Grand Central (Jeff Golub) Jazz With You Krishnan Mohamad. Guitar Improvisation With Backing Track
LCBS Jazz With You
Player: Krishnan Mohamad, SE.
Resume Music: pengalaman mengajar guitar klasik 39 thn di berbagai sekolah musik, belajar guitar klasik dari pak Iqbal Tahir, dan jazz dari alm pak Mulwadi, mengikuti Masterclass dari Maestro: Thibault Cauvin, Gabriel Bianco, Yasuaki Huira, Giordano Passini.
Concert: Erasmus Huis Jakarta (Netherland Embassy), event Kedutaan Australia, IFI (Institute Francaise de Indonesie) Bandung.
Event: Sekolah musik, pernah regular entertainment di Chedi Hotel, Hyatt, Sheraton, terakhir di Jurrin @Ascott-Sudirman- Jakarta (New Year's Eve).
Aktif di luar musik: sebagai Partner di Ritz Corpora sebuah Strategic Mgt Consultancy di Equity Tower SCBD -Jakarta.
Aktif di komunitas musik, diantaranya: IGI Bandung Ikatan Guitar Klasik Indonesia), UGK-ITB, KlabJazz, Klab Klasik.
Sarjana S1 dari Fekon UNPAD, juga pernah kuliah di Geodesi ITB.
youtube : krishnan mohamad
e-mail: [email protected]
https://youtu.be/CsxZxLnVIwA
#belajarjazz #guitar #gitar #musicjazz #popjazz #senimusik #lagujazz
Product by KARLA-10
“Quietude” adalah album musik Brazilian yang luar biasa personal, bukan tentang perayaan kekuatan teknis, ini tentang bagaimana menghargai mood dan momen. Menurut Eliane Elias, album “Quietude” terinspirasi matra pergelaran-pergelaran impromptu yang biasa hadir dalam apartemen-apartemen Brazil, yang menghadirkan musik lebih intim dan tenang dari yang biasa terdengar di aula-aula dansa atau parade-parade. Dalam album ini, piano mendapat peran pendukung, dengan suara Eliane Elias menguasai panggung utama, sering kali hanya didukung gitar akustik, dalam kepekaan ayunan bossa nova. Untuk itu, Eliane Elias mengundang trio master gitar Brazilian. Marcus Teixeira. Lula Galvão, dan teman lamanya, legenda gitar Oscar Castro-Neves. Sebelum meninggal dunia di tahun 2013, Oscar Castro-Neves merekam track “Tim Tim Por Tim Tim”, yang kemudian disimpan selama hampir satu dekade dan akhirnya dirillis dalam album “Quitude”. Album Quietude berakhir sempurna melalui track “Saveiros”, menampilkan duo vocal Eliane Elias dan bintang Brazilian masyur berusia 79 tahun, putra dari komposer Dorival Caymmi, Dori Caymmi, “Saveiros” diciptakan Dori Caymmi bersama Nelson Motta, bercerita tentang para pria yang pergi melaut. Eliane Elias menjelaskan, lirik indah “Saveiros” menggambarkan bagaimana perahu-perahu layar pergi sebelum matahari terbit, berharap dapat pulang saat matahari terbenam. Untuk setiap perahu yang terlihat melintasi cakrawala, ada satu lagu tentang sukacita setelah menaklukkan lautan.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday #instamusic #musik #elianeelias
“Mirror Mirror”, yang dirilis tahun 2021, dan “Quietude” tahun 2022 merupakan dua album masa pandemi yang mewakili dua aspek talenta Eliane Elias yang berbeda. “Mirror Mirror” secara ekslusif menghadirkan piano, sementara “Quietude” menekankan kemampuan bernyanyi Eliane Elias. Kedua album tersebut juga sangat kontras. Dalam “Mirror Mirror”, sebagai pianis Eliane Elias memamerkan kemahiran teknisnya, seperti Bud Powell memainkan bebop murni, memainkan sebanyak mungkin nada dan kord dalam tempo sangat cepat. Sementara dalam “Quietude”, Eliane Elias bernyanyi seakan akan memperdaya, dengan menggunakan teknik minimal sederhana. Gaya vokalnya sejalan dengan tradisi mendiang Joao Gilberto, pelopor bossa nova yang dipengaruhi Chet Baker. Menurut Will Friedwald dari New York Sun, Eliane Elias memang mengingatkan akan Gilberto dan Baker, karena Eliane Elias bernyanyi dengan bergerak sedikit mungkin. Meski demikian istilah monoton tidak cocok digunakan karena terlalu keras menggambarkan suara Eliane Elias yang indah. Pengaruh kuat vokal Eliane Elias dapat dirasakan pada dua lagu di mana ia bernyanyi hanya ditemani gitar, balada karya Roberto dan Erasmo Carlos, “Olha”, dan medley samba midtempo ”Saudade da Bahia” dan “Você Já Foi à Bahia?” karya komposer Dorival Caymmi. Pada lagu-lagu tersebut, Eliane Elias mengarungi melodi-melodi menantang dengan jangkauan vokal mengagumkan. Dalam “Eu Sambo Mesmo”, Eliane Elias memberikan rasa tersipu malu yang menggetarkan, dengan menyanyikan vokal pizzicato seakan-akan berdansa dengan hati-hati di antara tikar-tikar pantai dan pasir panas. Sementara lagu “Brigas Nunca Mais” diawali dengan dramatis melalui kord-kord gusar, yang dengan cepat mereda dalam sihir vokal mendayu Eliane Elias dan permainan solo hebat pada paruh kedua.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday
“Thirsty Ghost”, merupakan reaksi terhadap beragam pengalaman hidup yang memperluas dan memperdalam seni yang ditekuni vokalis Sara Gazarek. Demikian menurut Jerome Willson dari All About Jazz. Dalam album keenam yang dirilis tahun 2019 ini, Sara Gazarek bernyanyi dengan kekuatan baru dan ketulusan, melalui repertoire yang dipilih dari beragam sumber.
Musik yang dimainkan termasuk lagu-lagu fusion funky, balada-balada akustik, dan hibrida beragam gaya. “I Get Along Without You Very Well” karya Hoagy Carmichael mendapat perlakuan sederhana dengan suara sendu bersanding dengan trio piano, sementara lagu Frank Loesser, “Never Will I Marry”, diapungkan ritme Afrika ceria. Lagu-lagu seperti “I am Not The Only One” dan lagu karya Stevie Wonder “I Believe When I Fall In Love” memiliki funk elektrik mewah atau latar soul, menjadi hidup berkat kesungguhan nyanyian Sara Gazarek. Ia menunjukkan sensualitas halus pada “Easy Love”, melantun lembut diiringi musik jazz pop canggih, yang dipimpin organ Larry Goldings dan piano Stu Mindeman. Drama muncul dalam balada country klasik milik Dolly Parton, “Jolene”. Di atas keriuhan piano dan drum, suara Sara Gazarek dimulai dengan intens, mengeras dan makin terdengar marah seiring pergerakan lagu. Hingga akhirnya, Sara Gazarek berteriak pada Jolene agar menjauh dari teman prianya.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday #instamusic #musik #saragazarek
Lahir di Seattle, Sara Gazarek menemukan kegembiraan vocal jazz semasa SMA, berkat pengaruh pengarah band SMAnya. Di tingkat terakhir SMA, Sara Gazarek meraih penghargaan bergengsi Ella Fitzgerald Foundation Outstanding Jazz Vocalist Award, di mana Sara Gazarek tampil pada Essentially Ellington Festival di Avery Fisher Hall New York City bersama Wynton Marsalis. Sara Gazarek melanjutkan studi di Thornton School of Music University of Southern California di Los Angeles, di mana ia berguru pada sejumlah musisi seperti bassist John Clayton, penyanyi Tierney Sutton dan Carmen Bradford.
Tahun 2003, Sara Gazarek meraih penghargaan Downbeat Student Music Award, kategori Best Collegiate Vocalist. Tak lama kemudian, Sara Gazarek diundang untuk bergabung dalam rut vokalis jazz wanita bersama Oleta Adams, Karrin Allyson, dan Diane Schuur, sebagai bagian dari rangkaian Concord Jazz Festival on Tour, tahun 2004. Album debut tahun 2005 “Yours” berisi lagu-lagu standar Great American Songbook, mendapat pujian kritikus. disusul album kedua “Return To You”, tahun 2007, keduanya diproduksi bassist John Clayton, Tahun 2010, Sara Gazarek bergabung dengan band Jerman Triosence untuk album “Where Time Stands Still”.
Dua tahun kemudian, Sara Gazarek merilis album “Blossom & Bee”, dan bergabung dengan fakultas studi jazz di University of Southern California. Tahun 2016, Sara Gazarek dan pianis John Nelson merilis album duo “Dream in the Blue”. Menyusul periode sulit di mana pernikahannya kandas, kehilangan keluarga dekat, diikuti reevalusi arah kreatifnya, Sara Gazarek kembali dengan album “Thirsty Ghost” tahun 2019. Album ini menampilkan musisi tamu vokalis Kurt Elling, dan Sara Gazarek meramu cover lagu-lagu klasik dan kontemporer dari musisi seperti Dolly Parton, Nick Drake, dan Stevie Wonder. “Thirsty Ghost” memberikan nominasi Grammy pertama untuk Sara Gazarek, untuk Best Jazz Vocal Album dalam ajang 62nd Annual Grammy Awards.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
Bapak Iwan Hermawan, Aktivis Aliansi untuk Pendidikan dan Keselamatan Anak mengharapkan pihak sekolah harus mengikuti rekomendasi dari WHO, IDI, IDAI dan KPAI dalam menjalankan Pembelajaran Tatap Muka dengan disiplin protokol kesehatan.
Simak Talk Show lengkapnya melalui Youtube KLCBS
"Bincang Hukum : Harapan dan Kenyataan Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi"
https://youtu.be/FlpP9GZnUSk
.
.
.
#sekolah #tatapmuka #sekolahtatapmuka #covid19 #anaksekolah
Dibentuk di Ithaca College, New York, New York Voices bertahan sebagai salah satu kelompok vokal jazz terdepan di dunia. Awalnya adalah sebuah quintet, kelompok vocal ini menjadi sebuah quartet pada tahun 1994, dengan anggota yang bertahan hingga kini, vocalis tenor dan saxophonist Darmon Meader sebagai arranger utama, vokalis baritone Peter Eldridge, serta Lauren Kinhan dan Kim Nazarian sebagai vokalis suprano. Selama puluhan tahun, New York Voices tur dan berkolaborasi dengan musisi-musisi jazz besar, termasuk Bobby McFerrin, PaquitoD’Rivera, Jim Hall dan Count Basie Orchestra. Umur panjang tersebut termasuk luar biasa mengingat ke empat anggota New York Voices memiliki karir terpisah sebagai seniman dan pendidik jazz, serta hidup saling berjauhan. Kim Nazarian tinggal Ohio dan mengajar di Ithaca College. Darmon Meader menetap di upstate New York dan menjadi Artist-In-Residence di Indiana University. Lauren Kinhan menetap di Long Island dan mengajar di New York University. Sementara Peter Eldridge menetap di New Hampshire dan mengajar di Berklee College of Music. Kunci umur panjang New York Voices adalah menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional. Menurut Kim Nazarian, meskipun New York Voices tidak menjadi sumber penghasilan utama, menjadi anggota New York Voices adalah pekerjaan prioritas.Tidak ada yang mau membuang warisan yang telah dihasilkan New York Voices. Esensi New York Voices adalah menyanyikan apa yang mereka rekam. Penampilan live New York Voices lebih baik dari rekaman mereka.Tujuan awal and karir New York Voices adalah menjembatani jurang antara jazz vocal dan instrumental. New York Voices mengeluarkan album “Reminiscing in Tempo” tahun 2019, yang menunjukkan New York Voices terus menantang diri sendiri meskipun sudah 30 tahun berdiri.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday #instamusic #musik #newyorkvoices
Simak tips berhasil di bisnis online dari Ryanda Ibrahim
@ryandaibrahim
- CEO & Founder Terrel Sportswear
@terrelsportswear
.
.
.
#KLCBSTheEntrepreneurs #business #online #selling #onlineshop #onlinestore #bisnis #bisnisonline #onlinebusiness
Menurut Will Layman dari Pop Matters, sebagian besar album solo keempat bassist vokalis Richard Bona yang dirilis tahun 2006, “Tiki”, terdengar schizophrenik. Lagu “Dipama” yang pendek menyenangkan, diikuti lagu yang menjadi judul album “Tiki”, yang bergeser dari groove Afrika ke pop India, menampilkan vokal Susheela Raman, kemudian ke rap setengah hati dari Davi Vieiria. Kombinasi tersebut bisa membuat pendengar mengangkat bahu karena kebingungan musikal. Bukan berarti Richard Bona tidak berbakat. Richard Bona adalah bunglon yang cerdas yang menambahkan keragaman warna-warna menakjubkan, ini tampak nyata pada permainannya bersama Zawinul Syndicate dan banyak musisi lainnya. Namun di album “Tiki”, kaleidoscope menjadi panggung utama dan perhatian penyimak buyar. Lagu-lagu terbaik bukanlah yang paling rumit sehingga permata-permata kecil hilang di lautan pasir pantai world-pop yang menyenangkan tapi gampang dilupakan. Seperti aransemen cover lagu Jaco Pastorius “Three Women”, menjadi tiga menitan string lembut yang terlalu mudah yang ditambah penampilan Richard Bona meniru Jaco Pastorius. Instrumen string kembali hadir dengan efek lebih agresif dalam “Samarouma”, di mana Richard Bona agak terdengar seperti Milton Nasciemento. Jantung album “Tiki” adalah “Ba Senge”, di mana Richard Bona bernyanyi di atas groove funk kecil untuk Rhodes, bass, dan drum. Lagu tersebut terdengar organik dan tulus.
.
#KLCBSMusicHighlight
.
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday #instamusic #musik #RichardBona
Lahir tahun 1967 di Minta, satu desa di Kamerun tengah, sejak lahir, musik sudah menjadi pusat dunia Richard Bona. Dimulai dengan musik yang dinyanyikan sang Ibu dan keempat saudarinya di gereja setiap minggu, Richard Bona mengembangkan gairah untuk suara-suara dan harmoni sejak dini. Di usia 5 tahun Richard Bona bergabung dalam paduan suara dan keluarganya mulai menyadari bakat musiknya. Richard Bona dengan cepat belajar instrumen musik hanya dengan mengamati seseorang bermain instrumen tersebut. Ketika tidak ada instrumen tradisional untuk dimainkan, Richard Bona menemukan cara-cara kreatif membuat instrumennya sendiri, termasuk suling, balafon besar, perkusi kayu, dan gitar 12 string.
Saat berusia 11 tahun, Richard Bona mengikuti sang Ayah ke Douala, kota pelabuhan dengan 2 juta penduduk, dan mulai bekerja sebagai gitaris dalam sebuah kelompok dansa. Usia 13 tahun, Pemilik salah satu klub menyuruh Richard Bona membentuk sebuah kelompok musik jazz, dan memberikan koleksi 500 album jazz. Melalui album-album tersebut Richard Bona menemukan esensi jazz, kebebasan, kompleksitas, virtuositas musik yang diciptakan keturunan nenek moyangnya di Amerika. Usia 22 tahun, Richard Bona pergi ke Paris, di mana ia membangun reputasi solid. Richard Bona bermain musik bersama Didier Lockwood, Marc Fosset dan Andrea Ceccarelli, serta ikut ambil bagian dalam rekaman studio para musisi seperti Manu Dibango, Salif Keita, and Joe Zawinul.
Tahun 1995, Richard Bona mengiikuti jejak Angelique Kidjo, menyebarangi lautan ke New York, di mana ia kembali bertemu Joe Zawinul dan kemudian menemani Joe Zawinul dalam tur dunia. Melalui pengelanaan musikalnya yang luar biasa. Richard Bona menyerap jiwa dan ritme tempat-tempat yang ia kunjungi. Dan beruntung, Richard Bona memiliki talenta meramu temuan-temuan tersebut menjadi masterpiece musikal. Seperti pada album keempat, “Tiki”, Richard Bona menjadi pemandu tur musik mengunjungi berbagai penjuru dunia, mengeksplorasi manusia dan ruh berb
Album ‘Triangle’ karya vokalis Luba Mason yang dirilis tahun 2020, menampilkan konfigurasi yang belum pernah ada dalam genre apapun, sebuah trio terdiri dari vokal, vibraphone, dan bass. Direkam dalam sebuah kumpulan teman dekat, keluarga, dan fans di Power Station Studio di Manhattan, Luba Mason diiringi master vibraphonist Joe Locke dan bassist James Genus membawakan sepuluh lagu yang diproduksi Renato Neto, kolaborator lama Prince.
Album dibuka dengan lagu karya komposer Sxip Shirey, “Bach, Stevie Wonder and Janelle Monae”, sebuah surat cinta sekaligus lagu kebangsaan yang cocok untuk album Luba Mason sebelumnya, “Mixtura”, dan menetapkan landasan bagi lagu-lagu berikutnya. Lagu “Haled’s Song About Love” dari musikal broadway “The Band’s Visit” terdengar merindu. Lagu folk “Ceresne”, ditampilkan sebagai duo dengan vibraphonist Locke, merupakan lagu penghormatan Luba Mason untuk komunitas slovak di mana ia dibesarkan. Penerjemahan yang emotif disandingkan dengan swing mengapung pembawaan trio atas lagu Thelonious Monk, “In Walked Bud”, dengan lirik dari Jon Hendricks.
Bolero “Inolvidable” adalah anggukan kepala Luba Mason untuk fanbase Latin. Sementara “Toxicity” yang mempertahankan ketegangan, kalau bukan volume brutal versi awal System of a Down, merupakan karya paling mengejutkan di album “Triangle”. Lagu standar karya Frank Loesser, Jimmy McHugh, “Say It”, dibawakan dengan kelembutan megah, sebelum lagu Paul Simon “Fifty Ways to Leave Your Lover”, yang menampilkan perkusi Samuel Torres. Percussionist asal Kolumbia, Samuel Torres juga hadir dalam lagu klasik the Beatles “Ticket To Ride”, dan lagu Antonio Jobim “Waters of March”. Melalui lagu-lagu yang sudah dikenal inilah, fans akan mengapresiasi kesederhanaan yang dibawakan ensemble trio Luba Mason, Joe Locke, dan James Genus, dalam gaya yang sangat kreatif.
.
#KLCBSMusicHighlights
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #musi
Dalam album tahun 2020, “Triangle”, suara tenang vocalist Luba Mason menciptakan suasana intim dalam sesi “live in studio”, dengan dukungan vibraphonist Joe Locke, bassist James Genus, dan percussionist Samuel Torres. Luba Mason memamerkan jangkauan yang luas, tidak selalu dalam hal dinamika vokal tetapi juga dalam suasana mood. Walaupun ada juga emosi kuat yang dihasilkan, seperti pada “Toxicity” dan “Haled’s Song About Love”. Luba Mason menggema bersama vibraphone dalam lagu “Unforgettable” yang bergaya Spanyol, terdengar kinetis pada “In Walked Bud” yang dibawakan secara bop sambil mengikuti intro vibraphone Joe Locke.
Luba Mason terdengar jernih dan street savvy dalam “Fifty Ways to Leave Your Lover” dan secara cerdas halus pada pembawaan latin lagu the Beatles “Ticket To Ride”. Dalam album “Triangle”, Luba Mason, yang juga dikenal sebagai aktor dalam beragam kondisi, menunjukkan bahwa ia tahu bagaimana menyanyikan sebuah peran sebaik ia memerankan peran tersebut. Demikian menurut George W Harris dari Jazz Weekly.
.
#KLCBSMusicHighlights
.
#musicians #jazz #music #highlights #musik #musicians #jazz #music #highlights #musik #genre #album #albumreview #song #songs #songsoftheday #instamusic #musik #melody #hiphop #rnb #pop #love #instagood #beat #lubamason