23/09/2022
https://youtu.be/40EVIiDt5lo
Pura Majapahit (Temple Majapahit), is a Hindu temple founded by an ancestral lineage with roots back to the Majapahit period. The temple was built up recently by Hyang Batara Agung Wilatikta Brahmaraja XI, a direct ancestor of the Majapahit royalty, with the intention of promoting tolerance and inter-culturality, as seen in the Majapahit period itself. The various temples and shrines are built round a couple of old candis on the site, which may be situated on ancestral land belonging to the family. Around the grounds now, there are many different shrines and temple houses, with Hindu, Buddhist and Chinese altars.
Tolong aktifkan CC atau tekan*setting untuk subtitle
Perjalanan kami ke Pura Majapahit Trowulan di Mojokerto (tirtayatra)
Pura Majapahit berdiri dibekas Kerajaan Majapahit. Bangunan bergaya "Majapahitan" Suasana Pura nampaknya memberi ketenangan tersendiri bagi umat Hindu. Seakan-akan hidup pada masa Zaman Raja Hayam Wuruk. Dilokasi Pura ini dulu pernah digunakan B**g Karno "Nyepi" untuk mencari gambar Partai yang baru didirikan.
BANGUNANNYA BERNUANSA MAJAPAHIT
Pura Majapahit aslinya bernama Wilatiktapura . Pura ini berawal sudah ada sejak tahun 1940-an. Tapi bangunan fisiknya baru lengkap pada tahun 1997 dan merupakan satu satunya Pura yang ada di Kabupaten Mojokerto.
Pura ini terletak di lingkungan bekas Kerajaan Majapahit. Persisnya dipinggir jalan menuju makam Putri Campa, depan Banyu (kolam) Segaran. Bangunan Pura terbagi menjadi tiga ruangan, Ruangan utama, ruangan madya dan ruangan nista. Ruangan utama [tempat Leluhur]digunakan untuk sembahyang Keluarga besar Majapahit, ditempat ini mereka dengan khidmat melakukan pemujaan, mengingat suasananya hening dan asri. Ruangan madya digunakan untuk belajar agama bagi anak-anak remaja dan orang tua, juga digunakan untuk berdiskusi, dengan harapan agar wawasannya makin luas. Siapa gurunya? orang yang memberi pelajaran agama Hindu[istilah sekarang] adalah Pandito Eyang Surya yang merupakan keturunan pendiri kerajaan Majapahit. Ruangan nista digunakan untuk menerima tamu yang datang dari dalam kota, seperti Mojokerto, Surabaya, Bali dan Jakarta. Bahkan akhir akhir ini Touris dari berbagai penjuru dunia berdatangan. Menyempatkan diri melihat dari dekat Pura Majapahit yang didirikan Pandito Eyang Suryo itu.
Banyak touris yang mengaku kagum melihat keberadaan pura itu. sebab masih menyisakan nuansa zaman kerajaan Majapahit. Pikiran mereka jauh membayangkan hidup pada zaman Gajah Mada yang mempersatukan Nusantara. Mereka baru sadar setelah keluar dari dalam pura. Memang bangunan ini saya buat sedemikan rupa sebagai bangunan yang ada zaman Majapahit, ujar Pandito Eyang Surya, pemilik pura majapahit itu. TEMPAT NYEPI: Nuansa hidup pada zaman Majapahit itu bukan hanya dis**ai orang-orang yang sekarang biasa bermeditasi. Tapi juga orang-orang zaman dalu. ketika itu pura Majapahit belum dibangun. tujuan utamanya digunakan tempat meditasi. Salah satu orang terkenal yang pernah meditasi adalah B**g Karno, ketika itu belum menjadi Presiden dan masih s**a nyepi. pada saat pukul 02.00 tengah malam menemui keanehan yang tidak biasanya ditemui ditempat lain. Tiba tiba melihat sinar jatuh dari atas langit dengan suara keras Gedebug, lantas sinar itu pun meredup . Setelah dilihat ternyata Kepala Banteng yang terbuat dari batu. B**g Karno mulanya kaget bukan kepalang. karena sinar yang terang itu berubah menjadi kepala banteng yang nyaris mengenai kepalanya. kemudian dipikir-pikir apa maksud dari perlambang itu. Ternyata merupakan ilham baginya untuk memberi gambar partai yang didirikan dengan gambar kepala Banteng[kini kepala banteng itu di musium Jakarta]. Keberhasilan B**g Karno itu menjadi inspirasi bagi orang-orang untuk melakukan meditasi. mereka mengakui kalau didalam pura majapahit itu masih menyisakan hal-hal yang gaib. Buktinya baru-baru ini seseorang yang berada diruang utama pada siang hari terkena sambaran petir. untung saja petir itu mengenai pohon, dan pohonnya tidak mati. "Orang Tionghoa menilai yang menyambar orang yang sedang melakukan meditasi bukanlah petir. tapi ular naga yang mencoba menyerang.
Pura itu banyak dikunjungi Umat Hindu[para keturunan Majapahit] untuk mengadakan upacara-upacara keagamaan, seperti purnama, tilem, pager wesi, kuningan dll. upacara dapat dilaksanakan dengan sukses dibawah pimpinan Eyang Suryo. Selain itu orang-orang Touris dari mancanegara dan bintang film juga banyak berdatangan melihat kondisi pura dari dekat [mereka banyak yang merasa kagum atas arsitektur bangunan pura yang menyerupai zaman Majapahit.