09/03/2024
BANGKIT SETELAH DI GILIR 4 PRIA
Part 5
Penulis : Rafasya
“Rustam, Rustam, bangun!” ujar Nilam, menggoyang-goyangkan bahu Rustam yang masih tertidur.
“Aaaaaaaaaaaa! Lepas, lepaskan!” teriaknya dengan mata yang masih terpejam.
“Rustam bangun, hei, ini Ibu. Kau sedang bermimpi apa?”
Seketika mata Rustam terbuka, dia langsung terduduk, napasnya tersengal-sengal. Rustam memindai sekitar, ternyata sudah pagi.
Dia menarik napas panjang, “Syukurlah, aku hanya bermimpi.” gumamnya.
“Kau bermimpi apa, sampai teriak-teriak?” sambung Nilam.
Rustam mengingat-ingat mimpinya, entah mengapa ia bisa bermimpi seperti itu tentang Seruni. Rustam menatap lekat Nilam yang berdiri di sampingnya.
“Seruni di mana, Bu?“ tanya nya.
“Ada, Seruni sedang menyiapkan sarapan, kau bangunlah, lalu mandi. Tadi ibu kemari karena mendengar teriakanmu.” terang Nilam.
Rustam mengangguk, sebelumnya dia tidak pernah bermimpi buruk seperti itu mengenai Seruni, meskipun sejak kecil dia sangat membencinya.
Nilam keluar dari kamar Rustam, dia menghampiri Seruni yang sedang menata meja.
“Sudah siap, Run?” ujar Nilam.
“Sudah, Bu.”
Wahyudi datang entah dari mana, di tangannya membawa ayam hidup berwarna hitam pekat.
“Ayam siapa itu, Pak?”
Wahyudi tersenyum, “Oh ini, ayam dari Juragan Karta, dia memberiku sebagai upah kemarin.” jawab Wahyudi menyerahkan ayam itu kepada Nilam.
“Kita pelihara saja Lam, lumayan.”
“Iya, Pak. Lumayan.” Nilam mengambilnya.
Seruni memiringkan wajahnya melihat ayam cemani di dalam tangan Nilam. Matanya berkilat, seketika ayam itu bergerak berusaha melepaskan diri.
Krrkkk krrkkk!
“Eh, eh, kenapa dengan ayam ini?” pekik Nilam, dia sedikit kesusahan memegang ayam tersebut.
“Sepertinya dia lapar, Lam.”
“Iya sepertinya, sebentar, Pak. Aku akan menaruhnya di dalam kandang. Kebetulan ada kandang yang kosong di belakang.”
Wahyudi mengangguk, pandangan Seruni mengikuti gerakan Nilam. Dia membasahi bibirnya menggunakan ludah.
Mereka sarapan bersama, Rustam tak henti-hentinya melirik ke arah Seruni.
“Gadis itu terlihat baik-baik saja, Lalu kenapa aku bisa mimpi yang seram-seram tentangnya.” ucap Rustam dalam hati. Masih teringat mimpinya semalam, bagaimana wajah Seruni yang sangat menyeramkan.
Rustam memijat pelipis, mendadak selera makannya menguar.
“Kau kenapa Rustam? Ibu perhatikan sejak tadi dirimu gelisah? Kau kenapa?” Nilam menod**gnya dengan banyak pertanyaan.
Rustam terkesiap, dia menatap satu persatu mereka yang berada di meja makan.
“Bu, Pak. Sepertinya aku harus pergi untuk beberapa hari. Aku ada pekerjaan dan mengharuskan ku pergi luar kota. Aku mungkin akan menginap beberapa hari di sana.”
“Kapan kau akan berangkat?” tanya Nilam, tangannya sibuk mengambilkan lauk untuk suaminya.
“Siang ini.”
“Baiklah, jaga kesehatan mu nanti, makan dan tidur yang teratur.”
Rustam mengangguk, sedang Wahyudi berdiri dari tempat duduknya. Dia harus segera berangkat ke tempat Juragan Karta.
Sejak tadi Seruni hanya mengaduk-aduk makanannya saja, dia masih terbayang-bayang akan ayam tadi.
“Jika tidak dapat darah manusia, darah hewan pun tak apa, untuk mengganjal perutku yang haus akan darah.” lirihnya.
“Apa katamu Runi? Kau bilang apa?” tanya Nilam, dia kurang jelas mendengar apa yang di katakan Seruni, begitu pelan padahal mereka bersisian.
“Tidak ada, Bu. Apa siang ini aku akan mengantarkan makan siang untuk Bapak lagi?”
Nilam mengangguk, “Tentu, jika kau tidak keberatan.”
“Seruni tidak keberatan sama sekali.”
“Baiklah, seperti biasa, setelah mengantarkan makan siang. Kau harus segera pulang, jangan mampir kemana pun. Ibu sangat takut terjadi sesuatu padamu.”
“Iya, Bu. Seruni akan langsung pulang.”
***
Seruni mengantarkan makan siang kembali untuk Wahyudi, kali ini penampilannya lebih memukau dari sebelumnya.
Seruni berlenggak-lenggok bak model, seluruh mata tak lepas dari memandangnya. Seruni semakin cantik di balut kebaya hitam yang melekat di tubunya. Rambut hitam nan panjangnya tergerai indah.
“Kau mencari si Wahyudi lagi?” tanya pria paruh baya yang kemarin.
“Iya, Pak. Di mana bapakku itu?”
"Itu di sana. Dia sedang bicara dengan Den Bara.”
“Baiklah, terima kasih.” Rahayu menunduk, tanda berterima kasih pada pria di depannya.
Dia mulai berjalan mendekat ke arah Wahyudi dan seorang pemuda.
Bara Sadewa—putra dari Juragan Karta tertegun melihat kedatangan Seruni. Kata-kata pedas yang hendak dia lontarkan pada Wahyudi menjadi urung.
Bara menelis*k Seruni dari atas hingga bawah. Pertemuannya dengan Seruni membuatnya, tak bisa berkata-kata.
“Runi, kenapa kau kemari, kau bisa menunggu Bapak di sana.”
“Tidak apa-apa, Pak.”
“Maaf ya, Den Bara. Lain kali saya akan behati-hati dalam bekerja.”
Seruni menatap datar ke arah Bara, pemuda tampan berusia 25 tahun itu terus memandangnya. Sudut bibirnya terangkat saat melihat Seruni yang perlahan menjauh pergi bersama Wahyudi.
“Bos, kami sudah siap. Sam sudah berada di dalam mobil.” ujar Amat yang tiba-tiba saja datang.
“Pergilah!“ sahut Bara. Anak buahnya itu mengganggu saja. Tidak tau jika Bara sejak tadi terus memperhatikan Seruni.
“Gadis itu—” ucapan Amar menggantung.
“Ya, aku sudah tau.” jawab Bara, dia menyeringai.
“syukurlah jika kau sudah tau.”
“Pergilah, bawa barang-barang itu ke tempat yang sudah tertulis. Sebelum itu kalian cek, jangan sampai ada yang kurang bahkan lebih.”
“Baik, Bos.”
Amar segera pergi dari sana menghampiri kawannya—Sam.
“Kau memang sangat cantik, Seruni. Gadis sepertimu jarang ku temui.” gumam Bara.
***
Seruni mengendap-endap ke belakang rumahnya, dia menuju ke kandang ayam di mana ayam cemani itu berada. Air liurny terus menetes. Iblis di dalam tu buhnya sudah haus akan darah. Namun terikat dengan perjanjiannya pada Marsih. Saat waktunya tiba nanti, keempat pendosa itu akan menjadi santapannya.
Seruni membuka kandang ayam itu secara perlahan. Dia mengambil segera ayam cemani tersebut. Senyumnya merekah taring giginya seketika memanjang dengan cepat, bola matanya berubah menjadi merah.
Krrkkk krrkkk!
Ayam itu bergerak kesana kemari, seperti ketakutan akan kehadiran Seruni. Seruni mencengkram nya dengan kuat. Kuku-kukuby a yang panjang ia gunakan untuk memegang ayam itu agar tidak lepas.
Seruni sudah tak sabar, sehingga....
BRET!
Sekali gigitan leher ayam tersebut putus. Darah mengucur deras, senyum Seruni merekah, dia menjulurkan lidahnya menikmati setiap tetesan darah ayam cemani.
Di dalam kamarnya, Nilam merasa aneh, sejak tadi dia tidak mendengar suara geraman ayam yang terletak tak jauh dari kamarnya.
“Ah sudahlah, mungkin saja ayamnya sedang tidur.”
BRAK!
Nilam terkejut saat mendengar suara yang berasal dari belakang rumahnya. Dia segera turun dari ranjang, pergi keluar rumah untuk mengecek.
Seketika mata Nilam membulat, dia membekap mulutnya sendiri, melihat seonggok ayam cemani yang tergeletak tak berdaya kepala dan badannya seperti di putus dengan paksa.
“Astaga, kenapa bisa begini.”
Nilam bingung hendak mengatakan hal ini pada siapa, Rustam sedang pergi ke luar kota, sedangkan Wahyudi belum pulang.
“Runi, Seruni. Kemari Nak!“ tiba-tiba saja Nilam teringat akan Seruni. Hanya dia saja yang berada di rumah ini.
Seruni datang, dia bers*kap biasa saja.
“Ada apa, Bu?” tanya nya. Seperti tidak mengetahui apapun.
“Lihatlah!” tunjuk Nilam ke arah ayam yang tergeletak di tanah.
“Oh, astaga.” Seruni menunjukkan wajah keterkejutan nya.
“Siapa kiranya yang melakukan ini, ya, Run?”
“Iya, Bu. Tega sekali membu nuh ayam yang tidak berdosa.” Seruni menimpali.
Nilam bergeming. Sejak tadi dia tidak mendengar suara yang aneh-aneh. Untuk apa orang yang sudah melakukan hal itu. Jika mau ayamnya, kenapa tidak di bawa sekalian. Malah di biarkan dengan leher yang putus.
Nilam tak habis pikir. Dia melirik ke arah Seruni yang sedang memainkan rambutnya.
“Runi ....” panggulnya.
Seruni menoleh, Nilam berjalan mendekat ke arahnya. Kemudian menyeka sudut bibir Seruni.
“Apa ini? Seperti da rah?”
Nilam mencium noda di tangannya, seketika dia menjauhkan tangannya, bau amis darah membuatnya mual.
“Runi, katakan, kenapa bibirmu ada noda darah?!”
Nilam menatap Seruni dengan tatapan yang sulit di artikan.
______________
Penulis : Rafasya
Akun KBM : Rafasya
Judul : Bangkit dari kematian
Baca selengkapnya.....
https://read.kbm.id/book/read/acc2baa0-d113-45e2-8c60-98a0f9b6c8c6/4fbc9d6b-1c0c-400c-beb9-411230e5c6ef?af=1a428259-8624-4b37-b819-f55b4b6f254d