Basurau Dirantau

  • Home
  • Basurau Dirantau

Basurau Dirantau BERSEGERA SERTA BERLOMBA DALAM KEBAIKAN

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ*Kajian Rabu Malam ke-5* *Penceramah:* Ustadz Abu Abdillah Nefri _...
01/10/2022

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

*Kajian Rabu Malam ke-5*
*Penceramah:* Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_
*Edisi:* Rabu, 18 Safar 1444H / 14 September 2022
🎞️ https://youtu.be/5RxbPS0j7b8

*KERUSAKAN MASYARAKAT JAHILIYAH DARI SISI AKHLAK DAN BUDAYA*

Ditengah kerusakan keyakinan dan cara beragama orang-orang jahiliyah, juga memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan bermasyarakat, moral dan budaya.

Kehidupan masyarakat jahiliyah serat dengan kegelapan, perampokan, perperangan, kekerasan, unjuk keberanian dan pertumpahan darah. Yang kuat menindas yang lemah, kehidupan tak ubahnya seperti hukum rimba. Peperangan adalah lambang kemuliaan. Kobaran api peperangan terkadang dipicu oleh perkara remeh. Demi sebuah nama baik, fanatik kesukuan dan kabilah, bahkan ulah sebab binatang gembalaan pun cukup sebagai alasan untuk menyeret mereka ke medan pertempuran, siap habis-habisan bertaruh nyawa. Seakan pelampiasan marah, gemerincing suara pedang dan pertumpahan darah solusi segala masalah, demikianlah jahiliyah.

Dikisahkan oleh Ummu Salamah Radhiyallahu’anha , ketika Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu menceritakan kepada Raja an-Najasyi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat arab jahiliyah sebelum datang Islam,

_"Wahai Raja, kami dulu adalah orang-orang yang diliputi kebodohan. Kami menyembah patung. Memakan bangkai (hewan yang disembelih untuk berhala tanpa menyebut nama Allah). Dan kami melakukan perbuatan keji. Kami memutus tali kekerabatan. Berlaku buruk terhadap tetangga. Yang kuat menindas yang lemah.”_ (HR. Shahih Ibnu Khuzaimah (no. 2260) Ahmad (no. 1740) Hilyatul Auliya Abu Nu’aim 1/115).

Demikian juga yang dialami sebagian manusia disetiap zaman hingga abad millennial hari ini, percikan api permusuhan dan perperangan kerap kali muncul hanya dengan alasan SARA, organisasi, partai dan club olahraga. Satu dengan yang lain saling menghina dengan bahasa-bahasa kerdil ala jahiliyah.

Diantara tipikal terpuji orang-orang arab jahiliyah memiliki sifat dermawan, menghormati tamu, pemberani, jujur, teguh pendirian, menepati janji dan komitmen dengan apa yang diucapkan. Namun sangat disayangkan sebagian sikap terpuji itu mereka tempatkan pada perkara maksiat dan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah manusia. Akhlak yang terpuji jika digunakan pada tempat yang salah akan berbuah kehinaan dan penyesalan. Mereka jujur sekalipun kepada musuh, menepati janji walaupun akan merugikan diri. Pendirian yang kokoh walau harus mengubur hidup-hidup anak gadis yang dicintai. Mental baja dan komitmen yang menghujam kuat didalam hati walau harus berperang dengan saudara sendiri.

Diantara tradisi jahiliyah yang ada sebagian kabilah dan suku tertentu, diantaranya:

*1. Membunuh Anak Perempuan*

Tidak s**a dengan kehadiran anak perempuan merupakan akhlak jahiliyah. Khawatir dengan banyak anak, takut jatuh miskin dan merasa tidak mampu memberi nafkah anak juga bagian dari akhlak jahiliyah. Yang lebih parah dari itu mereka tega membunuh anak-anak buah hati mereka dengan cara sadis dan biadab. Bahkan mereka merasa bangga dan mulia dengan perbuatan membunuh anak, karena itu lambang keberanian di masa itu. Demikianlah syaithan menghiasi perbuatan buruk mereka. Akal sehat hilang, perasaan jadi tumpul, kehinaan dipandang kemuliaan. Bagai pepatah, “Hilang geli karena gelitik”.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka membunuh anak perempuan;

*a) Anak Perempuan Lemah*

Orang-orang arab jahiliyah beranggapan bahwa kehadiran anak perempuan dalam keluarga adalah lambang kehinaan dan kerugian. Hal ini dipicu oleh faktor perperangan antar kabilah dan demi sebuah harga diri dimasa itu.

Sosok anak perempuan bagi arab jahiliyah tidak bisa diandalkan untuk membela keluarga dan kabilah. Sehingga semakin banyak anak keturunan perempuan, akan semakin lemah suku dan kabilah. Kelemahan itu akan berdampak kekalahan dalam perperangan, sehingga para wanita akan ditawan dan dihinakan dengan perbudakan. Hal itu sangat memalukan dan penghinaan besar dalam keluarga. Mereka tidak sanggup menahan penghinaan itu, dan lebih memilih untuk membunuh anak-anak perempuan sebelum kehinaan dan ketakutan itu menjadi kenyataan.

*QS. An-Nahl Ayat 58-59:*

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِالْاُنْثٰى ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌۚ

_Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah._

يَتَوٰرٰى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْۤءِ مَا بُشِّرَ بِهٖۗ اَيُمْسِكُهٗ عَلٰى هُوْنٍ اَمْ يَدُسُّهٗ فِى التُّرَابِۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ

_Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu._

Pembunuhan anak-anak dilakukan dengan cara yang sangat biadab dan tercela. Salah satu adat yang sangat kejam ketika itu ialah menguburkan anak perempuan Hidup hidup. (Lihat “Sejarah Umat Islam 1/76 karya Buya HAMKA rahimahullah).

*QS. Az-Zukhruf Ayat 17:*

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌ

_Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat, karena menahan sedih (dan marah)._

📖 *QS. At-Takwir Ayat 8-9:*
وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ

_dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,_

بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ

_karena dosa apa dia dibunuh?_

Dalam dalam Mu’jam Al-Kabir, dengan riwayat yang shahih disebutkan, bahwa sahabat An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu’anhu berkata, _“Aku mendengat ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu berkata ketika ditanya tentang firman Allah (yang artinya): *“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya”.* ‘Umar menjawab: “Qois bin ‘Ashim pernah mendatangi Rasulullah ﷺ seraya berkata, “Sesungguhnya aku pernah mengubur hidup-hidup delapan anak-anak perempuanku di masa jahiliyah. Maka Nabi ﷺ berkata kepadanya, “Bebaskan seorang budak untuk setiap anak perempuan. Dia berkata, aku memiliki onta. Nabi ﷺ bersabda, “Jika engkau mau, bersedekahlah dengan seekor onta untuk setiap anak perempuanmu yang telah engkau kubur hidup-hidup”._ (HR. Imam At-Thabrani dalam Mu’jamul Al-Kabir 18/337 (no. 863)

*Faidah:* Hadits ini merupakan riwayat yang shahih tentang kisah seorang sahabat Qois bin ‘Ashim Radhiyallahu’anhu (pimpinan kabilah bani Tamim) yang masuk Islam dan memperbaiki keislamannya. Ketika bertanya kepada Rasulullah ﷺ atas penyesalan terhadap perbuatannya dimasa jahiliyah.

Kisah ini diceritakan oleh khalifah ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu untuk menjelaskan salah satu bentuk praktek dan pengakuan dari Qois bin ‘Asim dihadapan Rasulullah ﷺ ketika dia meminta penjelasan kaffarah (penebus dosa) membunuh anak perempuan di masa kegelapan jahiliyah, (Riwayat ini disebutkan oleh Imam At-Tabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 18/337 (no.863), Imam Al-Bazzar 1/60), yang ingin penulis tegaskan, bahwa sahabat Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu hanya meriwayatkan tentang perbuatan Qois bin ‘Ashim, bukan menceritakan tentang perbuatan diri ‘Umar Radhiallahu'anhu.

🏷️ Ini merupakan kedustaan terhadap pribadi sahabat ‘Umar Radhiallahu'anhu. Menuduhkan sesuatu yang tidak pernah diperbuat. Memang tidak disangkal ‘Umar Radhiallahu'anhu pernah hidup dimasa jahiliyah dan masuk islam belakangan, akan tetapi tidak ada satupun riwayat ditemukan, baik lafazh (matan) yang dhaif apalagi yang shahih didalam kitab-kitab Hadits Ahlu Sunnah, tidak p**a dinukilkan sepotong kalimat pun dalam kitab-kitab para ulama, baik kitab Sejarah, ‘Aqidah, Tafsir dan lainnya. Justru riwayat itu dinukilkan dalam kitab-kitab orang Syi’ah Rafidah sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikh DR. Shalih Al-Ushaimi hafizahullah.

Syaikh Utsman Al-Khamis hafizahullah dalam salah satu ceramahnya mengatakan,” Riwayat yang menyampaikan kisah ‘Umar mengubur bayi perempuan hidup-hidup itu dari Jabir al-Ju’fi. Ia adalah seorang Syi’ah Rafidhah dan Pendusta. Riwayatnya tidak diterima karena kebid’ahannya sebagai Rafidhah, dan cacat ucapannya karena ia pendusta.

Kedustaan ini disebarluaskan oleh faham-faham yang membenci para sahabat. Bukti bahwa ‘Umar tidak pernah melakukan itu, dia memiliki banyak anak perempuan. Dan salah satu anak perempuan sulung (tertua) nya adalah istri Nabiy Ummul mukminin Hafshah bintu ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu, maka beliau diberi kunyah Abu Hafshah. Dimana salah satu bentuk sunnah para salaf yaitu memberi nama kunyah yang disandarkan kepada anak yang paling tua (sulung).

Umar memiliki beberapa orang istri diantaranya Zainab binti Maz’un (saudari ‘Ustman bin Maz’un), darinya lahirlah beberapa orang anak, diantaranya Hafshah bintu ‘Umar, yang lahir sekitar 5 tahun sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ sebagai Nabi dan Rasul. Kemudian anak lelaki yang bernama Abdurrahman dan ‘Abdullah bin ‘Umar. Jika kebiasaan ‘Umar juga mengikuti tradisi jahiliyah yang satu ini, tidak mungkin Hafshah akan dibiarkan dewasa hingga bisa menemui masa nubuwwah dan menjadi Istri Rasulullah ﷺ.

Semoga Allah jaga kaum muslimin dari distorsi sejarah dan beritaberita dusta. Imam Ad-Darimi Rahimahullah meriwayatkan, bahwa seseorang datang kepada Nabi ﷺ dan berkata:

“Wahai Rasulullah! Kami dahulu orang-orang jahiliyah. Kami menyembah berhala dan membunuh anak-anak. Saya pernah mempunyai seorang anak perempuan. Bila saya memanggilnya dia berlari-lari datang kepada saya dengan sangat ceria. Pada suatu hari saya memanggilnya. Dia terus mengikuti saya, hingga melewati sebuah sumur dari keluargaku yang tidak begitu jauh. Maka aku menambil tangannya dan mendorongnya masuk ke dalam sumur itu. Dan kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya ialah ‘Ayah!”’.

“Mendengar cerita itu Rasulullah ﷺ menangis, air mata beliau bercucuran. Dan berkatalah salah seorang yang duduk bersama Nabi ﷺ, “Engkau benar-benar telah membuat sedih Rasulullah! Maka Nabi ﷺ bersabda, “biarkan, sungguh dia datang untuk menanyakan sesuatu yang lebih penting dari itu. Nabi ﷺ berkata kepada orang itu, Ceritakan sekali lagi kisah itu! Maka diapun mengulangi kisah itu, sehingga Rasulullah ﷺ menangis hingga air matanya membasahi Janggut beliau.”

Kemudian Nabi ﷺ bersabda; _“Perkara-perakara jahiliyah yang mereka lakukan telah dihapuskan oleh Allah dengan masukknya mereka kedalam Islam. Sekarang mulailah amalan-amalan yang dibenarkan (oleh Syari’at)”._

(HR. Ad-Darimi (no.2) Ta’liq dari Ahli Tahqiq “Bahwa riwayatnya Mursal, akan tetapi perawinya Tsiqaat. Riwayat ini hanya disebutkan oleh Imam Ad-Darimi dalam Sunan-nya).

Begitu biadabnya, jika penguburan hidup-hidup dimasa belia tertunda karena ayahnya sedang merantau atau urusan perdagangan, mereka tetap melakukannya ketika anak gadisnya telah remaja dan memiliki akal. Intinya penguburan yang tertunda akan tetap dilaksanakan. Terkadang anak wanita itu diajak ke tempat yang tinggi dan dijatuhkan hingga mati.

Betapa kejinya akal yang tidak dibimbing wahyu Ilahi. Alangkah hinanya logika yang kering dari siraman ruhani. Aduhai bodohnya pemikiran, kerdilnya perasaan yang menghargai tradisi, mengikuti syahwat yang mengotori hati, perbuatan hina dianggap terpuji, teriakan pilu buah hati diabaikan, di akhirat azab menanti. Ditengah tradisi yang keji itu, masih terdapat beberapa tokoh yang masih memiliki hati Nurani, dan menonjol dalam usaha membasmi kebiasaan kaummya. Seperti Zaid bin ‘Amr bin Nufail, Sha’sa’ah bin Naajiyah Al-Mujaasyi’i kakek dari Al-Farazdaq (seorang penyair arab yang terkenal). Berikut penuturan kisahnya, Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu’anhu berkata tentang Zaid bin ‘Amr,

“Aku melihat Zaid ibnu ‘Amr bin Nufail menyandarkan punggungnya ke Ka’bah seraya berkata, _”Wahai orang-orang Qurays! Demi Allah! Tidak seorangpun diantara kalian diatas agama nabi Ibrahim selainku”._ Dan Zaid bin Amr’ radiyallahu ‘anhu membiarkan hidup anak perempuan yang hendak dikubur hidup-hidup. Dia berkata kepada seorang ayah yang akan membunuh anaknya, _"(Berhentilah)! Jangan bunuh anakmu, aku yang akan merawatnya.”_ Lalu Zaid mengambilnya. Ketika anak perempuan itu sudah dewasa, Zaid menemui ayah anak perempuan itu dan berkata, _”Kalau engkau berkenan aku akan menyerahkannya kepadamu, tetapi jika engkau enggan biarlah aku yang tetap merawatnya”._ (Shahih Bukhari (no. 3828), Az-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala 1/128)

Imam Tabhrani Rahimahullah dalam Al-Mu’jam Al-Akbir, menyebutkan bahwa Sha’sa’ah (Muhyii Al-Mauudaat) telah menyelamatkan banyak anak perempuan yang akan dikuburkan hidup-hidup, fitrahnya membenci pembunuhan bayi, sehingga dia menebus satu jiwa anak yang masih kecil kepada orang tuanya dengan beberapa ekor onta, kemudian ia pelihara dan dinafkahi anak bayi perempuan itu dengan baik hingga usia dewasa. Ketika ia masuk Islam, maka hal itu diceritakan kepada Rasulullah ﷺ.

Berkata Sahabat yang mulia Sha’sa’ah, _“Sungguh aku sudah menghidupi (menyelamatkan) 360 bayi (dimasa jahiliyah) yang akan dikuburkan hidup-hidup dengan setiap bayi ditebus dengan dua ekor onta betina bunting dan satu ekor onta jantan, apakah aku peroleh pahalanya?"_ Rasulullah ﷺ menjawab, _“Bagimu pahalanya ketika Allah sudah memberi ni’mat hidayah Islam kepadamu”._

Berkata Penyair arab kenamaan Al-Farazdaq (cucu Sha’sa’ah) tentang kakeknya: Dan Kakekku telah menghalangi bayi-bayi wanita dikubur hidup-hidup Dia pelihara bayi-bayi itu, sehingga mereka tidak dikuburkan. (Al-Mu’jamul Kabiir Imam at-Thabrani 8/76 (no. 7412), Al-Mustadrak Al-Hakim (no. 6562).

Islam datang mengangkat kehormatan anak-anak perempuan, dari kehinaan menuju derajat yang mulia. Islam menghapus semua kekejaman, pelecehan dan penghinaan terhadap wanita. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-An'am Ayat 151:

۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚ

Katakanlah (Muhammad), _“Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;"_

Ummul mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha menceritakan kepada Nabi ﷺ kisah seorang ibu yang memberikan sebiji kurma yang dibagi untuk dua anak perempuannya. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, _“Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, kemudian ia berbuat baik kepadanya, maka anak itu akan menjadi tameng baginya dari api neraka”._ (HR. Bukhari (no. 1418) Muslim (no. 2629)

Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda, _“Siapa saja yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak melebihkan anak lelaki dari anak perempuan, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Surga.”_ (HR. Abu Daud (no. 5146) di Dhai’ifkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah).

Seorang Sahabiyah yang bernama Umaimah binti Ruqaiqah Radhiyallahu’anha datang kepada Rasulullah ﷺ untuk membai’at beliau diatas Islam. Lalu Nabi ﷺ bersabda: _“Aku membai’atmu untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak datang membawa kebohongan yang kamu ada-adakan antara tangan dan kakimu (pengakuan palsu menuduh orang berzina), tidak meratapi mayat, dan tidak bersolek sebagaimana bersoleknya orangorang jahiliyah dahulu”._ (Hadis Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. 6850), dihasan kan oleh Syu’aib Al-Arnauth).

*b) Takut Jatuh Miskin*

Salah satu akhlak yang jelek adalah membunuh anak karena takut jatuh miskin dengan memelihara dan memberi nafkah kepada anak kandung. Ini bentuk berburuk sangka kepada Allah Zat Yang Maha Pemberi rezeki. Rezeki setiap makhluk sudah ditanggung oleh Allah dengan kadar masing-masing, bahkan hewan melatapun menjadi tanggungan Allah akan rezeki mereka.

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

QS Hud ayat 6: _Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)._

Inilah yang Allah ﷻ ingatkan kepada kaum muslimin untuk tidak mencontoh akhlak jahiliyah, dan perbuatan membunuh anak merupakan dosa besar. Allah ksebutkan dalam firman-Nya, QS. Al-Isra' Ayat 31

وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا

_Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar._

Dalam ayat ini yang mulia ini, Allah mengharamkan perbuatan membunuh anak karena takut jatuh miskin, Allah mengatakan _“Kami yang akan memberi rezeki mereka dan rezeki kalian”._ Dikedepankan rezeki anak-anak mereka sebelum rezeki orang tua. Menunjukkan Allah sangat perhatian terhadap rezeki anak-anak kalian. Artinya _“Jangan takut kalian akan menjadi miskin karena sebab anak-anakmu”._ (Tafsir Ibnu Katsir 3/362).

Rezeki anak-anakmu sudah ditanggung oleh Allah ﷻ tanpa akan mengurangi jatah rezekimu yang sudah Allah ﷻ tuliskan untukmu, atau boleh jadi Allah ﷻ akan menambah rezekimu dengan sebab anak-anakmu. Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, _‘Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?_ Beliau menjawab: _“Dosa yang paling besar adalah engkau menyekutukan Allah dengan sesembahan yang lain padahal Allah telah menciptakanmu. Kemudian apalagi? Engkau membunuh anakmu karena takut makan bersamamu. Kemudian apalagi? Engkau berbuat zina dengan istri tetanggamu”._ (HR. Bukhari (no. 4477) Muslim (no. 86).

_“Banyak anak banyak rezeki”._ Ya, itulah pameo optimis yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim. Betapa banyak diantara kita yang kondisi sebelum menikah mungkin morat-marit tak karuan, rezeki sangat ekonomis, namun setelah menikah Allah ﷻ beri kondisi yang jauh lebih baik. Ini bukti menunjukkan bahwa masing sudah diatur dalam urusan rezeki, dan terkadang kehadiran anak-anak membawa limpahan kebaikan yang lebih banyak.

Hak rezeki itu murni dari Allâh dan hendaklah seorang muslim bersemangat berusaha mencari sebab yang halal lagi terpuji, hindari sifat malas dan ogahan. Jauhi penyakit minder dan lemah diri. Rasulullah ﷺ senantiasa berlindung kepada Allah dari penyakit hati, jiwa malas dan lemah diri. Islam sangat benci kepada manusia pemalas namun besar mimpi, maunya instan dilayani, duduk manis sambil goyang kaki, malu berusaha menafkahi anak dan istri. Betapa banyak para wanita banting setir menjemput rezeki, bahkan rela ke luar negri menjadi menjadi pembantu dan lainnya, suami pemalas diam di rumah ganti posisi menunggu kiriman istri. Ini musibah dan derita yang harus ditangisi.

*c) Kondisi Kemiskinan*

Keterbatasan ekonomi sudah cukup sebagai alasan bagi sebagian masyarakat jahiliyah untuk membunuh sang buah hati. Takut tidak mampu memberi kebutuhan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal. Ketika suara tangisan pertama sang bayi terdengar hadir di perhelatan dunia, maka wajah orang tua langsung merah kehitaman, pesimis bercampur rasa takut akan kemelaratan ekonomi, bisikan kesulitan hidup yang sedang di alami. Akhirnya sikap tega untuk mengakhiri hidup sang bayi pun mereka lakukan. Sungguh manusia lupa akan keluasan rahmat Allah Zat Yang Maha Terpuji. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-An'am Ayat 151:

۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚ

Katakanlah (Muhammad), _“Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;"_

Dalam ayat ini Allah mendahulukan “Kami yang memberi rezeki kalian dan tanggungan kalian. Kami p**a yang memberi rezeki anak-anak kalian. Tidak perlu khawatir akan rezeki masing-masing. Ketakutan dan rasa khawatir akan rezeki seseorang itu merupakan bentuk kesalahan dan buruk sangka kepada Allah. Ajal dan kematian tidak akan menemui seorang hamba sampai jatah rezekinya disempurnakan. Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:

_“Malaikat Jibril membisikkan kedalam hatiku bahwasanya tidaklah seseorang akan wafat hingga rezekinya sempurna dia peroleh. Maka bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah cara dalam mencari rizki. Jangan jadikan terlambatnya datang rezeki membuat kalian mencari jalan maksiat (diperoleh dengan cara haram), karena apa yang ada disisi Allah tidak bisa diraih kecuali dengan berbuat ketaatan kepada-Nya”._ (HR. Al-Baihaqi 7/299 (no. 10367) dalam Syu’abul Iman).

Ada sebab yang lain yang disebutkan oleh ahli ilmu diantaranya, anak sebagai bentuk nazar dan sedekah kepada berhala sesembahan, takut dengan hinaan jika anak perempuan yang lahir berkulit hitam dan bentuk yang kurang menarik. Dan juga mereka meyakini malaikat anak perempuan tuhan, sehingga anak perempuan yang dilahirkan harus segera dikembalikan kepada tuhan.

Didalam Islam wanita mendapat perhatian besar, dimuliakan, diberi hak waris, nafkah dan kebutuhan di letakkan dipundak wali (ayah atau kerabat) sebelum masa menikah, dan berpindah ke pada suami jika memasuki usia pernikahan. Allah Ta’ala muliakan para wanita Muslimah dengan Islam di dunia dan diakhirat, serta dimudahkan masuk surga dengan jika mereka menjaga kemuliaan Islam yang telah Allah berikan untuk mereka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu , Rasulullah ﷺ bersabda: _“Apabila seorang wanita (istri) sholat wajib lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah kedalam surga dari pintu mana saja yang dia s**a”._ (Shahih ibnu Hibban (no. 4163).

Namun amat disayangkan sebagian wanita muslimah tidak mengetahui akan kemuliaan ini, sehingga menjatuhkan diri mereka kedalam lumpur kehinaan dan maksiat.

Semoga Allah ﷻ memperbaiki keadaan para wanita kaum muslimin.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

*Sumber Bacaan:*

*Kitab Matair yang Jernih - Bekal Kehidupan untuk Pencari Kebenaran*
Halaman : 46-56.
*Karya :* Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

_“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”._

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِDengan mengharap rahmat dan ridha Allah ﷻ, Kami mengundang Ikhwan dan Akhwat Melayu di Qatar untuk dapa...

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ*Kajian Rabu Malam ke-4* *Penceramah:* Ustadz Abu Abdillah Nefri _...
08/09/2022

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

*Kajian Rabu Malam ke-4*
*Penceramah:* Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_
*Edisi:* Rabu, 11 Safar 1444H / 7 September 2022
🎞️ https://youtu.be/VjQ4lUQL2eU

*Bangsa Jahiliyah sebelum Diutus Nabi Muhammad ﷺ - Bagian 3*

*Termasuk Adat Jahiliyah: Beribadah dengan Sesuatu Yang Haram, Berpecah Belah Dalam Agama dan Tatayyur*

Mempelajari adat-adat jahiliyah bukan bertujuan untuk mengikuti kebiasaan mereka, akan tetapi untuk mengetahui agar kita tidak terjerumus seperti mereka.

Lihatlah seorang sahabat yang mulia yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman, begitu semangat mengenali kejelekan, di samping ia juga paham amalan baik. Hudzaifah berkata, _“Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya.”_ ( HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847)

*Beribadah dengan Sesuatu yang Haram*

Orang-orang arab jahiliyah juga melakukan ibadah-ibadah dari peninggalan syariat yang pernah Allah turunkan kepada nabi Ibrahim, namun telah terjadi distorsi dan penyimpangan, sehingga masuk aturan-aturan yang berasal dari akal dan perasaan mereka, seperti ibadah tawaf di Kabah dengan cara telanjang sambil mengucapkan kalimat Talbiyah yang berbau syirik. Allah ﷻ berfirman:

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ اِلَّا مُكَاۤءً وَّتَصْدِيَةًۗ فَذُوْقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

_Dan shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu._ (QS Al-Anfal : 35)

Diriwayatkan dari Sahabat Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu’anhuma beliau berkata: _“Orang-orang Qurays mereka mengelilingi ka’bah (tawaf) dalam kondisi telanjang, sambil bersiul dan bertepuk tangan”_ (Jaami’ul Bayan 13/524, Al Quranul ‘Azhim 4/52)

▪️Alasan telanjang: karena harus memakai pakaian yang baru (dianggap suci), jika tidak ada maka telanjang.
▪️Bersiul dimaksudkan untuk menyaingi bacaan Al-Qur'an dan mengolok-olok Nabi ﷺ.

Diriwayatkan dari Sa‘id bin Jubair : _“Dahulu orang-orang kafir Qurays melakukan tawaf dengan bersiul (memasukkan jari tangan kemulut) dan bertepuk tangan, untuk mengejek dan mengolok Nabi.”_ (Jaamiul Bayan Fii Ta‘wilil Quran 13/524).

Berkata sebagian para ulama: “Mereka melakukan tawaf sambal bersiul agar manusia tidak mendengar Al-Quran yang dibacakan nabi, sehingga turunlah firman Allah ﷻ :

“Dan orang-orang yang kafir berkata: _"Janganlah kamu mendengar dengan sungguhsungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka"._ (QS. Fusshilat: 26) (Adwaul Bayan 2/162).

Lafaz talbiyah yang dibaca dicampur dengan lafazh syirik yang pernah diajarkan oleh ‘Amr bin Luhay Al-Khuzza’i (founder ajaran paganisme di jazirah arab).

Hal seperti yang diceritakan oleh sahabat Abdullah bin Abbas:

“Dahulu orang musyrik melantunkan talbiyah:

لبيك لا شريك لك، إلا شريكا هو لك، تملكه وما ملك

“Aku sambut panggilan-Mu dan tiada sekutu bagimu.” Ketika sampai kalimat ini, Rasulullah ﷺ berkata: “Hai kalian, cukup... cukup...” namun mereka tetap menambah lafal talbiyah dengan ucapan, kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu. Sekutu yang Kamu miliki dan dia tidak memiliki. Mereka ucapkan talbiyah itu sambil thawaf di Ka‘bah. (Hadits Shahih Riwayat Imam Muslim (no. 1185, 2875), Tafsir Ibnu Katsir 6/313)

Demikian jahilnya perbuatan mereka, beribadah tidak sesuai petunjuk wahyu, dan mereka beranggapan perbuatan itu baik, bahkan mereka juga berhujjah dengan ajaran nenek moyang dan warisan leluhur serta menyangka aturan itu dari Allah.

_“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?_ (QS. Al-A’raf: 28)

Masyarakat jahiliyah kental dengan penyimpangan dalam beragama, untuk membela kayakinan yang salah mereka berdalih dengan ajaran nenek moyang dan warisan leluhur yang sudah turun temurun diamalkan.

_“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"._ (QS. Al-Baqarah: 170)

*5. Perpecahan Dalam Agama*

Orang-orang yahudi dan Nasrani yang asalnya mereka juga mengakui nabi Ibrahim sebagai nabi yang bertauhid. Mereka mewarisi kitab-kitab samawi yang dibawa oleh para nabi. Namun belakangan karena adanya tokoh-tokoh tertentu yang merobah aturan wahyu akhirnya terjadilah perpecahan yang sangat banyak dalam agama mereka.

Yahudi dan Nasrani telah berselisih tentang agama mereka, setelah terjadi penyimpangan dari kitab taurat dan injil. Perpecahan orang yahudi dan Nasrani mencapai 70 sekte lebih sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah ﷺ. Yahudi terpecah dengan banyak suku dan aliran.

Nasrani terbagi pada beberapa golongan. Golongan termasyhur di Timur (Bhizantium) ada tiga partai, yakni partai Ya kubiyah tersiar di Mesir, Sudan, habsyi. Partai Nasturi tersiar di Maushul Irak dan Persia. Partai Malkani tersiar di tanah Maghribi, Sicilia, Andalusia dan Syam. (Sejarah Umat Islam pra -Kenabian 1/66).

Ketiga aliran itu berbeda tentang konsep ketuhanan. Yakubi meyakini Isa AlMasih adalah Allah. Allah dan insan berkumpul dalam satu uknum, yakni Al-Masih. Adapun Nasturi dan Malkani meyakini kepercayaan bahwa Al-Masih mempunyai ada tabiat yang berbeda yaitu sifat tabiat Lahut (ketuhanan) dan Nasut (kemanusiaan).

Tidak dipungkiri, ternyata perbedaan dalam hal keyakinan itu membawa dampak perpecahan yang menyisakan kebencian mendalam terhadap tatanan kehidupan agama dan sosial masyarakat. Bangsa jahiliyah dari ahli kitab Yahudi dan Nasrani, atau dari orang-orang arab jahiliyah, mereka memiliki keyakinan dan sesembahan yang beragam, sehingga berakibat perpecahan sesama mereka. Bahkan kerap terjadi perperangan saudara, pertumpahan darah antara kabilah yang satu dengan kabilah yang lain.

Karena sebab kekufuran, kesyirikan, dan penyelewengan hukum agama, Allah jadikan mereka saling bermusuhan. Berhala-berhala yang disembah demikian banyaknya justru menjadikan mereka saling berbangga dan merasa paling benar dengan kelompoknya.

Inilah yang diperingatkan oleh Allah ﷻ dalam Al-Quran, _“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orangorang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”._ (QS. Ar-Rum: 31-32)

Mereka adalah orang-orang yang merubah aturan agama Allah, berselisih dengan sekte yang sangat banyak setelah kebenaran itu datang, meninggalkan kebenaran, beriman pada sebagian syariat, dan kafir pada bagian yang lain, seperti yahudi, nasrani, majusi, orang musyrik jahiliyah dan agama-agama bathil selain Islam.

_“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka”._ (QS. Ali-Imran: 105)

_“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”._ (QS. Al-An‘am: 159)

Umat-umat sebelum kita telah berselisih dengan perselisihan yang sangat banyak, setiap kelompok dan aliran itu mengklaim paling benar. Demikian juga dengan umat ini akan terpecah menjadi banyak aliran, semuanya sesat kecuali satu. Mereka itulah Ahlus Sunnah yang berpegang teguh dengan AI-Quran dan Sunnah Rasulullah ﷺ dengan apa yang difahami oleh generasi sahabat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. ketika Nabi ﷺ ditanya tentang siapa golongan yang selamat, maka beliau menjawab ”Siapa yang berpegang dengan sunnahku dan sunnah sahabatku". (Tafsir lbnu Katsir 6/316-317).

Allah mewasiatkan agar manusia bersatu diatas agama yang Haq, dan merupakan wasiat seluruh para rasul.

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya”. (QS. As-Syura: 13)

*6. Tathayyur, Ramal dan Tenung*

Diantara bentuk keyakinan orang-orang jahiliyah adalah Tathayyur, yaitu merasa sial dengan apa yang dilihat, didengar, mengaitkan nasib dengan burung atau kejadian-kejadian alam. Istilah ini dikenal dengan Thiyarah atau Tathayyur. Dan ini adalah bentuk kesyirikan karena bersandar dan merasa sial dengan perkara yang tidak ada keterangan dari syariat.

Keyakinan Thatayyur yang menyebar dikalangan masyarakat jahiliyah sangat banyak diantaranya, menentukan perjalanan dengan arah terbangnya burung, merasa sial dengan suara burung hantu, hari dan bulan tertentu.

Tathayyur juga menjadi tradisi umat-umat terdahulu untuk mengingkari para rasul, seperti Fir’aun dan pengikutnya mengaitkan kesialan dengan kedatangan Nabi Musa dan orang-orang yang beriman kepada Allah.

“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu. kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu. adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-A‘rat: 131)

Ketika mereka mendapatkan nikmat berupa kesuburan. kelapangan dan kesehatan, mereka meyangka “kami memang layak untuk hal itu”. Namun jika kesulitan, musibah, pertanian rugi dan musim kemarau datang. mereka bertathayyur dengan sebab nabi Musa dan pengikutnya. Maka Allah membantah persangkaan mereka bahwa kesialan mereka adalah ketetapan dari Allah disebabkan kekufuran dan mendustakan ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya.

Allah juga menceritakan didalam Al-Quran tentang suatu kaum yang mendustakan kebenaran dan para da‘i yang menyeru kejalan Allah. mereka enggan menerima nasihat dan kebenaran, sehingga mencari dalih dengan alasan kesialan untuk menolak pemberi nasihat.

Allah Ta’ala berfirman :

“Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".

“Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (QS. Yasin: 18-19)

Musyrikin arab jahiliyah juga kental dengan tathayyur, jika kebaikan dan kelapangan berpihak pada mereka, maka ini datang dari Allah karena mereka layak untuknya, namun jika petaka menimpa mereka, maka akan dikaitkan dengan Nabi Muhammad ﷺ dan para pengikutnya”.

“Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". (QS. AnNisa: 78)

Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anh, Rasulullah ﷺ bersabda: “Thiyarah (meramal dengan burung) itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik. Dan tidak seorang pun diantara kita (pasti terlintas dihatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya”. (HR. Ahmad (3687) Abu Daud (no. 3915) Musnad Abu Ya’la Al-Muushily (5219).

Dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda: Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada keyakinan pada burung hantu, dan tidak ada kesialan dengan bulan safar”. Imam Muslim menambahkan dengan “Tidak ada ramalan bintang, dan tidak ada ghul (hantu).” (Shahih Bukhari (no. 5757) Shahih Muslim (no. 2020)

Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh menukilkan: “Al-Farra’ berkata, AlHammah adalah salah satu burung malam”. Ibnu Al-Arabi berkata: ”Mereka dahulu turut beranggapan jika ada burung hinggap di rumah salah seorang dari mereka, ia akan berkata, ”Burung ini membawa kabar duka untukku, atau kepada salah seorang penghuni rumah”.

“Siapa yang mengurungkan niatnya karena thiyarah, maka ia telah berbuat syirik.” Para sahabat bertanya: “Lalu apa tebusannya wahai Rasulullah? Beliau menjawab: ”Hendaklah mengucapkan:

اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

_“Ya Allah, tidak ada kebaikan melainkan kebaikan dari-Mu dan tidaklah burung itu (segala hal yang disangka sebab kesialan) melainkan makhluk-Mu, dan tidak ada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau”._ (HR. Ahmad (no. 7045) dishahihkan Syaikh Ahmad Syakur. Dari sahabat Abdullah bin ‘Amr).

Tradisi tenung, yaitu seorang juru ramal/tenung meramalkan nasib mujur dan malang seseorang, ia mengaku mengetahui sesuatu yang ghaib, seperti mencari barang hilang, nasib, jodoh, rezeki, masa depan dan lainnya.

Pada masa itu, amat besarlah kekuasaan (pengaruh) orang yang tahu ilmu tenung. Tukang tenung didengar ketika bicara tentang menang kalahnya perperangan yang akan ditempuh. Demikian juga perjodohan yang akan dipertalikan, akan beruntungkan pergaulannya kelak ataukan sial. Perniagaan yang akan dijalankan akan ada labakah atau merugi. Semua hal bisa direka oleh si “Tukang Tenung”.

Besar benar kepercayaan masyarakat jahiliyah kepada tukang tenung, sebab menurut mereka tukang tenung punya hubungan dengan alam ghaib dan diyakini tahu perkara yang akan terjadi.

Pekerjaannya sederhana saja. Jika seorang datang kepada dukun untuk menyatakan ia sakit kepala misalnya, lalu dibacakan mantra dan dilekatkan azimat (penangkal). Jika ada satu kesulitan akan dilihat dan diramal. Jika terjadi perselisihan akan diundi dengan kayu yang dilemparkan ke awang-awang lalu dilihat mana yang jatuh lebih dahulu. Sebuah kayu dicat warna merah dan sebelah lagi dengan warna putih. Warna merah tanda terlarang dan warna putih tanda diizinkan.

Jika tukang tenung (dukun, peramal) ditanya oleh seseorang tentang takwil mimpi, si “Tukang Tenung” akan termenung seakan-akan menunggu ilham (wangsit) baru dibaca tafsirnya. (Buya Hamka dalam “Sejarah Islam pra-Kenabian” 1/60).

Diriwayatkan dari Mu’awiyah ibnu Al-Hakam As-Sulami dia berkata:
“Wahai Rasulullah! Perkara-perkara yang kami lakukan dahulu dimasa jahiliyah. Kami dahulu mendatangi para dukun. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jangan datangi para dukun! Muawaiyah a berkata, dahulu kami juga meramal nasib dengan burung. Rasulullah n berkata: “Hal itu adalah sesuatu yang terlintas dalam diri kalian, maka jangan sampai memalingkan kalian dari kebaikan”. (HR. Muslim (no. 537).

Ketika Islam datang semua praktek perdukunan dan merasa sial dengan sesuatu, meramal nasib dengan burung dihapuskan oleh Islam. Rasulullah ﷺ mengharamkan perdukunan dan mendatangi dukun. Diriwayatkan dari Safiyyah, dari sebagian istri-istri Nabi, beliau bersabda:

_“Siapa saja yang mendatangi tukang ramal dan bertanya tentang sesuatu kepadanya maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari”._ (HR. Muslim (no. 2230).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

*Sumber Bacaan:*

*Kitab Mata Air yang Jernih - Bekal Kehidupan untuk Pencari Kebenaran*
Halaman : 39-46.
*Karya 😗 Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

_“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”._

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِDengan mengharap rahmat dan ridha Allah ﷻ, Kami mengundang Ikhwan dan Akhwat Melayu di Qatar untuk dapa...

Address

AKC

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Basurau Dirantau posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Basurau Dirantau:

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share