16/04/2016
Umat Kristen sedang menghadapi suatu "penganiayaan terpelajar" yang bertujuan untuk membatasi hak-hak kebebasan beragama dan keberatan nurani, kata Paus dalam homilinya
Umat Kristen sedang menghadapi suatu "penganiayaan terpelajar" yang bertujuan untuk membatasi hak-hak kebebasan beragama dan keberatan nurani, kata Paus dalam homilinya.
"Penganiayaan terpelajar" ini "tidak banyak dibicarakan". Ia datang dalam rupa seperti "budaya, modernitas, dan kemajuan", kata Paus dalam Misa pagi harian di Hotel Santa Marta, Vatikan, dimana ia tinggal.
Sasaran dari penganiayaan ini adalah mereka "yang ingin memiliki dan mewujudkan nilai-nilai dari Anak Allah," kata Paus.
"Ini adalah penganiayaan yang merampas manusia dari kebebasannya, bahkan dari keberatannya!"
"Kita melihat setiap hari bahwa negara-negara kuat membuat undang-undang yang memaksa kita untuk melalui jalan ini... suatu negara yang tidak mau mengikuti undang-undang modern ini, budaya ini, atau setidaknya tidak memasukkannya ke dalam undang-undangnya, digugat, dianiaya dengan sopan".
Beberapa waktu lalu, Paus Fransiskus secara terbuka menyatakan protes kerasnya, terutama dalam sambutannya yang merujuk pada panitera pengadilan negara bagian Kentucky, Kim Davis, yang dipenjarakan karena menolak untuk mengeluarkan izin pernikahan sejenis.
"Penolakan nurani merupakan hak, dan bagian dari tubuh semua hak asasi manusia," kata Paus dalam konferensi pers dadakan dalam penerbangan kembali ke Roma, usai kunjungannya ke AS pada September 2015 lalu. "Jika kita ingin membuat perdamaian, kita harus menghormati semua hak".
Selain berbicara tentang "penganiayaan terpelajar", Paus juga menyinggung soal penganiayaan martir, seperti yang dialami umat Kristen di Pakistan pada hari raya Paskah lalu.
"Penganiayaan, saya katakan, adalah makanan harian bagi gereja," kata Paus. "Yesus mengatakan hal itu kepada kita".
Baik penganiayaan martir maupun "terpelajar" sama-sama memiliki "bos". "Yesus menyebutnya Penguasa Dunia".
"Ketika kekuasaan ingin memaksakan sikap, undang-undang melawan martabat Anak Allah, mereka menganiaya dan melawan Pencipta, melawan Tuhan. Ini adalah kemurtadan besar," kata Paus.
"Jadi, kehidupan umat Kristen berlanjut dengan dua penganiayaan. Tuhan telah berjanji kepada kita bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita. 'Waspadalah, waspadalah! Jangan menyerah pada roh dunia. Waspada! Tapi tetaplah maju, Aku akan beserta engkau'" [lsn]