17/05/2024
Kota Gaib Wentira Part #01
==Tersesat di Ngata Uwentira==
"Terang sekali kau siang-siang begini pakai jaket warna kuning," ucap Faiz mengejek Keisha yang mengenakan hoodie warna kuning.
"Biar sajalah... jaketku yang lain kotor," sahut Keisha sambil mengikat tali sepatunya.
"Ayolah gas saja, sudah jam 11 siang ini," ajak Firda.
Keisha, Firda, Faiz dan Banu berniat melintas jalan trans sulawesi lewat pantai timur untuk pergi ke palu karena waktu liburan di kampung sudah selesai dan mereka akan masuk kuliah besok lusa. Keisha dibonceng oleh Faiz, Firda bersama dengan Banu. Mereka melintasi jalur dengan kecepatan 80km/jam. Jalanan yang penuh jalan berliku, membuat Keisha dan Firda memegang erat pada Faiz dan Banu yang membonceng mereka dengan kecepatan yang cukup, dibilang lewat dari batas keamanan.
Pukul 5 sore masuk perbatasan antara kota Palu kabupaten Mutong. NamunTiba-tiba Ban motor Faiz bocor. Jalan lintas yang jauh dari pedesaan membuat mereka, tertegun lama berdiam diri di perbatasan. Di tapal batas terdapat jembatan kuning dan tugu. Namun, juga balai kecil di pinggiran jalan. Sementara itu, mereka akhirnya memilih beristirahat sejenak di balai itu.
"Cih ...!" Faiz meludah di dekat tugu itu.
"A su...! Kenapa juga pakai bocor ban di sini, sih. Mana jauh dari kampung lagi!" gerutu Faiz jengkel sambil memeriksa kondisi motornya.
"Ngata Uwentira," ucap Keisha membaca tulisan yang ada di tugu dekat jembatan pembatas jalan.
"Gimana nih, Iz? Parah bocornya?" tanya Banu sambil menghampiri Faiz yang sedang meneriksa kondisi motornya.
"Kayaknya harus ditambal, Nu!"
Banu lantas melempar bekas puntung rokoknya juga di dekat tugu kuning itu. "Kita dorong, deh. Keisha kau bawa motor saya sama Firda. Cari tempat tambal ban dekat sini. Saya bantu Faiz dorong motor," ucap Banu kemudian.
"Rebahan dulu, Nu! Capek banget, nih ... duduk mulu keram kaki," keluh Firda yang langsung merebahkan diri di balai.
Keisha yang masih menengok ke sana-kemari merasa aneh dengan tempatnya berada. Semua berwarna kuning keemasan. Hingga saat Keisha menoleh ke sebelah balai, ia melihat sebuah kotak kecil berada di rerumputan. Keisha menoleh ke arah teman-temannya, Banu dan Faiz yang masih memeriksa kondisi motor serta Firda yang memejamkan matanya ditutupi dengan syal. Keisha langsung turun dari balai dan mengambil kotak kecil itu, kemudian dibukanya.
Keisha terkejut melihat isi di dalamnya, tidak sedikit perhiasan yang terbuat dari emas. Keisha mencoba memeriksa berkali-kali, dan ternyata benar memang emas asli. Keisha segera memasukkan emas itu ke dalam tasnya, tanpa diketahui oleh teman-temannya yang lain. Tak lama tiba-tiba turun hujan dengan deras. Disusul angin kencang, membuat Banu dan Faiz berlari ke arah balai dan membiarkan motor mereka terguyur hujan di pinggir jalan.
"Cuaca ndak mendung, kok tiba-tiba hujan, sih!" gerutu Firda yang terbangun karena mendengar suara rintikan hujan dan guntur yang bergemuruh.
Keisha terus memeluk tasnya dan menutup telinga. Banu dan Faiz hanya asik mengisap rokoknya sambil menunggu hujan reda. Firda coba mengecek ponselnya di perbatasan kota itu. "Mana ndak ada jaringan lagi," keluh Firda.
"Nanti tunggu malam, deh. Biasa banyak rental mobil lewat, tuh! Siapa tahu bisa ngangkut motor dan kita naik rental aja," saran Faiz.
Firda, Keisha dan Banu setuju. Biasa rental mobil. Mulai dari jam 6, sampai dengan jam 9 malam lalu lalang, melewati jalan trans ini. Sambil menunggu hujan reda, mereka beristirahat dan sampai akhirnya semua tertidur nyenyak di balai.
*
"Weii...! Bangun," seru Firda membangunkan teman-temannya. Firda mengucek mata sambil melihat sekelilingnya yang tampak aneh.
"Hah? Sudah pagi?" Faiz terkejut yang melihat langit sudah terang benderang.
"An jing kita ketiduran semalaman, d**g di sini?" Banu mulai keheranan.
Keisha hanya melihat keadaan sekeliling yang tampaknya berubah.
"kok, nampaknya kuning semua, sih yang ada di sini? Kayak langit juga bukan pagi, deh, tapi petang?!" Keisha menjadi bertanya-tanya.
"Ah, pagi mungkin ini. Tuh, matahari di ujung sana," jelas Banu sambil menunjuk ke arah langit sebelah timur.
Keisha sadar kalau tugu yang ia lihat kemarin meghilang dan berubah menjadi sebuah gerbang yang sangat besar. Seperti halnya gerbang kerajaan yang dilapisi emas.
"Eh... coba kalian perhatiin, deh ..." Saat Keisha berbicara tapi ia diabaikan oleh teman-temannya yang sedang memberhentikan mobil berwarna kuning yang akan melintas.
Keisha langsung ikut menghampiri ke 3 temannya yang sudah berhasil memberhentikan mobil.
"Pak boleh minta bantuan ndak, Pak?" tanya Faiz pada seorang pria yang duduk di depan bagian stir mobil.
Banu, Firda dan Keisha tampak aneh saat melihat wujud orang itu agak berbeda dengan manusia. Tetapi entah apa perbedaannya tapi yang jelas wajahnya sedikit memiliki perbedaan.
"Kau serius minta tolong sama itu orang. Dia diam saja," bisik Banu pada Faiz..
"Diam kau! Kita butuh tumpangan," ucap Faiz.
Tanpa menjawab seseorang itu keluar dari mobil. Mengangkut motor Faiz dan Banu. Mempersilahkan Mereka masuk ke dalam mobil.
"Sampai di Palu saja yaz Pak.Sampai tiba di bengkel," ucap Faiz yang duduk di samping pria itu.
Keisha, Firda dan Banu duduk di kursi tengah. Mereka heran, mobil apa yang sangat panjang bisa mengangkut dua sepeda motor sekaligus.
"Tadi dilihat dari luar mobilnya, kayak inova biasa. Kok, bisa panjang sekali ya, Nu?" bisik Firda pada Banu.
Banu hanya mengangkat bahunya agak bingung. Ia melihat ke bagian belakang mobil dan ternyata benar, dua motor itu bisa masuk.
Seorang yang memberi tumpangan mulai dari Faiz bicara minta tolong dia tak ada berbicara sepatah katapun, sampai mereka kebingungan. Mereka hanya diam mengikuti ke mana mobil ini berjalan. Sesudah itu, setelah lebih dari 4 jam mereka sadar. Mengapa tidak kunjung sampai ke kota palu. Pemandangan yang terlihat pun tampak berkilau.
"Kita ini di mana, sih?" tanya Keisha gelisah saat melihat pemandangan aneh dan berbeda.
Hanya keisha yang bisa melihat bangunan tinggi menjulang seperti emas. Pepohonan yang berwarna emas bahkan batu kerikilpun warnanya menjadi kuning keemasan.
"Sudah sampai di mana ya, Pak?" tanya Faiz pada seorang yang memberikan tumpangan, namun tak ada jawaban sama sekali.
Seketika menjadi hening karena Faiz tahu ketiga temannya sudah mulai ketakutan. Faiz merasa ada yang tidak beres. Jalan trans jalurnya hanya satu arah dan tak mungkin ke sasar, tetapi Lebih 4 jam mereka tak kunjung sampai. Meskipun hanya sampai di ujung kota Palu.
"Kita bukan di Palu. Pemandangan ini bukan di Palu," protes Keisha memandang ke arah luar jendela.
"Apa yang kau lihat?" tanya Firda.
"Masa kau nggak bisa lihat? Ini bangunan rumah semua macam dibuat dari emas. Di ujung sana ada istana," tunjuk Keisha ke arah istana yang tak jauh berada di depan mereka.
Saat keisha menunjuk ke arah istana, seseorang yang sedang menyupir memberhentikan mobilnya. Semua penumpang menjadi mendadak tegang dan ketakutan. Ditambah saat supir itu menjelma menjadi sosok yang menyeramkan. Kepala bertanduk dengan wajah yang berlumuran dar ah. Bola m ata yang hilang sebelah, dan kulit terke lupas membuat mereka semua ketakutan, kemudian keluar dari dalam mobil. Berlari entah mau lari ke mana saja. Setelah berlari cukup jauh mereka berhenti karena mereka sadar tak ada tempat tujuan.
"Kita lari mau ke mana an jing!" rutuk Banu tampak frustasi.
"Kita ini di mana?" tanya Firda ketakutan, kini yang mereka lihat adalah bangunan seperti kota yang sangat mewah, tetapi tak ada penghuni sama sekali.
"Ini bukan Wentira, kan?" tanya Faiz dan ketiga temannya menoleh kebarahnya secara bersamaan.
"Kota Ib lis itu?! Kenapa kita bisa masuk ke dalam sini?" Banu mulai ketakutan.
Firda dan Keisha saling berpelukan karena takut.
"Udah... ndak usah panik. Kita pasti bisa keluar, kan. Kita balik ulang ke sana aja," saran Faiz mencoba menenangkan teman-temannya.
"Ke mana? Emang kau tahu jalan keluarnya? Kita tadi ada di jembatan kuning. Kenapa bisa tiba-tiba bangun tidur ada di sini. Ini bukan alam manusia!" sungut Banu kesal.
Faiz juga tampak kebingungan. Firda dan Keisha sudah menangis. Faiz coba******ponselnya dan ia melihat jaringan di ponselnya, tetapi sekejap jaringan itu menghilang.
"Mana ada jaringan di kota set an begini sih Iz!" rutuk Banu kembali.
"Ini serius, Wentira?" tanya Firda sambil menangis.
Sementara tak ada satupun temannya yang menjawab mereka terdiam di pinggir jalan sambil beristirahat. Berharap mereka dapat menemukan jalan keluar. Sama sekali tak ada penghuni di kota ini. Berharap mereka mendapatkan petunjuk untuk jalan keluar. Konon yang mau masuk ke kota gaib ini harus membaca mantra dan jika ingin keluarpun akan ada mantranya.
Wentira adalah kota gaib yang katanya terdapat kerajaan yang sangat megah. dihuni oleh bangsa Jin yang wujudnya tak jauh menyerupai manusia pada umumnya. Konon Wentira di sebut atlantis yang hilang pada jaman itu. Terletak di daerah kebun kopi hutan belantara, antara Kota Palu dan Kabupaten Mutong, Sulawesi Tengah. Menurut kepercayaan masyarakat, kota Wentira merupakan kerajaan gaib yang menyimpan banyak harta karun.
Pemandangan kerajaan yang sangat mewah dan megah, membuat siapapun yang dapat melihat kerjaan tersebut menjadi takjub. Dimana kerajaan tersebut dilapisi emas. Batu kerikil jalanannya pun terbuat dari emas. Tidak semua orang dapat melihat kota gaib itu. Hanya orang-ornag yang beruntung saja yang mampu melihat kota gaib itu.
Bilamana dapat melihat dan berkunjung di kota gaib itu. Dianjurkan untuk tidak membawa sedikitpun emas dari kerajaan gaib itu karena akan berakibat fatal. Kerajaan yang identik dengan warna kuning itu kerap dijumpai warga hanya terdapat tugu berwarna iuning di jalan lintas sulawesi di dekat jembatan kuning, tugu itu bertuliskan "Ngata Uwentira" yang berati kota tidak kasat mata atau tidak terlihat.
Bersambung.....
Sumber : Penulis KBM