20/07/2024
Dicambuk 100 kali saja biar jera atau diarak keliling kampung, telanjangi mereka!" teriak seorang warga memprovokasi. "Benar, lucuti mereka sekarang! Biar tau rasaa! Biar gak ada lagi yang mesum dan zina seperti ini! Menjijikan!" Aku menangis sesenggukkan. Bagaimana mungkin, aku yang terjatuh terperosok ke sungai kecil, lalu ditolong lelaki itu justru dituduh berbuat berzina? Namun penjelasan kami tak diterima oleh mereka. Bahkan lelaki yang membantuku itu dihajar hingga wajahnya babak belur, bahkan motornya pun dirusak warga. Salah seorang ibu-ibu memaksaku untuk melepaskan semua baju yang kukenakan. "Tidaak, aku gak mau! Aku mohon ampuni aku, Bu!" teriakku parau. "Tolong hentikan, ada apa ini?" Sebuah suara mengagetkan kami. Rupanya yang datang adalah Kepala desa dan juga dua orang hansip. "Mereka ini tertangkap basah sedang mesum! Kami melihatnya sendiri! Kami gak bisa diam saja melihat norma adat dan agama dilanggar begitu saja!" "Tenang dulu, bapak-bapak, ibu-ibu, tenang! Kita tidak boleh main hakim sendiri begini. Kita harus dengarkan penjelasan mereka juga!" seru Pak Kades "Pak, Anda adalah seorang kepala desa ini, sudah pasti ucapan Anda lebih bijak dari pada yang lain. Saya mohon jangan mempermalukan seorang wanita sampai begini. Apakah tak ada cara lain selain diarak keliling desa tanpa busana? Padahal kami tak melakukan secuil pun hal yang mereka tuduhkan?!" Tiba-tiba lelaki yang menolongku itu menyela. "Ada cara lain untuk masalah ini." "Apa itu, Pak?" tanya warga. "Nikahkan mereka. Itu sudah hukuman yang paling pas dan tidak memberatkan bagi mereka. Ini juga menyelamatkan nama baik kampung ini." Para warga akhirnya setuju. "Bawa keduanya ke kantor balai desa. Yang lain tolong bawakan baju ganti untuk mas ini dan juga Mbak Damay!" sergah Pak Kades. Sampai di Balai Desa, kami di sidang. "Namanya siapa, Mas?" tanya salah seorang pamong pada lelaki muda bak preman itu. "Sagara Banyubiru?" "Iya" "Kamu dan Damay pacaran?" "Tidak." "Terus kalian punya hubungan apa?" "Kami tidak punya hubungan apapun." "Lalu kenapa berdua-duaan di sana? Bahkan ada yang melihat kalau kamu sedang mesum?" "Tidak ada yang seperti itu, aku hanya menolongnya saja. Mereka pasti salah lihat!" . "Ada apa ini? Ada apa ini?" Suara cempreng milik ibu terdengar. Ibu melangkah tergesa ke arah kami disusul bapak dengan langkah terseok. Wajah keduanya tampak tegang. Pak Kades menjelaskan apa yang terjadi. "Jadi bener begitu, Damay? Dasar gadis kurang ajar! Gak tau diuntung kamu! Bukannya pulang kerja langsung ke rumah, kamu malah berbuat mesum sama berandalan ini?" Ibu marah sambil menunjuk wajahku dan juga Saga. "Eheem, sudah, Bu, sudah. Jadi masalah ini sudah ketemu solusinya. Biar mereka dinikahkan saja, biar gak timbul fitnah dan keributan lagi," timpal Pak Kades lagi. Mata ibu membulat. "Dinikahkan?" "Ya, ini udah kesepakatan bersama." Ibu langsung beralih memandang Saga. "Memangnya kamu punya mahar berapa mau nikahin anak saya?" tanya ibu dengan tatapan tajam. "Seratus ribu." .. Selengkap di KBM Aplikasi Penulis : Triana R.