺧﺮ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﻨﺎﻥ ﺇﻥ ﻣﻦ ﺷﺄﻥ ﺍﻟﻤﺠﺎﺫﻳﺐ ﺃﻧﻚ ﺗﺮﻱ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻣﺎﺷﻴﺎ ﻭﻫﻮ ﺭﺍﻛﺐ ﻭﺗﺮﺍﻩ ﻳﺄﻛﻞ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻭﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ ﻟﻢ ﻳُﻔﻄﺮ ﻭﺗﺮﺍﻩ ﻋﺎﺭﻳﺎ ﻭﻫﻮ ﻣﺮﺗﺪ ﻟﺜﻴﺎﺑﻪ
Mereka wali majdzub itu hidup di alam lain, sebagaimana ucapan Ibnu Inan: diantara tingkah majdzub adalah kamu melihat dia sedang berjalan padahal dia sedang menaiki kendaraan, kamu lihat dia sedang makan disaat puasa Romadhon padahal dia puasa, kamu melihat dia telanjang padahal dia berpakaian.
ﻭﻓﻀﻞ ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﺎﻟﻚ ﻷﻥ ﺍﻷﻭﻝ ﻃﻮﻳﺖ ﻟﻪ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﻟﻢ ﺗﻄﻮ ﻋﻨﻪ ﺃﻱ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﺃﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﺧﺘﺼﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺴﺎﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﺗﺮﻛﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻄﻊ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﻳﺴﻠﻜﻬﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ
Imam Ibnu Athaillah; mengunggulkan majdzub daripad salik, karena majdzub dilipat baginya jalan menuju ALLAH (suluk) dan tidak dilipat bagi salik. Majdzub langsung ALLAH yang memilih sehingga ALLAH ringkas suluknya tanpa harus bersusah payah (instan). Sedang salik, ALLAH membiarkan dia menempuh jalan suluknya dgn sendirinya.
قال الشيخ محمد مراد النقشبندي الجذبة هي الميل والمحبة إلى الله تعالى
Syekh Muhammad Murad An Naqsyabandy berkata : Jadzab ialah condong dan cinta kpd ALLAH
قال الشيخ أحمد بن عجيبة الجذب هو غياب الحس بالكلية لترادف أنوار المحبة والعشق ويقول قال بعض المحققين لا يصح أن يقال في الأنبياء عليهم السلام سالكون ولا مجذوبون لأن الجذب لا يكون إلا عن نفس والسلوك لا يكون إلا في قطع عقباتها وهم عليهم السلام مطهرون من آثار النفوس بأول قدم
Syekh Ahmad Ibnu Ajibah berkata : Jadzab ialah hilang nya rasa secara keseluruhan karena sinkron nya cahaya cinta dan kerinduan. Sebagian ahli hakikat berkata : tidak boleh dikatakan bahwa para Nabi itu salik, karena salik itu harus memutus rintangan-rintangan yg menghalanginya untuk wushul, dan tidak juga dikatakan majdzub, karena jadzab itu dari bersihnya nafsu, sedangkan para Nabi itu dibersihkan dari bekas-bekas kotoran nafsu sejak lahir
قال ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻔﻴﺾ ﺍﻟﻤﻨﻮﻓﻲ اﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﻫﻮ ﻣﻦ ﺟﺬﺑﺘﻪ ﺷﻮﺍﺭﻕ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ﻭﺃﻳﻘﻈﺘﻪ ﺑﻮﺍﺭﻕ ﺍﻟﺠﻼﻝ .وﺍﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﺍﻟﺤﻖ ﻫﻮ ﻣﻦ ﺃﺧﺬﺗﻪ ﻫﻮﺍﺗﻒ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻐﺮ ﻭﺭﺑﺘﻪ ﻳﺪ ﺍﻟﻌﻨﺎﻳﺔ ﺣﺘﻰ ﺍﻟﻜﺒﺮ
Abul Faidh Al Manufi berkata : Majdzub adalah orang yg ketarik oleh sinarnya keindahan sifat ALLAH, dan dia dibangunkan/disadarkan oleh berkilatnya keagungan ALLAH.
قال ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﺮﻧﺪﻱ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺤﻜﻤﺔ ﺍﻟﻌﻄﺎﺋﻴﺔ ﺷﺄﻥ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦ ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﺑﺎﻷﺷﻴﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻫﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺷﻴﺌﺎً ﺇﻻ ﻭﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺄﻥ ﺍﻟﻤﺠﺬﻭﺑﻴﻦ ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺷﻴﺎﺀ ﻭﻫﻢ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻣﺎ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺷﻴﺌﺎً ﺇﻻ ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺒﻠﻪ
Syekh Ibnu Ibad Ar Randi berkata : status salik itu mencari dalil dgn sesuatu untuk mengenal ALLAH,dan mereka berkata : kami tidak melihat sesuatu kecuali kami melihat ALLAH setelah adanya sesuatu tersebut. Status majdzub itu mencari dalil dengan ALLAH untuk mengenal sesuatu, mereka berkata : kami tidak melihat sesuatu kecuali sebelumnya kami sudah melihat ALLAH .
يقول الحكيم الترمذي صاحب كتاب ختم الأولياء يحتاج الولي إلى مدة في جذبه كما يحتاج المجتهد إلى المدة في صدقه إلا أن هذه تصفيته لنفسه بجهده وتصفية المجذوب يتولاه الله بأنوار
Imam Hakim At Turmudzi berkata: seorang wali butuh waktu dalam jadzabnya sebagaimna orang yang mujahadah butuh waktu dalam kesungguhanya, hanya saja penjernihan nafsunya mujahid itu dengan mujahadahnya sedang penjernihan nafsunya majdzub itu ALLAH langsung yg menanganinya.
الناس على قسمين قوم وصلوا بكرامة الله إلى طاعة الله وقوم وصلوا بطاعة الله إلى كرامة الله. أن من الناس من حركَ اللهُ همته لطلب الوصول إليه فصار يطوي بهما نفسه ويبدأ طبعه إلى أن وصل إلى حضرة ربه يصدق على هذا قوله سبحانه وتعالى وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Ibnu Athoillah mengutip ucapan gurunya Syekh Abul Abbas Al Mursi (murid dr Syekh Abu Hasan As Syadzili): Manusia itu ada 2 bagian; sebagian manusia yang sebab dengan rahmat-NYA, mereka bisa wushul, dan sebagian manusia dengan beribadah mereka sampai (wushul) kepada rahmatnya ALLAH. Diantara manusia ada yg ALLAH gerakkan keinginannya untuk wushul kepad ALLAH, sehingga dia bermujahadah dan berusaha keras agar sampai kepada ALLAH, dan ini dibenarkan dengan Firman ALLAH (surat Al ankabut ayat 69)
ومن الناس من فاجأته عناية الله من غير طلب ولا استعداد ويشهد لذلك قوله يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاء. والأول حال السالكين والثاني حال المجذوبين فمن كان مبدأه المعامله فنهايته المواصله ومن كان مبدأه المواصلهْ رد إلى وجود المعامله ولا تظن أن المجذوب لا طريق له بل له طريق طَوَتْهَا عناية الله له فسلكها مسرعًا إلى الله عجلا
Diantara manusia ada yang secara mendadak ALLAH langsung beri inayah (pertolongn) tanpa harus berusaha dan bermujahadah, yang membenarkan adanya hal ini adalah Firman ALLAH (surat Ali Imran ayat 74).
Adapun yang pertama adalah status para Salikin (penempuh jalan kepada ALLAH) Dan yang kedua adalah status para Majdzub Maka siapa yang permulaannya itu beribadah dan mujahadah maka puncaknya nanti akan wushul kepada ALLAH dan siapa yg permulaannya itu langsung diberi ALLAH wushul maka dia nanti akan dikembalikn kepada mujahadah dan beribadah, dan jangan kamu kira orang majdzub itu tidak punya jalan menuju kpd ALLAH (thoriqat) justru thoriqat nya dia di lipat oleh inayah ALLAH sehingga dia menempuh jalan kepada ALLAH dengan cepat(instan).
قال الشيخ احمد رضوان الجذب الحقيقي وهو اختطاف رباني يحدث من غير تكلف ولا عناء ولا مشقة وهو نوعان جذب منقطع وصاحبه يغيب ويفيق وجذب مطبق وصاحبه فلا يفيق
و أن من المجاذيب من يمشي من جهة إلى جهة ومنهم من يمشي دائماً ومنهم من يبقى مكانه
و إن المجاذيب قوم أخذهم الله من أنفسهم، فليسوا من الناس وهم ناجون لكنهم لا ينفعون الناس لأن الذي ينفع في طريق الله هم العلماء بربهم العاملون بالكتاب والسنة الجامعون للحقيقة والشريعة
Syekh Ahmad Ridhwan berkata: Jadzab yang hakiki adalah perenggutan ketuhanan yang terjadi tanpa harus ikhtiyar, berusaha dan susah payah. Jadzab itu ada 2 :Jadzab Mungqathi' (orangnya terkadang sadar/sembuh dan terkadang akalnya tenggelam/lenyap). Jadzab Muthbiq (orangnya tidak pernah siuman/sadar). Dan diantara orang-orang jadzab ada yang kesehariannya s**a berjalan kaki dari satu arah ke arah lain, ada yang berjalan kaki selamanya dan ada yng hanya menetap di tempatnya. Dan para Majadzib (jamak dari kata jadzab) adalah kaum yang ALLAH ambil jiwa mereka sehingga mereka tidak seperti manusia normal dan mereka akan selamat akan tetapi mereka tidak bisa memberi manfaat kepada manusia karena yang dapat memberi dan menuntun kepada jalan ALLAH (wushul ) adalah ulama’ billah yng mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah yg menggabungkn syariat dan hakikat.
قال ابن عجيبة لا يُشترط في الولي ظهور الكرامة وإنما يشترط فيه كمال الاستقامة
ولا يشترط فيه أيضا هداية الخلق على يديه إذ لم يكن ذلك للنبيّ فكيف يكون للولي فكثير من العوام لا يقرون الولي حتى يروا له آية أو كرامة مع أن الولي كلما رسخت قدمه في المعرفة قلَّ ظهور الكرامة على يديه لأن الكرامة إنما هي معونة وتأييد وزيادة إيقان والجبل الراسي لا يحتاج إلى عماد.
Ibnu Ajibah berkata : tidak disyaratkn bagi wali yaitu harus mempunyai karomah namun yang di syaratkan adalah sempurnanya istiqamah, dan tidak disyaratkan p**a wali itu harus membuat manusia sadar (dapat hidayah) karena hal tersebut tidak dimiliki para Nabi apalagi dengan para Wali. Dan banyak orang awam tidak mengakui kewalian seseorang sampai mereka melihat karomah yg muncul dari orang tersebut, padahal semakin dalam kemakrifatannya seorang wali maka semakin sedikitlah karomah yg terlihat darinya, karena karomah itu hanya sebagai penolong, penguat dan penambah keyakinannya. Gunung yg kokoh itu tidak butuh tiyang.
---
--
-
📽 Al-Maghfurlah Al-Habib Ja'far bin Muhammad Al-Kaf
(Kudus-Jawa Tengah)