Faktanya, protes bukan bawaan alamiah yang lahir begitu saja tanpa perlu didorong oleh pewacanaan kolektif. Gerakan protes membutuhkan keyakinan kritis dari masyarakat luas. Ketidakpuasan setiap individu perlu dijewantahkan ke publik melalui aksi kolektif, yaitu Protes! Tanpa itu, ketidakpuasan hanya sebatas bahan gosip semata. The Protester lahir dalam rangka memperjuangkan transformasi ketidakpu
asan individu hingga menuju sebuah gerakan protes. Ketidakpuasan individu terhadap situasi ketimpangan dan ketidakadilan yang ada di sekitarnya selayaknya disampaikan melalui media ini. Dengan harapan tersebut, The Protester berusaha untuk menyajikan berbagai tulisan yang bersifat reflektif kritis. Di tengah arus besar modernitas, dunia tanpa batas (borderless) merupakan salah satu konsekuensi logis yang menjadi tantangan bagi manusia abad 21. Media adalah salah satu tiang penyangga dalam arus pewacanaan modern. Sayangnya, sebagian besar media massa justru seringkali terjebak dalam pewacanaan mainstream. Akibatnya, tanpa sadar wacana yang mereka sajikan lebih condong menyokong status quo. Sedangkan kami berusaha untuk menghindari penyakit mainstream yang seperti itu. The Protester tak hanya menyajikan beragam informasi aktual. Lebih dari itu, kami mencoba menjalankan fungsi untuk menggugah kesadaran kritis setiap pembaca. Kehadiran The Protester diharapkan dapat menjadi ruang pertukaran gagasan, serta meramaikan perdebatan wacana di ruang publik. Sebagai sebuah web informasi, The Protester tidak secara khusus mengambil sebuah isu-isu tertentu, tetapi memberikan kebebasan bagi penulis dalam menuangkan ide-idenya. Tentu saja, tulisan-tulisan The Protester harus dilengkapi dengan sudut pandang yang menarik untuk kami sajikan. The Protester berkomitmen untuk mempublikasikan tulisan dengan beragam sudut pandang. Tulisan yang dipublikasikan oleh The Protester merupakan pandangan penulis (kontributor) dan tidak selalu mewakili pendapat para editornya.