01/10/2022
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
*Kajian Rabu Malam ke-5*
*Penceramah:* Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_
*Edisi:* Rabu, 18 Safar 1444H / 14 September 2022
🎞️ https://youtu.be/5RxbPS0j7b8
*KERUSAKAN MASYARAKAT JAHILIYAH DARI SISI AKHLAK DAN BUDAYA*
Ditengah kerusakan keyakinan dan cara beragama orang-orang jahiliyah, juga memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kehidupan bermasyarakat, moral dan budaya.
Kehidupan masyarakat jahiliyah serat dengan kegelapan, perampokan, perperangan, kekerasan, unjuk keberanian dan pertumpahan darah. Yang kuat menindas yang lemah, kehidupan tak ubahnya seperti hukum rimba. Peperangan adalah lambang kemuliaan. Kobaran api peperangan terkadang dipicu oleh perkara remeh. Demi sebuah nama baik, fanatik kesukuan dan kabilah, bahkan ulah sebab binatang gembalaan pun cukup sebagai alasan untuk menyeret mereka ke medan pertempuran, siap habis-habisan bertaruh nyawa. Seakan pelampiasan marah, gemerincing suara pedang dan pertumpahan darah solusi segala masalah, demikianlah jahiliyah.
Dikisahkan oleh Ummu Salamah Radhiyallahu’anha , ketika Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu menceritakan kepada Raja an-Najasyi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat arab jahiliyah sebelum datang Islam,
_"Wahai Raja, kami dulu adalah orang-orang yang diliputi kebodohan. Kami menyembah patung. Memakan bangkai (hewan yang disembelih untuk berhala tanpa menyebut nama Allah). Dan kami melakukan perbuatan keji. Kami memutus tali kekerabatan. Berlaku buruk terhadap tetangga. Yang kuat menindas yang lemah.”_ (HR. Shahih Ibnu Khuzaimah (no. 2260) Ahmad (no. 1740) Hilyatul Auliya Abu Nu’aim 1/115).
Demikian juga yang dialami sebagian manusia disetiap zaman hingga abad millennial hari ini, percikan api permusuhan dan perperangan kerap kali muncul hanya dengan alasan SARA, organisasi, partai dan club olahraga. Satu dengan yang lain saling menghina dengan bahasa-bahasa kerdil ala jahiliyah.
Diantara tipikal terpuji orang-orang arab jahiliyah memiliki sifat dermawan, menghormati tamu, pemberani, jujur, teguh pendirian, menepati janji dan komitmen dengan apa yang diucapkan. Namun sangat disayangkan sebagian sikap terpuji itu mereka tempatkan pada perkara maksiat dan hal-hal yang bertentangan dengan fitrah manusia. Akhlak yang terpuji jika digunakan pada tempat yang salah akan berbuah kehinaan dan penyesalan. Mereka jujur sekalipun kepada musuh, menepati janji walaupun akan merugikan diri. Pendirian yang kokoh walau harus mengubur hidup-hidup anak gadis yang dicintai. Mental baja dan komitmen yang menghujam kuat didalam hati walau harus berperang dengan saudara sendiri.
Diantara tradisi jahiliyah yang ada sebagian kabilah dan suku tertentu, diantaranya:
*1. Membunuh Anak Perempuan*
Tidak s**a dengan kehadiran anak perempuan merupakan akhlak jahiliyah. Khawatir dengan banyak anak, takut jatuh miskin dan merasa tidak mampu memberi nafkah anak juga bagian dari akhlak jahiliyah. Yang lebih parah dari itu mereka tega membunuh anak-anak buah hati mereka dengan cara sadis dan biadab. Bahkan mereka merasa bangga dan mulia dengan perbuatan membunuh anak, karena itu lambang keberanian di masa itu. Demikianlah syaithan menghiasi perbuatan buruk mereka. Akal sehat hilang, perasaan jadi tumpul, kehinaan dipandang kemuliaan. Bagai pepatah, “Hilang geli karena gelitik”.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka membunuh anak perempuan;
*a) Anak Perempuan Lemah*
Orang-orang arab jahiliyah beranggapan bahwa kehadiran anak perempuan dalam keluarga adalah lambang kehinaan dan kerugian. Hal ini dipicu oleh faktor perperangan antar kabilah dan demi sebuah harga diri dimasa itu.
Sosok anak perempuan bagi arab jahiliyah tidak bisa diandalkan untuk membela keluarga dan kabilah. Sehingga semakin banyak anak keturunan perempuan, akan semakin lemah suku dan kabilah. Kelemahan itu akan berdampak kekalahan dalam perperangan, sehingga para wanita akan ditawan dan dihinakan dengan perbudakan. Hal itu sangat memalukan dan penghinaan besar dalam keluarga. Mereka tidak sanggup menahan penghinaan itu, dan lebih memilih untuk membunuh anak-anak perempuan sebelum kehinaan dan ketakutan itu menjadi kenyataan.
*QS. An-Nahl Ayat 58-59:*
وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِالْاُنْثٰى ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌۚ
_Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah._
يَتَوٰرٰى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوْۤءِ مَا بُشِّرَ بِهٖۗ اَيُمْسِكُهٗ عَلٰى هُوْنٍ اَمْ يَدُسُّهٗ فِى التُّرَابِۗ اَلَا سَاۤءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
_Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu._
Pembunuhan anak-anak dilakukan dengan cara yang sangat biadab dan tercela. Salah satu adat yang sangat kejam ketika itu ialah menguburkan anak perempuan Hidup hidup. (Lihat “Sejarah Umat Islam 1/76 karya Buya HAMKA rahimahullah).
*QS. Az-Zukhruf Ayat 17:*
وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌ
_Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat, karena menahan sedih (dan marah)._
📖 *QS. At-Takwir Ayat 8-9:*
وَاِذَا الْمَوْءٗدَةُ سُىِٕلَتْۖ
_dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,_
بِاَيِّ ذَنْۢبٍ قُتِلَتْۚ
_karena dosa apa dia dibunuh?_
Dalam dalam Mu’jam Al-Kabir, dengan riwayat yang shahih disebutkan, bahwa sahabat An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu’anhu berkata, _“Aku mendengat ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu berkata ketika ditanya tentang firman Allah (yang artinya): *“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya”.* ‘Umar menjawab: “Qois bin ‘Ashim pernah mendatangi Rasulullah ﷺ seraya berkata, “Sesungguhnya aku pernah mengubur hidup-hidup delapan anak-anak perempuanku di masa jahiliyah. Maka Nabi ﷺ berkata kepadanya, “Bebaskan seorang budak untuk setiap anak perempuan. Dia berkata, aku memiliki onta. Nabi ﷺ bersabda, “Jika engkau mau, bersedekahlah dengan seekor onta untuk setiap anak perempuanmu yang telah engkau kubur hidup-hidup”._ (HR. Imam At-Thabrani dalam Mu’jamul Al-Kabir 18/337 (no. 863)
*Faidah:* Hadits ini merupakan riwayat yang shahih tentang kisah seorang sahabat Qois bin ‘Ashim Radhiyallahu’anhu (pimpinan kabilah bani Tamim) yang masuk Islam dan memperbaiki keislamannya. Ketika bertanya kepada Rasulullah ﷺ atas penyesalan terhadap perbuatannya dimasa jahiliyah.
Kisah ini diceritakan oleh khalifah ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu untuk menjelaskan salah satu bentuk praktek dan pengakuan dari Qois bin ‘Asim dihadapan Rasulullah ﷺ ketika dia meminta penjelasan kaffarah (penebus dosa) membunuh anak perempuan di masa kegelapan jahiliyah, (Riwayat ini disebutkan oleh Imam At-Tabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 18/337 (no.863), Imam Al-Bazzar 1/60), yang ingin penulis tegaskan, bahwa sahabat Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu hanya meriwayatkan tentang perbuatan Qois bin ‘Ashim, bukan menceritakan tentang perbuatan diri ‘Umar Radhiallahu'anhu.
🏷️ Ini merupakan kedustaan terhadap pribadi sahabat ‘Umar Radhiallahu'anhu. Menuduhkan sesuatu yang tidak pernah diperbuat. Memang tidak disangkal ‘Umar Radhiallahu'anhu pernah hidup dimasa jahiliyah dan masuk islam belakangan, akan tetapi tidak ada satupun riwayat ditemukan, baik lafazh (matan) yang dhaif apalagi yang shahih didalam kitab-kitab Hadits Ahlu Sunnah, tidak p**a dinukilkan sepotong kalimat pun dalam kitab-kitab para ulama, baik kitab Sejarah, ‘Aqidah, Tafsir dan lainnya. Justru riwayat itu dinukilkan dalam kitab-kitab orang Syi’ah Rafidah sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikh DR. Shalih Al-Ushaimi hafizahullah.
Syaikh Utsman Al-Khamis hafizahullah dalam salah satu ceramahnya mengatakan,” Riwayat yang menyampaikan kisah ‘Umar mengubur bayi perempuan hidup-hidup itu dari Jabir al-Ju’fi. Ia adalah seorang Syi’ah Rafidhah dan Pendusta. Riwayatnya tidak diterima karena kebid’ahannya sebagai Rafidhah, dan cacat ucapannya karena ia pendusta.
Kedustaan ini disebarluaskan oleh faham-faham yang membenci para sahabat. Bukti bahwa ‘Umar tidak pernah melakukan itu, dia memiliki banyak anak perempuan. Dan salah satu anak perempuan sulung (tertua) nya adalah istri Nabiy Ummul mukminin Hafshah bintu ‘Umar bin Khatab Radhiyallahu’anhu, maka beliau diberi kunyah Abu Hafshah. Dimana salah satu bentuk sunnah para salaf yaitu memberi nama kunyah yang disandarkan kepada anak yang paling tua (sulung).
Umar memiliki beberapa orang istri diantaranya Zainab binti Maz’un (saudari ‘Ustman bin Maz’un), darinya lahirlah beberapa orang anak, diantaranya Hafshah bintu ‘Umar, yang lahir sekitar 5 tahun sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ sebagai Nabi dan Rasul. Kemudian anak lelaki yang bernama Abdurrahman dan ‘Abdullah bin ‘Umar. Jika kebiasaan ‘Umar juga mengikuti tradisi jahiliyah yang satu ini, tidak mungkin Hafshah akan dibiarkan dewasa hingga bisa menemui masa nubuwwah dan menjadi Istri Rasulullah ﷺ.
Semoga Allah jaga kaum muslimin dari distorsi sejarah dan beritaberita dusta. Imam Ad-Darimi Rahimahullah meriwayatkan, bahwa seseorang datang kepada Nabi ﷺ dan berkata:
“Wahai Rasulullah! Kami dahulu orang-orang jahiliyah. Kami menyembah berhala dan membunuh anak-anak. Saya pernah mempunyai seorang anak perempuan. Bila saya memanggilnya dia berlari-lari datang kepada saya dengan sangat ceria. Pada suatu hari saya memanggilnya. Dia terus mengikuti saya, hingga melewati sebuah sumur dari keluargaku yang tidak begitu jauh. Maka aku menambil tangannya dan mendorongnya masuk ke dalam sumur itu. Dan kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya ialah ‘Ayah!”’.
“Mendengar cerita itu Rasulullah ﷺ menangis, air mata beliau bercucuran. Dan berkatalah salah seorang yang duduk bersama Nabi ﷺ, “Engkau benar-benar telah membuat sedih Rasulullah! Maka Nabi ﷺ bersabda, “biarkan, sungguh dia datang untuk menanyakan sesuatu yang lebih penting dari itu. Nabi ﷺ berkata kepada orang itu, Ceritakan sekali lagi kisah itu! Maka diapun mengulangi kisah itu, sehingga Rasulullah ﷺ menangis hingga air matanya membasahi Janggut beliau.”
Kemudian Nabi ﷺ bersabda; _“Perkara-perakara jahiliyah yang mereka lakukan telah dihapuskan oleh Allah dengan masukknya mereka kedalam Islam. Sekarang mulailah amalan-amalan yang dibenarkan (oleh Syari’at)”._
(HR. Ad-Darimi (no.2) Ta’liq dari Ahli Tahqiq “Bahwa riwayatnya Mursal, akan tetapi perawinya Tsiqaat. Riwayat ini hanya disebutkan oleh Imam Ad-Darimi dalam Sunan-nya).
Begitu biadabnya, jika penguburan hidup-hidup dimasa belia tertunda karena ayahnya sedang merantau atau urusan perdagangan, mereka tetap melakukannya ketika anak gadisnya telah remaja dan memiliki akal. Intinya penguburan yang tertunda akan tetap dilaksanakan. Terkadang anak wanita itu diajak ke tempat yang tinggi dan dijatuhkan hingga mati.
Betapa kejinya akal yang tidak dibimbing wahyu Ilahi. Alangkah hinanya logika yang kering dari siraman ruhani. Aduhai bodohnya pemikiran, kerdilnya perasaan yang menghargai tradisi, mengikuti syahwat yang mengotori hati, perbuatan hina dianggap terpuji, teriakan pilu buah hati diabaikan, di akhirat azab menanti. Ditengah tradisi yang keji itu, masih terdapat beberapa tokoh yang masih memiliki hati Nurani, dan menonjol dalam usaha membasmi kebiasaan kaummya. Seperti Zaid bin ‘Amr bin Nufail, Sha’sa’ah bin Naajiyah Al-Mujaasyi’i kakek dari Al-Farazdaq (seorang penyair arab yang terkenal). Berikut penuturan kisahnya, Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu’anhu berkata tentang Zaid bin ‘Amr,
“Aku melihat Zaid ibnu ‘Amr bin Nufail menyandarkan punggungnya ke Ka’bah seraya berkata, _”Wahai orang-orang Qurays! Demi Allah! Tidak seorangpun diantara kalian diatas agama nabi Ibrahim selainku”._ Dan Zaid bin Amr’ radiyallahu ‘anhu membiarkan hidup anak perempuan yang hendak dikubur hidup-hidup. Dia berkata kepada seorang ayah yang akan membunuh anaknya, _"(Berhentilah)! Jangan bunuh anakmu, aku yang akan merawatnya.”_ Lalu Zaid mengambilnya. Ketika anak perempuan itu sudah dewasa, Zaid menemui ayah anak perempuan itu dan berkata, _”Kalau engkau berkenan aku akan menyerahkannya kepadamu, tetapi jika engkau enggan biarlah aku yang tetap merawatnya”._ (Shahih Bukhari (no. 3828), Az-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala 1/128)
Imam Tabhrani Rahimahullah dalam Al-Mu’jam Al-Akbir, menyebutkan bahwa Sha’sa’ah (Muhyii Al-Mauudaat) telah menyelamatkan banyak anak perempuan yang akan dikuburkan hidup-hidup, fitrahnya membenci pembunuhan bayi, sehingga dia menebus satu jiwa anak yang masih kecil kepada orang tuanya dengan beberapa ekor onta, kemudian ia pelihara dan dinafkahi anak bayi perempuan itu dengan baik hingga usia dewasa. Ketika ia masuk Islam, maka hal itu diceritakan kepada Rasulullah ﷺ.
Berkata Sahabat yang mulia Sha’sa’ah, _“Sungguh aku sudah menghidupi (menyelamatkan) 360 bayi (dimasa jahiliyah) yang akan dikuburkan hidup-hidup dengan setiap bayi ditebus dengan dua ekor onta betina bunting dan satu ekor onta jantan, apakah aku peroleh pahalanya?"_ Rasulullah ﷺ menjawab, _“Bagimu pahalanya ketika Allah sudah memberi ni’mat hidayah Islam kepadamu”._
Berkata Penyair arab kenamaan Al-Farazdaq (cucu Sha’sa’ah) tentang kakeknya: Dan Kakekku telah menghalangi bayi-bayi wanita dikubur hidup-hidup Dia pelihara bayi-bayi itu, sehingga mereka tidak dikuburkan. (Al-Mu’jamul Kabiir Imam at-Thabrani 8/76 (no. 7412), Al-Mustadrak Al-Hakim (no. 6562).
Islam datang mengangkat kehormatan anak-anak perempuan, dari kehinaan menuju derajat yang mulia. Islam menghapus semua kekejaman, pelecehan dan penghinaan terhadap wanita. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-An'am Ayat 151:
۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚ
Katakanlah (Muhammad), _“Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;"_
Ummul mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha menceritakan kepada Nabi ﷺ kisah seorang ibu yang memberikan sebiji kurma yang dibagi untuk dua anak perempuannya. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, _“Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, kemudian ia berbuat baik kepadanya, maka anak itu akan menjadi tameng baginya dari api neraka”._ (HR. Bukhari (no. 1418) Muslim (no. 2629)
Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda, _“Siapa saja yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak melebihkan anak lelaki dari anak perempuan, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Surga.”_ (HR. Abu Daud (no. 5146) di Dhai’ifkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah).
Seorang Sahabiyah yang bernama Umaimah binti Ruqaiqah Radhiyallahu’anha datang kepada Rasulullah ﷺ untuk membai’at beliau diatas Islam. Lalu Nabi ﷺ bersabda: _“Aku membai’atmu untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak datang membawa kebohongan yang kamu ada-adakan antara tangan dan kakimu (pengakuan palsu menuduh orang berzina), tidak meratapi mayat, dan tidak bersolek sebagaimana bersoleknya orangorang jahiliyah dahulu”._ (Hadis Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. 6850), dihasan kan oleh Syu’aib Al-Arnauth).
*b) Takut Jatuh Miskin*
Salah satu akhlak yang jelek adalah membunuh anak karena takut jatuh miskin dengan memelihara dan memberi nafkah kepada anak kandung. Ini bentuk berburuk sangka kepada Allah Zat Yang Maha Pemberi rezeki. Rezeki setiap makhluk sudah ditanggung oleh Allah dengan kadar masing-masing, bahkan hewan melatapun menjadi tanggungan Allah akan rezeki mereka.
۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
QS Hud ayat 6: _Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)._
Inilah yang Allah ﷻ ingatkan kepada kaum muslimin untuk tidak mencontoh akhlak jahiliyah, dan perbuatan membunuh anak merupakan dosa besar. Allah ksebutkan dalam firman-Nya, QS. Al-Isra' Ayat 31
وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَاِيَّاكُمْۗ اِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْـًٔا كَبِيْرًا
_Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar._
Dalam ayat ini yang mulia ini, Allah mengharamkan perbuatan membunuh anak karena takut jatuh miskin, Allah mengatakan _“Kami yang akan memberi rezeki mereka dan rezeki kalian”._ Dikedepankan rezeki anak-anak mereka sebelum rezeki orang tua. Menunjukkan Allah sangat perhatian terhadap rezeki anak-anak kalian. Artinya _“Jangan takut kalian akan menjadi miskin karena sebab anak-anakmu”._ (Tafsir Ibnu Katsir 3/362).
Rezeki anak-anakmu sudah ditanggung oleh Allah ﷻ tanpa akan mengurangi jatah rezekimu yang sudah Allah ﷻ tuliskan untukmu, atau boleh jadi Allah ﷻ akan menambah rezekimu dengan sebab anak-anakmu. Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, _‘Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?_ Beliau menjawab: _“Dosa yang paling besar adalah engkau menyekutukan Allah dengan sesembahan yang lain padahal Allah telah menciptakanmu. Kemudian apalagi? Engkau membunuh anakmu karena takut makan bersamamu. Kemudian apalagi? Engkau berbuat zina dengan istri tetanggamu”._ (HR. Bukhari (no. 4477) Muslim (no. 86).
_“Banyak anak banyak rezeki”._ Ya, itulah pameo optimis yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim. Betapa banyak diantara kita yang kondisi sebelum menikah mungkin morat-marit tak karuan, rezeki sangat ekonomis, namun setelah menikah Allah ﷻ beri kondisi yang jauh lebih baik. Ini bukti menunjukkan bahwa masing sudah diatur dalam urusan rezeki, dan terkadang kehadiran anak-anak membawa limpahan kebaikan yang lebih banyak.
Hak rezeki itu murni dari Allâh dan hendaklah seorang muslim bersemangat berusaha mencari sebab yang halal lagi terpuji, hindari sifat malas dan ogahan. Jauhi penyakit minder dan lemah diri. Rasulullah ﷺ senantiasa berlindung kepada Allah dari penyakit hati, jiwa malas dan lemah diri. Islam sangat benci kepada manusia pemalas namun besar mimpi, maunya instan dilayani, duduk manis sambil goyang kaki, malu berusaha menafkahi anak dan istri. Betapa banyak para wanita banting setir menjemput rezeki, bahkan rela ke luar negri menjadi menjadi pembantu dan lainnya, suami pemalas diam di rumah ganti posisi menunggu kiriman istri. Ini musibah dan derita yang harus ditangisi.
*c) Kondisi Kemiskinan*
Keterbatasan ekonomi sudah cukup sebagai alasan bagi sebagian masyarakat jahiliyah untuk membunuh sang buah hati. Takut tidak mampu memberi kebutuhan makan dan minum, pakaian dan tempat tinggal. Ketika suara tangisan pertama sang bayi terdengar hadir di perhelatan dunia, maka wajah orang tua langsung merah kehitaman, pesimis bercampur rasa takut akan kemelaratan ekonomi, bisikan kesulitan hidup yang sedang di alami. Akhirnya sikap tega untuk mengakhiri hidup sang bayi pun mereka lakukan. Sungguh manusia lupa akan keluasan rahmat Allah Zat Yang Maha Terpuji. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-An'am Ayat 151:
۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚ
Katakanlah (Muhammad), _“Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;"_
Dalam ayat ini Allah mendahulukan “Kami yang memberi rezeki kalian dan tanggungan kalian. Kami p**a yang memberi rezeki anak-anak kalian. Tidak perlu khawatir akan rezeki masing-masing. Ketakutan dan rasa khawatir akan rezeki seseorang itu merupakan bentuk kesalahan dan buruk sangka kepada Allah. Ajal dan kematian tidak akan menemui seorang hamba sampai jatah rezekinya disempurnakan. Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
_“Malaikat Jibril membisikkan kedalam hatiku bahwasanya tidaklah seseorang akan wafat hingga rezekinya sempurna dia peroleh. Maka bertakwalah kepada Allah dan baguskanlah cara dalam mencari rizki. Jangan jadikan terlambatnya datang rezeki membuat kalian mencari jalan maksiat (diperoleh dengan cara haram), karena apa yang ada disisi Allah tidak bisa diraih kecuali dengan berbuat ketaatan kepada-Nya”._ (HR. Al-Baihaqi 7/299 (no. 10367) dalam Syu’abul Iman).
Ada sebab yang lain yang disebutkan oleh ahli ilmu diantaranya, anak sebagai bentuk nazar dan sedekah kepada berhala sesembahan, takut dengan hinaan jika anak perempuan yang lahir berkulit hitam dan bentuk yang kurang menarik. Dan juga mereka meyakini malaikat anak perempuan tuhan, sehingga anak perempuan yang dilahirkan harus segera dikembalikan kepada tuhan.
Didalam Islam wanita mendapat perhatian besar, dimuliakan, diberi hak waris, nafkah dan kebutuhan di letakkan dipundak wali (ayah atau kerabat) sebelum masa menikah, dan berpindah ke pada suami jika memasuki usia pernikahan. Allah Ta’ala muliakan para wanita Muslimah dengan Islam di dunia dan diakhirat, serta dimudahkan masuk surga dengan jika mereka menjaga kemuliaan Islam yang telah Allah berikan untuk mereka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu , Rasulullah ﷺ bersabda: _“Apabila seorang wanita (istri) sholat wajib lima waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah kedalam surga dari pintu mana saja yang dia s**a”._ (Shahih ibnu Hibban (no. 4163).
Namun amat disayangkan sebagian wanita muslimah tidak mengetahui akan kemuliaan ini, sehingga menjatuhkan diri mereka kedalam lumpur kehinaan dan maksiat.
Semoga Allah ﷻ memperbaiki keadaan para wanita kaum muslimin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
*Sumber Bacaan:*
*Kitab Matair yang Jernih - Bekal Kehidupan untuk Pencari Kebenaran*
Halaman : 46-56.
*Karya :* Ustadz Abu Abdillah Nefri _Hafidzahullah_
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
_“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”._
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِDengan mengharap rahmat dan ridha Allah ﷻ, Kami mengundang Ikhwan dan Akhwat Melayu di Qatar untuk dapa...