What A Puan-tastic Life

  • Home
  • What A Puan-tastic Life

What A Puan-tastic Life Karena bagaimanapun susah, sedih, pahit dan titik terendah yang harus ditanggungkan. Hidup tetaplah sebuah berkat yang mengagumkan.

CATATAN DARI PERINGATAN HARI AYAH DARI SEORANG IBU TUNGGAL.๐™‹๐™š๐™ง๐™ž๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฉ๐™–๐™ฃ ๐™๐™–๐™ง๐™ž ๐™–๐™ฎ๐™–๐™, ๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™–๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™ช ๐™จ๐™ ๐™–๐™ก๐™– ๐™ฃ๐™–๐™จ๐™ž๐™ค๐™ฃ๐™–๐™ก ๐™–๐™ฉ๐™–๐™ช๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™ฃ...
15/11/2022

CATATAN DARI PERINGATAN HARI AYAH DARI SEORANG IBU TUNGGAL.

๐™‹๐™š๐™ง๐™ž๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฉ๐™–๐™ฃ ๐™๐™–๐™ง๐™ž ๐™–๐™ฎ๐™–๐™, ๐™š๐™ฃ๐™ฉ๐™–๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™ช ๐™จ๐™ ๐™–๐™ก๐™– ๐™ฃ๐™–๐™จ๐™ž๐™ค๐™ฃ๐™–๐™ก ๐™–๐™ฉ๐™–๐™ช๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™ž๐™ฃ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™ฃ๐™–๐™จ๐™ž๐™ค๐™ฃ๐™–๐™ก, ๐™—๐™–๐™œ๐™ž ๐™–๐™ฃ๐™–๐™ -๐™–๐™ฃ๐™–๐™  ๐™ž๐™—๐™ช ๐™ฉ๐™ช๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™–๐™ก ๐™ ๐™–๐™ง๐™š๐™ฃ๐™– ๐™ฅ๐™š๐™ง๐™˜๐™š๐™ง๐™–๐™ž๐™–๐™ฃ, ๐™ฉ๐™ž๐™™๐™–๐™ ๐™ก๐™–๐™ ๐™จ๐™š๐™ก๐™–๐™ก๐™ช ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฎ๐™š๐™ฃ๐™–๐™ฃ๐™œ๐™ ๐™–๐™ฃ.

Ada ingatan-ingatan manis dan pahit bercampur kerinduan mengenang sosok ayah yang tak terungkap dengan baik pada si anak, karena masih belum pulihnya luka batin pada ibu tunggal itu sendiri. Sehingga sosok ayah hadir dengan penuh muatan kebencian dan amarah yang belum usai dari si ibu, membuat anak bungkam dalam kebingungan. Antara ingatan tentang sosok ayah terbangun selama ini dalam kenangan mereka, dan gambaran sosok ayah dalam pandangan si ibu. Ditambah lagi bagi si ayah, sosok ibu anaknya yang notabene adalah mantan istrinya juga adalah sosok yang tidak bersahabat, selalu mengungkit masalah, banyak menuntut dan juga layak di benci.

Anak sebenarnya ingin jujur mengidentifikasi sebenarnya bagaimana perasaan mereka tanpa pengaruh apapun. Jika rindu dan sayang, ya begitulah adanya. Bukan terpaksa membenci atau ketakutan karena pengaruh perasaan si ibu. Alasan bercerai adakalanya perlu dijelaskan pada si anak, tapi tentu saja tanpa membuat anak membenci sosok ayahnya. Jika memang anak benar tidak s**a dan membenci ayahnya karena rekam jejak perlakuan ayah yang buruk padanya, itu pun sebaiknya juga perlu di berikan bantuan konseling, agar pulih luka batinnya dan mentalnya terjaga baik hingga dewasa.

Kelapangan hati, kedewasaan bersikap dan berpikir memang betul-betul terbentur dan terbentuk dalam proses co-parenting. Banyak faktor yang membuat ayah dan ibu yang telah bercerai, sulit untuk berdamai dan menjalin co-parenting dengan baik. Meski sebetulnya co-parenting itu adalah hak anak dan untuk memenuhi kebutuhan cinta kasih pada anak. Mereka tahu ayah dan ibunya telah bercerai dan itu sudah menyedihkan. Tapi mereka juga tahu pada akhirnya bahwa ayah dan ibunya tidak pernah meninggalkan mereka, masih ada buat mereka, masih tetap menyayangi mereka, masih memberikan contoh yang baik di depan mereka, meski diam-diam kedua orang tuanya harus berjuang menyampingkan urusan perasaan dan ego diri.

Tapi sekali lagi, ini sangat tidak mudah. Menurut saya hanya orang-orang pilihan yang bisa sampai di fase ini, apalagi fase ini ada yang memulai sejak rencana perceraian dibicarakan, dan tentu itu sangat jarang. Saya termasuk bagian dari yang masih terus berusaha hingga saat ini. Terutama berusaha berdamai pada diri sendiri, sadar diri dan realistis. Saya belajar menerima kenyataan bahwa tidak semua pasangan yang bercerai bisa terjaga baik relasi dan komunikasinya meskipun itu demi anak. Saya belajar memahami bahwa memang ada karakter-karakter manusia yang sulit untuk diubah dan merasa lebih nyaman hidup dalam prasangka dan pandangannya saja. Maka, jika co-parenting gagal dilakukan karena ketidaksepahaman pola pikir, maka pembenahan yang paling penting dilakukan adalah pada diri sendiri.

Belajar terus menaklukan kebencian dan rasa marah memerlukan latihan-latihan yang terus dipraktikkan. Karena memelihara kebencian itu seperti mempertemukan pemantik dan pertamax (๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ #๐˜ฆ๐˜ฉ). Ia akan menjalar cepat, memanas, menyala dan membakar hebat dan menghanguskan apapun yang dilewatinya tanpa melihat lebih dulu bagian-bagian dari sisi lain yang harus dibiarkan tetap tumbuh dan hidup. Bagian-bagian dari sisi lain itu adalah jiwa anak saya yang butuh berkembang dalam kedamaian dan kebahagiaan, meski dibesarkan hanya oleh ibunya saja.

Proses ini membuat saya selalu ingin menjadi contoh yang baik sebagai sumber penebar kasih sayang pada anak saya. Tetap ingin kelak saat anak saya dewasa, tak ada kebingungan, kesepian, kesan dendam, trauma atau kekecewaan yang melemahkan mentalnya akan sosok peran serta ayah yang tidak pernah ada selama tumbuh kembangnya, karena ia masih memiliki saya.

Selamat hari ayah, untukmu para ibu tunggal yang berperan sebagai ibu sekaligus ayah setiap waktu. Saya tahu ini bukanlah hal yang mudah, tapi menyikapinya dengan bijak, hati yang lapang dan pikiran yang terang akan membantu kita mengenali kekuatan diri yang memudahkan kita melewati itu semua.

Selamat hari ayah, untukmu anak-anak ibu tunggal yang masih merindukan dan mencari sosok ayah yang hilang dari hidupmu. Bahagia semoga senantiasa mengiringi langkah kalian. Selamat hari ayah, untuk semua laki-laki yang telah menjadi dan berperan selayaknya sebagai ayah. Mencintai, mengasihi, bertanggung jawab, melindungi, menafkahi, memberi rasa aman, menyahabati dan menjadi contoh bagaimana cinta tanpa syarat itu benar-benar ada.

*๐ป๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐ด๐‘ฆ๐‘Žโ„Ž ๐‘๐‘Ž๐‘ ๐‘–๐‘œ๐‘›๐‘Ž๐‘™ ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘ก๐‘– ๐‘ ๐‘’๐‘ก๐‘–๐‘Ž๐‘ ๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘™ 12 ๐‘๐‘œ๐‘ฃ๐‘’๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ

Sumber gambar : Pencarian Google

๐˜‹๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ ๐˜—๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ-๐˜ต๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ค ๐˜—๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜จ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ถ๐˜ค๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข...๐’๐„๐‹๐€๐Œ๐€๐“ ๐‡๐€๐‘๐ˆ ๐ˆ๐๐”Untuk ...
22/12/2021

๐˜‹๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ ๐˜—๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ-๐˜ต๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ค ๐˜—๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ญ๐˜ฆ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜จ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ถ๐˜ค๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต ๐˜๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข...

๐’๐„๐‹๐€๐Œ๐€๐“ ๐‡๐€๐‘๐ˆ ๐ˆ๐๐”

Untuk perempuan yang telah melahirkan kita, baik yang masih hidup maupun yang telah berp**ang. Semoga Allah mengasihi ibu-ibu kita tercinta dengan banyak ampunan dan naungan kasih sayang-Nya dunia akhirat. Aaamin...

Untuk semua perempuan yang telah melahirkan normal maupun dengan operasi. Percayalah, Allah tak pernah membedakan kemuliaan kalian sebagai ibu hanya karena perbedaan cara bersalin.

Untuk semua perempuan yang bisa menyusui secara ekslusif maupun yang gak keluar ASI-nya dan hanya bisa memberi bayinya susu formula. Percayalah, kalian tetap ibu yang hebat dan luar biasa. Jika ASI tak keluar dan tidak bisa memberikan ASI itu tetap hal yang normal. Peran ibu dalam hidup juga sebagai manusia biasa, jika tidak sempurna itu hal yang biasa juga dan tidak mengurangi kemuliaan kalian dan kesehatan anak kalian.

Untuk semua perempuan yang bisa selalu bersama anaknya maupun harus terpisah dari anaknya karena keadaan, semoga Allah memberikan kemudahan bagi ibu-ibu tersebut bisa bertemu dan berkumpul bersama anak kalian kembali.

Untuk semua perempuan yang menikmati masa cuti melahirkan maupun yang tidak bisa berlama-lama menikmati masa pemulihan persalinan karena harus membantu suami berjuang mencari nafkah atau menjadi tulang punggung keluarga, semoga Allah melimpahkan kesehatan selalu dan memudahkan hidup kalian semua.

Untuk semua perempuan yang memiliki suami maupun yang menjalani hidup sebagai ibu tunggal karena suami berp**ang (widow) ataupun bercerai (divorce), semoga Allah kuatkan pundak dan punggung kalian, mudahkan rezeki, merawat luka batin kalian semua dengan banyak hal-hal baik yang memberi kebahagiaan-kebahagiaan dan dimampukan selalu untuk berlapang dada menjalani semua kenyataan hidup.

Untuk perempuan yang memiliki anak yang normal maupun anak yang istimewa dan berkebutuhan khusus, semoga Allah berkahi setiap upaya kalian mendampingi keistimewaan mereka ditengah lingkungan yang tidak ramah dan belum bisa menerima keistimewaan mereka.

Untuk perempuan-perempuan yang berjuang dalam sunyi, tak kenal lelah menunjukkan dirinya berdaya dan melakukan apapun demi keluarga, demi anak-anaknya, meski harus mendapat ancaman dan tekanan psikologis dan menanggung luka batin terus menerus akibat perlakuan buruk orang-orang terdekat/disekitarnya.

Untuk perempuan-perempuan yang terpaksa menanggung malu dan kepedihan harus menjadi ibu diluar kehendaknya sebagai korban kekerasan seksual. Semoga kemudahan menyertai kalian memperoleh keadilan, penegakan dan perlindungan hukum. Semoga Allah limpahkan banyak kasih-Nya bagi kalian sehingga kalian bisa terus tumbuh kuat dan melanjutkan hidup dengan lebih baik bersama anak-anak kalian yang juga berhak hidup dengan baik.

Untuk perempuan yang memutuskan hidup sebagai Single Mom by choice, memilih hidup dengan meneruskan kehamilan, melahirkan dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa suami/ikatan pernikahan. Apapun alasan yang membuat itu ditempuh, tentunya bukan hal yang mudah diterima bagi masyarakat. Semoga diberi kekuatan dan kesabaran saat berjuang dan berusaha menjadi diri sendiri meski dianggap aneh dan dikucilkan karena dianggap membawa aib. Semoga Allah nanungi dengan kemudahan dan banyak kebaikan.

Untuk semua perempuan yang sedang berjuang menjadi ibu, pejuang garis dua pada test pack, semoga Allah segerakan hajat mulia tersebut dan memudahkannya.

Untuk semua ibu yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak. Yang bekerja kantoran maupun jadi ibu rumah tangga atau bekerja serabutan sebagai buruh harian, penghibur jalanan, penyanyi, pedagang keliling atau apapun untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimanapun tinggal dan berada.

Percayalah, kalian hebat!
Kalian mulia dan berarti, sebagai ibu, sebagai perempuan, sebagai manusia.

Tak ada alasan bagi saya untuk tidak memberi dukungan pada sesama perempuan, agar bisa pulih, bisa terus maju, bisa hidup lebih baik dan menjadi versi terbaik mereka.

Yuk, belajar berempati yuk? Apalagi kepada sesama perempuan. Tidak mudah bukan berarti tidak bisa, karena empati itu harus dilatih adanya. Tidak tergantung pada tingkat pendidikan, status sosial ekonomi ataupun keyakinan kita. Melainkan pada kerelaan kita untuk melepas keakuan, melihat lebih dekat, belajar mendengarkan merundukkan ego agar tidak memanfaatkan keadaan atau situasi orang lain.๐Ÿ“ท









๐Ÿ“ท pencarian di Internet via Google/Sketzhbook

Tulisan ini juga bisa di baca via https://puan-tastic.blogspot.com/2021/11/bertumbuh-menguat-dengan-luka-sebentuk.html๐—•๐—˜...
29/11/2021

Tulisan ini juga bisa di baca via https://puan-tastic.blogspot.com/2021/11/bertumbuh-menguat-dengan-luka-sebentuk.html

๐—•๐—˜๐—ฅ๐—ง๐—จ๐— ๐—•๐—จ๐—› ๐— ๐—˜๐—ก๐—š๐—จ๐—”๐—ง ๐——๐—˜๐—ก๐—š๐—”๐—ก ๐—Ÿ๐—จ๐—ž๐—”
( ๐—ฆ๐—˜๐—•๐—˜๐—ก๐—ง๐—จ๐—ž ๐—จ๐—ก๐—š๐—ž๐—”๐—ฃ๐—”๐—ก ๐—ฆ๐—”๐—ฌ๐—”๐—ก๐—š ๐—ฃ๐—”๐——๐—” ๐——๐—œ๐—ฅ๐—œ ๐—ฆ๐—˜๐—ก๐——๐—œ๐—ฅ๐—œ )

๐—•๐—ฎ๐—ด๐—ถ๐—ฎ๐—ป ๐Ÿฎ - ๐—ฆ๐—ฒ๐—น๐—ฒ๐˜€๐—ฎ๐—ถ.

" ๐ต๐‘Ž๐‘”๐‘–๐‘Ž๐‘› ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘ข๐‘Ÿ๐‘ข๐‘˜ ๐‘ก๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘˜๐‘ข๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘ก๐‘–๐‘‘๐‘Ž๐‘˜ ๐‘Ž๐‘‘๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘˜๐‘Žโ„Ž ๐‘Ž๐‘›๐‘‘๐‘Ž ๐‘๐‘Ž๐‘–๐‘˜-๐‘๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘ ๐‘Ž๐‘—๐‘Ž." - ๐ถ๐‘™๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘˜ ๐พ๐‘’๐‘›๐‘ก (๐‘†๐‘ข๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘š๐‘Ž๐‘›)

Dear, Puan-tastic People!

Saya hadirkan kembali tulisan terbaru, melanjutkan tulisan sebelumnya tentang peran luka dalam hidup.

Setelah mengetahui proses yang tidak mudah dalam memulihkan luka batin, selain membutuhkan dukungan moral dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar, bahkan harus melibatkan pendampingan dari psikolog maupun psikiater, selanjutnya hal yang sangat penting dalam mendukung proses pemulihan tersebut kerendahan hati untuk melakukan penerimaan diri.

Kenapa penerimaan diri sangat penting? Pertama, membuat kita terhindar dari jebakan rasa mengasihani diri terus menerus. Sehingga membuat pemulihan kita tidak berjalan dengan baik. Mengasihani diri berbeda pengertiannya dengan self love.

Mengasihani diri justru membuat kita akan menyalahkan pihak lain terus menerus, atau bahkan selalu menyalahkan diri sendiri. Selain itu membuat kita selalu meratapi diri yang kita anggap malang dan sial, menempatkan diri sebagai pihak yang teraniaya dan butuh banyak perhatian. Sebentuk perlindungan diri dengan segala strategi yang dibangun oleh ego.

Akibatnya kesehatan mental kita terganggu. Bahkan terlalu mengasihani diri memberikan peluang untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri kita sendiri. Sedangkan self love adalah sikap yang membuat kita tahu apa yang harus dilakukan diri segera pulih, terhindar dari masalah dan menemukan solusinya agar bisa menikmati hidup dengan bahagia.

Kedua, penerimaan diri merupakan bentuk kesadaran diri bahwa kita harus berbenah dan menata hidup lebih baik. Dalam penerimaan diri kita mulai belajar berlapang dada untuk intropeksi dan mengevaluasi diri. Penerimaan diri membuat kita mengenali apa saja yang menyebabkan kita mudah sakit hati, marah, sedih, merasa takut atau cemas berlebihan ketika menghadapi sesuatu. Termasuk dalam berinteraksi atau menjalin relasi dengan orang lain.

Hal ini dikarenakan pemilik luka batin memiliki kecenderungan memiliki pemikiran, perasaan dan perilaku yang sama saat mengalami kejadian yang mirip. Sehingga mengingatkan mereka pada rasa sakit yang selama ini terpendam.

Misalnya rasa emosional dan sensitif luar biasa saat setiap kali berhadapan dengan anggota keluarga atau lingkungan pergaulan yang sering mengolok-ngolok atau menghakimi. Rasa benci pada pasangan yang ketahuan selingkuh, teman yang sering melecehkan, mendendam pada orang tua yang kasar atau pada guru yang diskriminatif dan lainnya.

Dengan mulai menyadari adanya pola yang sama dan berulang terjadi, kita belajar mendeteksi hal-hal yang negatif yang akan muncul pada diri kita dan mencari solusi yang positif untuk menghindarinya. Kita belajar meminimalisir emosi negatif dari keluhan-keluhan yang sama dan selalu kita rasakan atau ungkapkan saat berhadapan atau mengalami kejadian yang mengingatkan kita pada luka batin yang sebelumnya terjadi.

Solusi-solusi untuk pemulihan yang kita dapatkan kemudian, juga membutuhkan proses untuk diwujudkan. Mungkin tidak mudah, bertahap dan butuh waktu yang lama. Dibutuhkan juga keberanian untuk mengolah dan membiasakan diri tetap berada dalam vibrasi positif. Termasuk bisa keluar dari lingkungan yang toxic, menjadi pribadi yang masa bodo terhadap omongan negatif orang lain, menjadi pribadi yang lebih kuat dan mampu memutus rantai keburukan yang diterima selama ini agar tidak terulang kepada orang lain.

Disisi lain, solusi pemulihan bahkan juga ada yang membutuhkan biaya. Terutama bagi yang mengalami luka batin yang berat dan tidak mampu mengatasi sendiri pemulihan trauma yang dialaminya. Sehingga membutuhkan pendampingan dari psikolog bahkan psikiater.

Mengingat tidak mudahnya proses pemulihan luka batin tersebut, sudah seharusnya kita mulai melatih berempati kepada siapapun. Tak ada seorang pun yang menginginkan luka batin hadir dalam hidupnya. Entah itu terjadi saat anak-anak, remaja atau bahan setelah dewasa. Entah melalui konflik keluarga, perselingkuhan, perceraian, perundungan, diskriminasi berbagai hal dalam hidup, tindak kejahatan orang lain, kekerasan, pelecehan atau pembiaran dan lain sebagainya. Mari kita membiasakan diri menjadi orang yang peduli tanpa menghakimi. Menjadi pendengar yang baik, bukan menjadi si penceramah yang sok tahu terhadap masalah apapun yang dihadapi orang disekitar kita.

Bagi survivor pemulihan, jangan ragu bergabung dengan grup atau komunitas-komunitas penaung dan pemberi support system bagi masalah pemulihan luka batin, yang menjaga privasi keaggotaan pengikutnya di media sosial. Selain membantu proses kita sembuh, juga membantu kita tumbuh lebih kuat dan berdaya. Kita mendapatkan banyak hal positif dari pendiri, administrator dan sesama anggota melalui postingan, temu diskusi atau pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan diri baik secara langsung maupun secara daring.

Kemudian sebaiknya hindari bergabung dalam grup atau komunitas-komunitas yang mengatasnamakan kebersamaan atau kreativitas, tapi membuat kita sebagai objek olok-olok atau memicu emosi negatif kita keluar. Alih-alih menjadi pulih dan semakin berdaya. Beri sebanyak-banyaknya vibrasi positif pada diri sendiri. Tidak salah jika memblokir, menjauhi atau bahkan memutus relasi terhadap orang-orang yang kita anggap tidak membawa dampak positif dalam hidup kita. Itu sebagai bentuk sikap mengapresiasi dan menghargai diri sendiri..

Jalan panjang penerimaan diri dalam proses pemulihan luka batin pada akhirnya, membuat kita menyadari bahwa s**a atau tidak, kita juga punya peran sehingga luka batin itu ada. Menerima kenyataan bahwa jika pun kita tak memiliki andil, tapi kita terpilih dan dipercaya untuk merasakan luka tersebut. Kita sadari dalam hidup ada hal-hal yang tak bisa kita hindari untuk terjadi pada diri kita, dan itu disebut sebagai takdir. Penerimaan diri dalam proses pemulihan kemudian membawa kita ke satu titik akhir yang melegakan, yaitu memaafkan dengan ikhlas.

Semesta dan segala isinya diciptakan dengan sebuah alasan. Begitupun setiap hal yang terjadi dalam hidup ini. Tak ada yang serba kebetulan. Didalam setiap kejadian yang disebut orang sebagai kebetulan itu selalu ada sebuah rencana terbaik yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Penulis Skenario Kehidupan. Pada watu tak terduga kita akan terperangah menyadari bahwa skenario-Nya itu selalu indah dan tak pernah salah.

Dengan sifat Mahatahu dan Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, boleh jadi apa yang kita anggap buruk sebetulnya baik untuk kita, dan boleh jadi hal baik menurut kita justru membawa keburukan. Dia juga tidak akan membebani melebihi kemampuan kita. Janji-Nya selalu benar, hanya saja kita selalu lupa, ingkar dan enggan merendah untuk belajar, termasuk menerima diri sendiri seapaadanya.

Barangkali setelah terluka dan pulih kita tetap dipandang sebagai sosok yang sama oleh orang lain, tapi fondasi mental dan spiritual kita tidak sama lagi. Kita tumbuh menjadi orang yang mampu melihat segala sesuatu dengan sudut pandang berbeda. Bisa jadi kita bukan lagi orang yang sama, karena luka telah melatih kita bagaimana menjadi lebih dari sekedar kuat, tapi juga berdaya dan terus tumbuh menjadi pribadi lebih baik dan semakin peduli pada sesama.

Mengutip paragraf terakhir cerpen Rongga* karya Novia Kusumawardhani,

โ€œ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ด ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด. "*.

Ya, meski dirasakan begitu sakit, sekian lama ditanggungkan dan kita perjuangkan pemulihannya, hadirnya luka dalam hidup tetap memiliki makna.

*( dimuat di Kompas Minggu, 29 Agustus 2010.

Terima kasih Puan-tastic People, sudah mampir dan membaca tulisan saya โคโคโค

Tulisan ini juga bisa klik https://puan-tastic.blogspot.com/.../menyahabati-peran...๐Œ๐„๐๐˜๐€๐‡๐€๐๐€๐“๐ˆ ๐๐„๐‘๐€๐ ๐‹๐”๐Š๐€ ๐ƒ๐€๐‹๐€๐Œ ๐‡๐ˆ๐ƒ๐”๐ (...
01/11/2021

Tulisan ini juga bisa klik https://puan-tastic.blogspot.com/.../menyahabati-peran...

๐Œ๐„๐๐˜๐€๐‡๐€๐๐€๐“๐ˆ ๐๐„๐‘๐€๐ ๐‹๐”๐Š๐€ ๐ƒ๐€๐‹๐€๐Œ ๐‡๐ˆ๐ƒ๐”๐

( ๐’๐„๐๐„๐๐“๐”๐Š ๐”๐๐†๐Š๐€๐๐€๐ ๐’๐€๐˜๐€๐๐† ๐๐€๐ƒ๐€ ๐ƒ๐ˆ๐‘๐ˆ ๐’๐„๐๐ƒ๐ˆ๐‘๐ˆ )

๐๐š๐ ๐ข๐š๐ง ๐Ÿ

๐˜›๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ.
( ๐˜›๐˜ข๐˜ฏ ๐˜”๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข )

๐˜š๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜Š๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ. ๐˜’๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜‰๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ค๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜บ๐˜ข. ๐˜๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜จ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜Š๐˜ช๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข. ๐˜’๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ณ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ.
( ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข ๐˜›๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข )


๐˜”๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข.
( ๐˜‘๐˜ข๐˜ค๐˜ฌ ๐˜š๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ธ โ€“ ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜—๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ๐˜ด ๐˜–๐˜ง ๐˜Š๐˜ข๐˜ณ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ฏ )

Halo Puan-tastic People!

Hidup adalah jalan panjang pembelajaran yang membentang sampai ke liang lahat. S**a tidak s**a, kita pasti mendapatkan pelajaran itu dalam berbagai bentuk kemasan. Dari setiap hal yang datang dan terjadi, selalu menyelipkan sebuah pesan sarat makna yang terkadang sulit kita baca dan pahami pada awalnya.

Tak ada yang bisa memprediksi datangnya duka dan luka dalam hidup. Sering disaat kita tidak siap. Di saat kita sedang berharap yang baik. Di saat kita membutuhkan. Di kala semuanya berjalan tanpa masalah. Tiba-tiba saja luka berikut rasa sakit itu datang sebagai kenyataan baru yang merenggut kenyamanan hidup. Sebuah ketidakabadian dalam bentuk sederhana yang niscaya, namun tetap saja s**ar diterima dengan lapang dada. Terbukti kita masih selalu berandai-andai untuk bisa menghindarinya, padahal semuanya telah terjadi.

Dalam bentuk apapun luka itu, entah sebuah goresan kecil, sayatan, memar, atau bahkan lebih parah lagi untuk dideskripsikan bentuknya. Tapi yang bisa kita rasakan hanya sakitnya. Ada pendapat orang bijak yang mengatakan, semakin sering terluka kita jadi lebih kuat. Kita jadi terbiasa dengan perihnya dan memiliki daya tahan yang lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja tidak semua orang mampu memulihkan luka batin yang didapat dari kekecewaan, rasa bersalah, kebenciaan, kehilangan atau hal-hal buruk yang datang dalam hidupnya di masa lalu. Butuh proses yang tidak mudah untuk membuatnya pulih berikut dukungan sepenuh hati dari orang sekitar.

Orang bijak juga mengatakan, waktu adalah penyembuh terbaik. Tapi jika kita hanya bergantung pada waktu tanpa ada upaya dari diri sendiri untuk mengobatinya, tentu proses pemulihan itu akan berlangsung lama. Bahkan bisa jadi tidak ada proses pemulihan sama sekali. Banyak cerita memprihatinkan tentang orang-orang yang menanggung derita sampai mati karena masih menyimpan dendam, kesedihan, kekecewaan dan amarah. Rasanya menyedihkan, menyia-nyiakan hidup dengan menghabiskannya tanpa memberi arti apapun, bahkan untuk merasakan kebahagiaan.

Tentu kita harus menghindari efek buruk luka batin yang berlarut-larut tersebut. Life must go on, hidup harus terus berlanjut. Untuk melanjutkannya dengan tenang dan bahagia, butuh keberanian untuk menerima luka itu hadir sebagai bagian dari fase hidup yang kita lalui. Kita melatih diri terus menerus untuk bisa berlapang dada. Ikhlas, karena pada kenyataannya kemampuan diri untuk memaafkan dan menerima harus sebanding lurus dengan kerendahan hati untuk melakukan intropeksi dan evaluasi diri. Menyadari bahwa semua terjadi karena selain sudah menjadi kehendak-Nya, kita juga memiliki peran disitu. Kesadaran menjadi sebuah jalan kecil yang membuka proses pemulihan luka batin menjadi lebih cepat. Dengan menerima, memaafkan dan melepaskan, kita perlahan bangkit dari rasa sakit dan sedih.

Selain itu proses pemulihan luka batin juga butuh lingkungan dengan support system yang baik. Jika tidak ada, maka memutus mata rantai lingkungan yang toxic adalah cara terbaik. Karena tidak semua orang bisa paham luka batin orang lain. Termasuk lingkup keluarga sendiri. Sampai saat ini saja, pemilik trauma dari kejadian buruk di masa lalu masih sering dianggap berlebihan dan tidak bisa move on. Status janda, anak broken home, single mom by choice, anak putus sekolah, korban pelecehan dan kekerasan seksual atau korban KDRT, adalah segelintir contoh pihak yang selalu disudutkan dengan stigma negatif. Bahkan karena dilontarkan dalam candaan, orang-orang kemudian menganggapnya hal yang biasa. Padahal itu jelas semakin membuat luka batin semakin dalam. Jika saja mau melihat lebih dekat dan meluangkan waktu untuk mendengarkan, stigma negatif itu akan berubah menjadi empati yang memberik dukungan moral. Membantu orang dengan luka batin akibat kejadian buruk tersebut untuk bisa sembuh dan melanjutkan hidup dengan baik.

Luka batin yang tidak ditangani dengan baik selalu berimbas pada kesehatan fisik dan kejiwaan, yang kemudian menimbulkan masalah baru. Contohnya menyebabkan perilaku seseorang menjadi destruktif, membalas luka dengan membuat luka. Menyakiti orang lain untuk melampiaskan rasa dendam atau sakit dalam hati, meski sebenarnya justru semakin melukai diri sendiri. Membuat diri jadi pusat perhatian dan memiliki pengaruh berbahaya, tapi itu tidak lebih dari pelampiasan dari rasa sakit dan menunjukkan sisi lemah dirinya secara emosional. Disisi lain, luka batin membuat orang membenci dirinya sendiri. Upaya bunuh diri, melukai diri sendiri, menjadi manusia anti sosial, cenderung psikopat atau selalu mengasihani diri adalah contohnya.

Apalagi saat ini peran media sosial pun memiliki pengaruh besar memfasilitasi semua itu.Terlebih semakin terbatasnya waktu dan kenyamanan ruang bicara dari hati ke hati di dunia nyata. Ditambah minimnya kemampuan personal untuk mendengarkan, bersikap bijak dan pengertian, serta upaya melihat segala sesuatu lebih dekat. Orang-orang kemudian bebas mengekspresikan sisi emosionalnya. Kecewa, marah, benci dan dendam menjadi bahan bakar postingan media sosial saat ini. Pemantiknya adalah hal-hal sepele yang memicu konflik baru dari konflik dengan diri sendiri yang tidak terselesaikan. Padahal jika mau jujur, nun di lubuk hati yang tak tersentuh riak ego, banyak yang merasa sepi sendiri. Sadar sepenuhnya itu salah, tapi terlalu angkuh mengakui dan belum mampu membenahi diri. Pertanyaan yang kemudian hadir, mau sampai kapan kita berada dipusaran self-toxic itu?

Secara nyata kita bisa melihat bagaimana luka batin itu memberi dampak negatif bagi kesehatan. Rasa cemas, sedih dan amarah yang dipendam berlebihan memunculkan keluhan-keluhan fisik. Banyak yang mengalami insomnia, gangguan metabolisme, merasakan nyeri perut karena asam lambung, nyeri syaraf, dan keluhan kesehatan lain yang selalu ditangani dengan mengkonsumsi banyak obat-obatan medis. Tentu saja hal tersebut memiliki efek samping. Padahal sumber semuanya adalah pembiaran karena ketidakmampuan mendiagnosa serta melakukan penanganan yang keliru terhadap luka batin yang kita alami.

Ketidakmampuan mendiagnosa adanya luka batin pada diri terjadi, karena kita sulit menerima kenyataan tentang diri sendiri dengan apa adanya. Kebanyakan kita terperangkap dalam jebakan bahwa kita harus menyenangkan semua orang. Kita dituntut harus terus sempurna, tampak kuat, baik-baik saja dan bahagia setiap waktu. Padahal kita ini manusia, ada masa-masa kita rapuh, kita tidak terima diperlakukan buruk, ingin menangis lepas dan meluapkan apa yang terasa di dalam hati. Kita cenderung tergagap, risih, canggung, tidak nyaman bahkan mentertawakan bila sesuatu itu tampak tidak baik. Lupa bahwa dunia ini adalah tempat bagi ketidaksempurnaan. Lupa bahwa hidup dunia juga berputar dan banyak kemungkinan tanpa diduga akan terjadi. Kesedihan orang lain yang kita anggap remeh hari ini bisa jadi besok menimpa kita. Masa terpuruk teman yang kita tertawakan suatu hari juga akan datang dalam kehidupan kita. Bahkan mungkin levelnya lebih parah.

Tapi sekali lagi, menemukan sebuah tempat aman dengan orang yang memiliki kemampuan sebagai pendengar yang baik, tidak menghakimi, tidak membuat segalanya bagai sebuah kompetisi dan bahan perbandingan ( selalu mengatakan dengan nada tidak mau kalah, โ€œ Masalahmu itu belum seberapa, yang kuhadapi lebih berat, bla,bla,bla...โ€), dan menjadikan kita tersudut dengan tanggapannya, itu tidaklah mudah. Alih-alih bahunya bisa untuk bersandar, tangannya terulur menggenggam dan menguatkan, atau sekedar mendapatkan segelas air putih dan sebuah ucapan ringan โ€œ Jangan kuatir, semua akan baik-baik sajaโ€, dalam sebuah senyuman teduh. Berlebihankah berekpektasi demikian? Tentu saja tidak. Bagi yang pernah mengalami masa-masa sulit atau berada diposisi rapuh-serapuhnya pasti tahu, sikap sederhana yang diberikan seperti itu sangatlah berarti.

Berlanjut pada edisi berikutnya...

๐˜›๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ค๐˜ข ๐Ÿ™

Haloo Puan-tastic people!Lama tak menulis di laman khusus ini. Rindu juga pastinya, karena ada banyak tulisan saya yang ...
15/09/2021

Haloo Puan-tastic people!

Lama tak menulis di laman khusus ini. Rindu juga pastinya, karena ada banyak tulisan saya yang belum sempat saya publikasikan dan konsep-konsep yang belum terselesaikan. Bagi penyimak tulisan saya, juga bisa membacanya di https://puan-tastic.blogspot.com.
Saya baru belajar membuat blog. Insya Allah lebih semangat lagi untuk menulis tentang hal-hal yang baik dan menkajubkan dalam hidup dari sudut pandang saya.

Sehat dan semangat selalu untuk kita semua!
Salam Puan_tastic Life ๐Ÿฅฐ

HARI IBU DAN PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA.Sampai saat ini, setiap peringatan hari Ibu di bulan Desember, yang terngian...
22/12/2020

HARI IBU DAN PERJUANGAN PEREMPUAN INDONESIA.

Sampai saat ini, setiap peringatan hari Ibu di bulan Desember, yang terngiang di benak saya adalah mengenang hari besar di mana perempuan-perempuan cerdas Indonesia zaman pergerakan dulu berkumpul dalam Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta tahun 1928, membicarakan dan berusaha membuat terobosan agar perempuan mendapatkan hak-hak yang lebih baik sebagai manusia. Informasi dari TVRI dan majalah Kartini yang saya dapat kala itu begitu melekat dalam ingatan. Saya membayangkan perempuan yang ada di perkump**an itu adalah perempuan-perempuan yang isi kepalanya melampaui zaman di mana mereka hidup. Dalam sistem dan kondisi zaman yang sulit di masa penjajahan dan kebodohan masih menyelimuti bangsa kita, mereka sudah kritis membicarakan hal-hal yang masih sangat tabu saat itu.

Perlahan entah dengan alasan apa, kemudian peringatan hari Ibu lebih dibuat praktis, hanya mengarah pada sosok dan jasa Ibu semata. Tak banyak lagi orang menilik sejarah lahirnya hari Ibu. Tak ada lagi semangat memaknai hari Ibu dengan upaya serius meningkatkan kesejahteraan kaum Ibu dari kemiskinan, rendahnya pendidikan, gizi buruk, ancaman kematian Ibu dan bayi serta hal lain yang masih mengenaskan untuk diterima di zaman yang semakin modern ini.

Belum lagi kemudian bermunculan semacam komentar kontra dan pelarangan, terutama dari kalangan pemuka agama. Beberapa di antaranya bahkan mengharamkan mengucapkan Selamat Hari Ibu, dengan alasan tidak ada diajarkan dalam agama. Saya hanya bisa merasakan keterenyuhan yang mendalam saat mendengarkan. Sedemikian kerdilnya kah arti ucapan dimaknai dibandingkan upaya mengenang bahkan membantu melanjutkan perjuangan pergerakan perempuan Indonesia di masa itu? Lantas kalau pun diharamkan, atau bahkan diganti, apa selanjutnya bisa merubah fakta yang ada, bahwa setelah Kongres Perempuan Pertama itu, perempuan Indonesia terus berjuang melakukan progresnya, mewujudkan pencapaian kesamaan hak dalam segala bidang?

Terlepas dari adanya upaya pemelintiran oleh rezim tertentu dalam catatan sejarah bangsa, hendaknya tidak diikuti dengan keengganan menilas kembali jejak sejarah yang ada dari setiap peringatan hari besar bangsa ini.
Memang, peringatan hari Ibu di masa saya masih sekolah tentu belumlah segembar-gembor saat ini. Tak ada ritual pemberian bunga atau pembuatan puisi kepada sosok ibu. Meski tanpa itu pun Ibu sudah menjelma menjadi puisi abadi. Tak ada upacara atau acara khusus yang digelar. Hari Ibu adalah hari biasa, seperti halnya kehadiran Ibu dalam hidup kita. Setiap hari selalu ada. Peran Ibu memang sangat universal, namun sering diabaikan terutama dalam membentuk generasi.

Saat memutuskan menikah, seorang perempuan sudah memiliki tanggung jawab sebagai calon pembentuk generasi bangsa. Tingkat kualitas generasi yang diharapkan tentu tidak akan tercapai jika tingkat pendidikan, asupan gizi, kematangan usia dan wawasan calon Ibu tersebut tidak memadai. Sayangnya, hal itulah yang masih kita hadapi saat ini. Bahkan sering kita tutupi sebagai permasalahan pelik di bawah alasan syariat agama, atau aturan adat istiadat yang mengikat.

Itu sebabnya perjuangan mewujudkan kesetaraan hak perempuan di segala bidang dalam lingkup bermasyarakat masih terus berlanjut. Dulu kaum Ibu melakukan pergerakan karena ingin mempersatukan seluruh suku bangsa di Nusantara, untuk perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.

Tercatat dalam sejarah, di mulai sejak 1912, yang terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan Indonesia di abad ke-19, di antaranya: RA. Kartini, Christina Martha Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, dan Nyai Ahmad Dahlan, Kongres Perempuan Indonesia pertama tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta pun di adakan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan. Selain itu, mereka juga ingin menjunjung eksistensi perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, hingga penghapusan pernikahan anak perempuan dan lain sebagainya.

Adapun yang bertindak sebagai inisiator kongres tercatat 7 organisasi perempuan yaitu: Wanita Utomo, Wanita Taman Siswa, Putri Indonesia, Aisjiah, Jong Islameten Bond bagian Wanita, Wanita Katolik dan Jong Java bagian Wanita.

Tujuan dari diadakannya Kongres Perempuan tersebut adalah :

- Menjadi pertalian antar organisasi perempuan Indonesia.

- Membicarakan kewajiban, kepentingan dan kemajuan perempuan Indonesia.

Acara pembukaan Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928 malam dihadiri oleh 1000 orang, yang terdiri dari perwakilan 30 organisasi perempuan, 21 organisasi laki-laki, utusan-utusan pemerintah dan pers.

Tercatat hasil Kongres Perempuan Indonesia yang pertama ini antara lain :

* Mendirikan badan permufakatan bernama โ€œPerikatan Perkump**an Perempuan Indonesia (PPPI)โ€

* Menggalang studiefonds (beasiswa) bagi anak-anak perempuan yang kesulitan menanggung biaya sekolah.

* Memperkuat pendidikan Kepanduan Putri

* Mencegah perkawinan anak dengan membuat propaganda tentang buruknya perkawinan anak serta mekakukan lobi kepada Pamong Praja.

* Mengirimkan mosi kepada pemerintah agar fonds bagi janda dan anak yatim segera diputuskan, agar onderstand tidak dicabut dan agar sekolah perempuan diperbanyak.

* Mengirimkan mosi kepada raad agama agar memperketat aturan perceraian.

(Bahan tulisan bersumber dari Museum Pergerakan Wanita Indonesia dan Buku Peringatan 30 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 22 Des 1928 โ€“ 22 Des 1958)

Kemudian Kongres Perempuan II digelar pada Juli 1935. Sepuluh tahun setelah kongres pertama diadakan. Dalam kongres ini dibentuk Badan Pemberantasan Buta Huruf (BPBH) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh perempuan di perusahaan batik. Lalu, melalui kongres kedua ini p**a dicetuskan usulan peringatan hari Ibu dan pada tahun 1959, Presiden S**arno melalui Dekrit Presiden No. 316 menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Poin-poin yang diperjuangkan kaum Ibu pada masa itu masih sangat relevan adanya dengan perkembangan saat ini. Meskipun sangat disyukuri sejumlah hal yang diperjuangkan sudah sedemikian dinikmati oleh banyak kaum Ibu dan perempuan sekarang. Namun perjuangan belum selesai, tantangan yang dihadapi semakin besar seiring dinamika perkembangan zaman dan kemajuan sains, informasi dan teknologi.

Mengutip tulisan Musdah Mulia, Ia mengatakan, karena rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan literasi yang dihadapkan dengan tantangan semakin canggihnya teknologi digital melahirkan situasi di mana kaum Ibu mudah terpapar ideologi fundamentalisme agama dan informasi yang menyesatkan dalam bentuk hoax dan fitnah. Kondisi politik yang menonjolkan aspek SARA juga berimbas bagi perpecahan kaum Ibu. Selain itu, menguatnya radikalisme agama di Indonesia berimbas pada munculnya perda-perda yang berujung pada diskriminasi perempuan dengan alasan agama, maraknya praktik pernikahan anak perempuan, perdagangan perempuan dan anak dengan berbagai alasan, praktik sunat perempuan, poligami dan berbagai upaya domestifikasi perempuan. Belum lagi persoalan perempuan sebagai buruh dan pekerja migran yang rentan terhadap eksploitasi karena minimnya payung hukum untuk mereka.

Terakhir, tapi tidak kurang pentingnya adalah belum membaiknya kondisi kesehatan reproduksi dengan melihat Angka Kematian Ibu yang masih mencemaskan, program KB yang masih tertatih-tatih, kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang tak kunjung berkurang, hingga persoalan lingkungan dan ancaman kesehatan akibat kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan, semakin menambah derita kaum Ibu dan anak.

Semoga dengan adanya perayaan hari Ibu dari tahun ke tahun, bangsa ini semakin memperhatikan kaum Perempuan dan Ibu sebagai kunci utama pembangunan peradaban dan kemanusiaan.

Selamat Hari Ibu, terkhusus bagi seluruh Perempuan Indonesia.**

Penulis Puan Seruni, pernah di muat di Kopi Trabel Blog setahun lalu.

๐Ÿ“ธ Gambar dari pencarian di Instagram

Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when What A Puan-tastic Life posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share