15/01/2025
Salah satu tokoh yang saya idolakan hingga saat ini adalah Pak Dahlan Iskan. Entah karena sepak terjangnya, jiwa bisnisnya, atau karena dia berasal dari daerah yang beredekatan dengan saya.
Pak waktu remaja secara tak sengaja kawan saya dari Magetan, membeli sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan. Setelah ia selesai membaca, saya tertarik untuk meminjamnya. Pada saat itu, saya belum mampu untuk membeli buku-buku mahal. Maklum uang saku hanya cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saya pun membaca lembar demi lembar hingga lupa waktu. Bahkan aneh, saya tak merasa kantuk walaupun membaca berjam-jam. Menyelami dan merasakan jalannya cerita. Meskipun saya tahu kalau novel sebagaimana karya sastra lainnya adalah cerita fiksi.
Perlu diakui saya terispirasi olehnya. Dimana masa kecilnya bukan masa yang mudah. Ayahnya adalah seorang buruh tani dan ibu yang membatik jika ada pesanan. Saya tahu kalau setiap tokoh besar pernah punya masa-masa sulit. Entah itu benar atau dibuat-buat. Tapi untuk tokoh yang satu ini bukan rekaan belaka.
Kemudian baru saya tahu kalau koran yang setiap hari kami baca (Jawa Pos) adalah koran yang dibesarkan beliau. Koran yang semula oplahnya hanya 6000 hingga menjadi koran terbesar di Indonesia. Tentu saya juga tahu bagaimana ia membesarkan koran itu.
Beliau adalah tokoh yang mendobrak kemapanan. Ciri khasnya yang cepat, ceplas ceplos dan tegas membuat apa yang ia kerjakan berbuah hasil. Ia menggebrak ketika membuat progam sehari sejuta sambungan pada waktu menjadi dirut PLN. Juga membangun BUMN menjadi satu kultur. Ia juga yang memberikan harapan bagi negara ini untuk memproduksi kendaraan listrik sendiri.
Cerita tentang operasi transplantasi hati yang begitu menyentuh banyak orang. Sepertinya semangat hidup untuk berbuat lebih banyak telah membuat penyakit mengalah padanya. Bukannya meredup ia justru semakin bersemangat setelah sakit. Sebagai bentuk rasa syukurnya karena masih diberi kesempatan untuk terus bekerja.
Kini di usianya yang sudah tidak lagi muda ia terus berkarya dan membuat sejarah. Kita yang masih muda tentunya malu jika tidak berbuat apa-apa.