28/02/2023
WONG ALIM TIDAK HARUS DARI KETURUNAN KIAI
Oleh: kang 1yas Farhani
Salah kaprah yang mengakar tengah masyarakat luas amat menjangkit mempengaruhi para penghuni bumi, sampai saat ini belum ada y menemukan ujung pangkal belahahan bumi yang kita huni ini. Tarik ulur kalau bukan anaknya kiai maski Se Alaim apapun hanya hampa yang didapat. dalam artian percuma, sak ngalim ngalimnya orang sulit untuk berdakwah menyampaikan ilmu di tengah masyarakat, karena bertendensi mau kemana Juga wong anaknya tukang petani macak dadi kiainah disini muncul akar kekacauan marak di tengah masyarakat menular turun temurun sampai saat sekarang. Hal ini merupakan pemikiran jahiliyah yang harus dirubah lebih modrn agar pemikiran doktrin dari tetua kita itu tdak di fanatiki dan salah kaprah di tengah Masyarakat, yang mana pemikirannya masih didominasi pemikiran Jahiliyah yang merugikan banya orang. Padahal Allah tidak membeda-bedakan siapa saja yang berilmu tetap mendapatkan derajat mulya di hadapan beliu tapi manusia sangat berani memmbeda-bedakan, untuk membuktikannya simak firman Allah ini sebagai berikut.
يرفع الله الذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ Artinya: Allah telah mengangkat darajatnya orang yang berman dari kalian dan orang-orang yang diberi ilmu
Kiranya sangat jelas firman Allah yang sangat tegas itu, siapapun orangnya tidak pandang bulu, yang berilmu tetap mendapatkan kedudukan spesial di
memulyakan seorang ulama dalam kesahan bukan atas dasar ilmiyah tapi atas dasar fanatik buta.
Musthofa al-Ghalayain mengatakan dalam kitabnya Idhotun Nasi'in
من أصلح أمرا كان صالحا لأن يهيمن عليه وإن لم يورته اياه أباؤه وأحداد، ومن أفسده أقلت من بده وصار إلى غيرها
Barang siapa yang dapat memperlakukan sesuatu dengan baik, maka dia adalah orang yang pantas menguasai sesuatu tersebut, meskipun sesuatu itu diwariskan oleh ayah atau nenek moyangnya, sebaliknya, barang siapa yang tidak dapat memeliharanya, bahkan merusaknya, maka apa yang ada di kekuasaannya itu akan terlepas dari tangannya dan berpindah ketangan orang lain yang dapat memeliharanya.
Benang kusut dari ungkapan di atas sangat jelas bahwa jika ada seorang mengandalkan nasab yang mantereng tapi dirinya telah lalai mengemban amanat yang dipikulnya, hal demikian tidak pantas dikatakan pewaris nenek moyangnya yang telah sukses mengatur pradapan yang baik ditengah paradapan yang di hadapi, akan tetapi dia merusak pradapan yang lama menjadi berantakan menjadi sampah yang tak berguna di atas bumi yang luas ini. begitu juga pantaskah menyandang pawaris Safussholeh di muka bumi yang notebenanya adalah penyambung tonggak kanjeng nabi muhammad yang telah kesohor sholehannya, Allah berfirman
وَلَقَدْ كتبنا في الزبور مِن بَعْدِ الذكر أن الْأَرْضِ يَرتُها عِبَادِي الصَّالِحونَ
Artinya: dan suguh kami tulis dalam kitab Zabur sesudah kami tulis dalam Loh Mahfudz, bahwasanya bumi ini diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh Yang dimaksud As-shalihun dalam ayat tersubut adalah orang yang mampu
memgatur memanage urusan bumi baik dalam bidang agama dan dunia mencakup p**a tatanan perekonomian, pereindustrian yangg berhubungan kemakmuran bumi dan seisinya, bukan hanya berpangku pada pendahulunya, nemun bisa memposisikan diri dan mempantaskan diri untu bertanggung jawab dan mandiri agar tidak mengandalkan nasab karena nasab bukan jamin seorang dikatakan soleh contoh besarnya Kan'an yang durhaka pada ayahnya Nabi Nuh Alaihussalam, itu, sekelas Nabi yang di jamin Ma'sum oleh Allah, apa lagi kita tentu saja lebih tidak berdaya.
Pepatah lirboyo yang masyhur adalah "nasab tak jadi ilmupun jadi, ini menandakan bahwa kiai tak harus dari nasab yang mulia, namun ilmu lah yang menentukan nasab yang mulia, sandal saja bila menempel kepada orang yang berilmu akan menjadi mulia, karena orang yang berilmu darajatnya akan mulia itu sudah di Nhas dalam kitab suci Al-Quraan
Mustofa Al-ghalayain, Idhatun Nasyl'in, Al-Hidayah Srabaya, (tth)