06/07/2023
PUISI BIAK BERDARAH (Cenderawasih, Di Persimpangan Jalan)
Bulan Di Sapa.... 06 Jully 1998.
Riuk Beliuk, Polititik Ruang Tikus Berdasi.
Bulan Menengah, Matahari Terbit, Alam Yang Kaya.
Dunia Serasa Gelap, Dan Terang
Menyambut Nuguni Melanesia
Menyapa Salam Kota Ku Biak..
Di kalah Itu Saksimu... Biak Menara Air.
Tak Terbayang,
Tak Kuduga,
Tak Terbendung,
Tak Juga Terlindung.
Letusan Ribuhan Amunisi Nyaris Terdengar.
Terbaring dan Tersukurlah Disitu,
Janin Papua,
Pemerkosaan,
Mayat Berserahakan dimana-Mana.
Tubuhku Papua Biak Namaku....
Banjir Darah,
Hujan darah Dimana Mana....
Mereka.....mereka...... Mereka Disapa
"Mesin Pembunuh, Genosida Meraja Lelah"..
Tangisan, Jeritan, Penderitaan Melanda di Tubuhku, Daku Papua.
Mereka....Mereka .... Belut Bertopeng, Singa Berloreng.
"Kibaran Sayap Mu, Pusaran Saka-mu, Abadi Bebas Mu, Bukan Hati dan Perihatin Singa berloreng dan Firaun Moderen.
Ohhh.....Tuhan
Tak ada Nilainya Kemanusiaan,
Di mana Keadilan, Kemana Kah Kebenaran Di Tanah Ku Nugini.
Tubuhku Sakit, Jiwaku Lemah, Indentitas Ku serasa Pajangan dan hiasan.
"Haiii....Kalian Tuan Firaun Moderen...
"Penghakim Kapitalis Global"
"Serdadu Serakah, Dan kau Iblis Berdasi Lokal"
Ohh.....Tuhan..... Tolong
Dimana Kebenaran Saat Tubuhku Hancur Melebur, Ceritan dan Tangisan Menjadi Nyanyian Kami, Duka Menjadi Hari kami.
Di mana Keadilan saat Tubuhku Makar Tak Terurus.
Di mana Kebenaran Dan Adilmu saat Uang Menjadi Kebenar Hidup Koloni Serakah, Dan Tuan Firaun Moderen...
Tikus berdasi meraja Lelah.
"Kupastikan Hari indah dan Cerah, Cendrawasih Ku, Terbang Berinang Bebas Beriang Riang, Menari Bersampari.
Ketika aku Di sapa manusia Papua Seutuh Nya.
Stop Impunitas, Hentikan Pembunuhan
Biak Pelanggaran Ham Berat..
Ohhh Tuhan Tolong Penuhi Daku.
Aku Papua, Tubukuh Sedang Tidak Baik baik saja, Aku sakit...
Aku haus akan keadilan,
Aku lapar Akan Kebenaran,
Aku Rindu Pusaran Berkibaran.
Aku Adalah Pilihan, Keadaan Mengadang.
Aku Tetap Menerjang, Bersama Kejora