23/02/2020
BANI ISMAI'L MENURUT TAURAT
Ismai'l adalah anak pertama Ibrahim dari Hajar - 'alaihim us-sallam -. Atas perintah Allah, Ibrahim membawa istri dan anaknya ke negeri Hijaz, Mekah. Yahudi dan Kristen menafsirkan peristiwa tersebut sebagai bentuk hukuman Tuhan atas kesalahan (entah kesalahan apa) Hajar dan Ismail. Selain itu - dan ini yang paling penting menurut mereka - bahwa kelak yang akan menjadi bangsa pilihan Tuhan adalah cucu-cucu Ishaq - 'alaih is-sallam - bukan keturunan Isma'il makanya Tuhan mengasingkan Isma'il. Mereka juga dengan mengatakan dengan sinis bahwa Isma'il itu keturunan budak; tidak layak keturunannya menjadi bangsa pilihan padahal menurut Taurat Ya'qub sendiri menikahi dua budak: Bilhah dan Zilpah. Kedua budak tersebut melahirkan Dan, Naftali, Gad, dan Asyer: empat dari dua belas Bani Israil.
Dalam Taurat sendiri ternyata Tuhan memberkati Isma'il dan keturunannya yakni bangsa Arab. Seperti disebutkan pada ayat berikut:
"we-leyisyma'el syama'tikha hinnei, barakhti otto we-hifreti otto, we-hirbeti otto bi-meod meod syeneim-'asar nesiim yolid we-lenetatti le-goy gadol" (Beresyit, 17:20)
"Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Ku-berkati, Ku-buat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar" (Kejadian, 17:20)
Demikian fakta sejarah telah membuktikannya; bagaimana salah seorang keturunan Isma'il, seorang nabi terbaik dari bangsa Arab, nabi yang membawa risalah terakhir Nabi Muhammad - 'alaihi is-shalat wa As-salam - telah membawa Bani Ismail, keturunan dari anak "yang diasingkan" di negeri yang tandus menjadi bangsa yang besar. Dengan Islam, Bani Isma'il menaklukkan dua imperium raksasa ketika itu Persia dan Romawi. Dengan Islam, kekuasan Bani Isma'il membentang dari timur ke barat; dari Hijaz sampai ke Eropa. Bahkan bukan hanya bangsanya, bahasanya pun telah menaklukan bahasa-bahasa lain. Bahasa Aram; bahasa yang pernah menjadi Lingua Franca di Timur Tengah kini hanya tersisa di sebuah desa kecil bernama Malula. Bahasa Persia; sekalipun bahasa Persia masih banyak digunakan, akan tetapi sejak penaklukkan dalam penulisannya menggunakan bahasa Arab, bahasa Amazigh; bahasa asli wilayah Maghrib: Tunisia, Maroko, dan Algeria pun tergantikan oleh bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa kalangan elit ketika itu di Andalusia Spanyol.
Sebaliknya, Bani Israil yang mengklaim sebagai bangsa pilihan Tuhan, ternyata Tuhan hinakan. Mulai dari perpecahan dalam tubuh Bani Israil sendiri sepeninggalan Sulaiman - 'alaihi is-sallam -, runtuhnya kerajaan Israil oleh Asyiria yang berakibat diaspora sepuluh kabilah Bani Israil, runtuhnya kerajaan Yahuda sekaligus penghancuran kuil oleh Babilonia yang berujung pada pengasingan Bani Israil di Babilonia, kolonialisasi Romawi, penghancuran kuil yang kedua kali oleh Titus yang berakibat terusirnya mereka dari Yerusalem, dan terakhir peristiwa Holocaust di Jerman oleh N**i.
Semua kehinaan yang menimpa Bani Israil terjadi karena dosa-dosa mereka; kesombongan, pembangkangan, kemunafikan, dan pendustaan dan pembunuhan para nabi sehingga Allah cabut kemuliaan dan keutamaan Bani Israil dan Allah pindahkan keutamaan dan kemuliaan itu kepada Bani Isma'il.
Hal ini mengingatkan kita pada perkataan al-Khalifah al-Faruq 'Umar bin al-Khatthab - radhiyallahu 'anhu - dalam kitab at-Targhib wa at-Tarhib:
نحن قوم اعزنا الله بالاسلام فان ابتغينا العزة بغيره أذلنا الله.
"Kita adalah bangsa yang Allah muliakan dengan Islam. Barang siapa mencari kemuliaan tanpa Islam, Allah akan hinakan kita"