30/01/2024
Cerita dari — Hari terakhir, gaes. Rasanya cepet banget dah selesai aja event 30 hari bercerita ini. Dan di penghujung hari, admin kasih tema: koma.
Kukira ini semacam pengingat buat kita, 30hbc-ers, bahwa 30 Januari masih koma, kok. 30 Januari bukan berarti titik, bukan udahan habit menulisnya. Selayaknya koma, ia masih menyimpan lanjutannya. Jadi, harusnya sii tetep menulis dan terus menulis.
Nah, buat tema koma ini, aku menduga temen-temen bakal nulis tentang koma yang beririsan dengan jeda. Bisa jeda dari hiruk pikuk duniawi, maupun jeda dari segala tuntutan di sekitar kita. Jadi kupikir aku mau nulis yang sedikit beda.
Tiba-tiba aku teringat pada Teater Koma. Ini sungguh membangkitkan kenangan masa kecil. Duluu, aku kecil, kerap menyaksikan pementasan Teater Koma di TVRI. Waktu itu hiburan televisi cuma ada 1 saluran, the one and only is TVRI.
Aku lupa judul acaranya apa. Tapi yang kuingat ada masa sepekan TVRI menampilkan sandiwara setiap malam. Keren-keren loh.. asli! Ceritanya bagus-bagus dengan tema beragam. Jaauuh sama sinetron zaman now.
Salah satu sandiwara itu dimainkan oleh Teater Koma. Aku kecil selalu kagum melihat akting artis Teater Koma. Mungkin lebih tepatnya, terpukau. Mereka tuh nggak mengandalkan wajah, tapi all out berekspresi dengan gesture yang pas banget.
Salah satu yang aku kagumi adalah Ratna Riantiarno. Menurutku, beliau itu merupakan perwujudan wanita cantik. Trus suaranya khas banget, seperti suara wanita berkelas, dan enak didengar. Belum lagi, aktingnya.. masuuk banget karakternya ke tokoh yang diperankannya. Gitu deh pokonya, menurutku Ratna Riantiarno sehebat itu, dan aku seterpesona itu.
Pemeran lainnya keren-keren juga. Yang aku inget, ya tentu suami Ratna, yaitu Nano Riantiarno, trus Jajang C.Noer, Zaenal Bungsu, Idris Pulungan, Didi Petet, dan banyak ya, aku lupa lagi nama-namanya. Yang jelas, semua hebat.
Jujurly, kadang aku kecil nggak terlalu paham sama jalan cerita sandiwara yang dimainkan Teater Koma. Tapi anehnya, aku sangat menikmati. Kukira, kakak-kakak sama Bapa dan Emakku juga. Kami menonton TV sekeluarga, menikmatinya bersama. Ah, momen itu kini bernama kenangan ❤