KUTAI Terkini

  • Home
  • KUTAI Terkini

KUTAI Terkini Berita terkini dari Ibukota Negara Indonesia

09/08/2022

Merayakan hari Masyarakat Adat Sedunia, bukan berarti perjuangan membela dan memperoleh hak sebagai Masyarakat Adat sudah selesai dan terbayar lunas. Negara masih berhutang pemberian hak dan pengakuan terhadap Masyarakat Adat.

“9 Agustus” adalah Pengingat bahwa perjuangan Masyarakat Adat belum selesai.

Panjang umur perjuangan…Hidup Masyarakat Adat!

09/08/2022
05/08/2022

Konglomerat sawit Surya Darmadi ditetapkan Kejagung sebagai tersangka yang rugikan negara Rp78 triliun. Dia kini masih buron. Kasus ini gambarkan dahsyatnya korupsi kehutanan di Riau. https://bit.ly/3OWAxnB

31/07/2022

Ayolah B**g Masbro Nadiem Makarim Nadiem Makarim mulai natani Iki. Sekolah negeri adalah sekolah berbasis Nasionalis. Semua elemen masyarakat dengan corak budaya agama ras yang berbeda menyatu padu menjadi sekolah negeri.
Rahayu 🙏

05/07/2022

Aktivis Token: Harga-harga kebutuhan pokok di Pasar Niten naik. Tidak ada yang tidak naik. Telur. Sayuran. Daging. Ikan. Ayam. Bumbu-bumbu. Semua naik.

Di Pasar Niten, para penjual mengeluh. Harga transport naik. Bensin sudah naik duluan. Bahkan sekarang untuk beli Pertalite dan Solar harus pake App. Alasannya, supaya mereka yang tidak berhak menerima subsidi tidak membelinya.

Suplier sayur Pasar Niten memaki-maki. Lha masalahnya kan ada di orang-orang makmur itu, kok kami yang tidak makmur ini yang dipersulit?

Saya tidak bisa menjawab.

Listrik juga kabarnya diam-diam naik. Namun kabar ini beredar terbatas. Sistem sekarang tidak lagi mengharuskan Anda antre membayar rekening listrik. Juga sudah ada sistem pra-bayar, sistem token.

Sistem token ini sistem yang cerdas. Anda bayar duluan. Kalau naik, ya nggak terasa. Tahu-tahu uang Anda mengalir saja ke perusahaan monopoli listrik negara ini. Saya sendiri belum cek meteran saya. Jadi saya benar-benar buta apakah listrik saya naik atau tidak.

Hidup bermasyarakat kita berubah drastis. Dulu, kenaikan BBM atau listrik, akan disambut demonstrasi. Sekarang? Orang cuek tak berdaya.

Saya memberikan apresiasi tinggi kepada penguasa-penguasa negeri ini. Tanpa senjata mereka memberi stabilitas. Tidak ada demo. Bapak-bapak militer dan polisi tidak perlu susah-susah ke jalan mengamankan demo.

Sama seperti sistem token, sistem pra-bayar yang tidak memungkinan Anda untuk merasa sakitnya harga naik, para penguasa negeri ini pun memberlakukan sistem pra-bayar untuk para aktivis yang seyogyanya rajin demo.

Sistem token ini diberlakukan kepada para aktivis. Aktivitas mereka dialihkan ke online. Mereka dibayar menjadi buzzer-buzzer dulu. Bukankah aktivis dan buzzer itu sama seperti bilah mata uang dari dua sisi? Keduanya berfungsi mempengaruhi opini publik.

Jadi, sekarang kalau Anda mau punya karir politik, tidak perlu dari susah-susah membangun gerakan bawah tanah seperti jaman Suharto dulu. Juga ndak perlu ikut organisasi-organisasi pemuda yang anggotanya para bangkotan sepuh yang kencing saja harus dibantu kateter.

Aktivisme Anda hanya duduk-duduk di rumah. Kasih review. Nulis dukungan yang baik untuk para penguasa negeri ini. Pokoknya, maju tak gentar membela yang bayar! Hantam lawan hingga ambyar!

Dulu saya menganggap aktivis itu adalah para penabung. Ketika sudah matang dan pensiuan dari jalanan, mereka tinggal narikin ATM-nya saja.

Kini agak sedikit berubah. ATM-nya dan aktivismenya jalan barengan. Bahkan kadang ATM-nya sudah ada sebelum aktivismenya jalan.

Kembali ke naiknya harga-harga namun kita tak berdaya menyikapinya. Saya berpikir tentang analogi pembunuhan yang pernah saya baca di buku-buku antropologi. Para antropolog kurang kerjaan itu melihat mengapa pembunuhan dengan batu dan kemudian parang itu dianggap lebih biadab dan barbar ketimbang pembunuhan dengan senjata api seperti pistol atau AK-47 atau M-16?

Karena membunuh dengan batu dan parang itu merusak tubuh. Penemuan senjata api membuat tubuh yang terbunuh tetap utuh. Mayat masih bisa tersenyum. Tidak ada darah muncrat secara berlebihan dan serpihan daging sana sini. Maaf, bahkan deskripsinya saja sudah membuat Anda mual bukan?

Itulah sistem prabayar, token, dan buzzer yang ada dalam sistem ekonomi, politik dan hidup sosial kita sekarang ini. Juga dalam kebudayaan dan seni (tahu soal NFT?)

Sistem ini benar-benar efektif menjadikan kita sebagai "manusia taklukan." Takluk setakluk-takluknya. Anda adalah tubuh yang ditembak dengan senjata api. Utuh tapi mati.

Bahkan kehendak melawan pun dimatikan. Sama seperti lelucon seorang pemalas. Dia kebelet pengin berak, tapi tidak mau bangkit ke WC. Alasannya? Malas.

Tapi hidup kita tidak selamanya dibikin muram, Sodara-sodara. Ada hiburan sedikit. Sekalipun menderita, Sodara bangga karena punya ibukota baru Nusantara.

Situasi kebatinan Sodara dibikin bangga. Lihatlah istananya yang megah (menakutkan, lebih tepatnya); dibangun dari babat alas; menjulang tinggi menentang angin; seperti kepak garuda siap memangsa apa saja. Oh, dan ingat, istana ini akan didirikan diatas lingkungan rusak yang luar biasa.

Semua kegetiran hidup Anda bisa dihapus oleh nasionalisme. Kata-kata manis keberagaman, kebhinekaan, toleransi, budaya adiluhung, dan seterusnya. Dan demi nasionalisme, Anda tentu tidak keberatan uang-uang subsidi dihapus tetapi uang untuk ibukota dengan istananya yang menakutkan itu diperbanyak.

Di jaman ini, Sodara, ada satu hal yang sebisanya tidak dibicarakan. Ia adalah KEADILAN.

29/04/2022

Rabu 27 April, pukul tiga sore, saya berkomunikasi melalui telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dari Presiden Zelenskyy, saya memperoleh informasi mengenai perkembangan situasi saat ini di Ukraina. Selain itu, ada berbagai permintaan bantuan persenjataan dari Indonesia.

Saya menegaskan bahwa konstitusi dan prinsip politik luar negeri Indonesia melarang pemberian bantuan persenjataan kepada negara lain. Namun saya menyampaikan kesiapan Indonesia untuk memberikan bantuan kemanusiaan seraya berharap agar perang segera berakhir dan solusi damai melalui perundingan dapat dikedepankan.

Saya mengundang Presiden Zelenskyy untuk hadir dalam KTT G20.

Tadi malam, Kamis 28 April, saya juga melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Putin juga memberikan update mengenai situasi di Ukraina, termasuk proses negosiasi yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Saya kembali tekankan pentingnya perang segera diakhiri dengan damai dan Indonesia siap berkontribusi untuk upaya damai tersebut.

Presiden Putin juga menyatakan kesediaan untuk menghadiri undangan KTT G20.

Begitulah. Sebagai pemegang mandat Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia ingin menyatukan G20, jangan sampai ada perpecahan. Perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia.

23/04/2022

Tembok benteng Keraton Kartasura di Kampung Krapyak Kulon RT 002/RW 010, Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, dijebol warga dengan alat berat, Kamis (21/4/2022). Panjang tembok benteng berupa susunan batu bata yang dijebol itu sekitar tiga meter.

Warga setempat, Tri, 45 mengatakan penjebolan benteng Keraton Kartasura terjadi pada pukul 11.00 WIB siang. Dia mengatakan kecewa dengan adanya penjebolan itu.

“Kemarin pada waktu jam kerja, ya gimana ya ini saja [makam di sekitar lokasi] kita rawat, ini malah dijebol,” katanya.

Dia menyebut warga tak memiliki wewenang untuk menghentikan kegiatan tersebut. Menurutnya, setelah mendengar dan melihat kejadian tersebut, warga melaporkan aktivitas itu kepada pihak berwenang seperti lurah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan lainnya.

Pemilik tanah di sekitar tembok benteng yang dijebol, Burhanudin, 45, mengaku tak tahu jika lokasi tersebut masuk dalam c***r budaya. Menurutnya, patok tanah yang dibelinya itu berada di luar tembok benteng. Pria asal Sraten, Gatak, Sukoharjo, itu mengaku pemilik tanah sebelumnya berasal dari Lampung dan tidak tahu menahu jika lokasi tersebut menjadi c***r budaya.

“Itu kan masuk luas tanahnya SHM [Sertifikat Hak Milik], terus IKA [patok] nya ada di luar tembok itu. Saya tidak tahu [kalau tembok itu c***r budaya] kalau ada kan [harusnya] ada tulisannya,” jelasnya saat diwanwancarai wartawan di lokasi, Jumat (22/4/2022).

Dia menyebut awalnya hanya ingin membersihkan semak-semak di sekitar pagar. Kemudian, penjebolan tembok dilakukan untuk membuat akses masuk. Tak hanya melakukan penjebolan, dia mengaku meratakan tanah yang berada di tengahnya mengingat tanah di kawasan itu tidak landai.

“Kemarin kan kaya alas [hutan] itu jadi [bagian tengah] saya ratakan. Saat ini dihentikan belum tahu sampai kapan masih menunggu [keputusan dari pihak berwenang],” jelasnya.

Dia mengatakan membeli tanah seluas 682 m2 dengan harga Rp800 juta tapi belum lunas. Dia mengatakan lokasi tanah tersebut tidak terawat.

Sementara itu, Juru Pelihara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo, Fredo Candra Kusuma, mengatakan mendapat informasi penjebolan tembok benteng Keraton Kartasura dari warga setempat pada Kamis setelah pukul 15.00 WIB. Kemudian, dia memberi tahu perangkat setempat dan menghentikan kegiatan perusakan itu. Dia merasa kecewa dengan keadaan tersebut, pasalnya pemeliharaan sedang diupayakan.

“Itu dijebol sekitar tiga meteran, saya telepon Pak Lurah Pak Camat lalu diberhentikan. Ini dijebol sengaja, katanya mau dibuat pintu. Sedih ya, wong saya yang merawat, nguri-uri bersama warga Kartasura. Ibaratnya satu batu bata saja jatuh itu disusun kembali apalagi jadi seperti ini, nangis ini,” jelasnya.

Dia menjelaskan kawasan bekas Keraton Kartasura telah didaftarkan sebagai c***r budaya pada Maret 2022.

“Sudah didaftarkan dan sudah dilakukan pengukuran beberapa waktu lalu,” jelasnya.

Dia menambahkan status pemeliharaan telah dilimpahkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo oleh Balai Pelestarian C***r Budaya (BPCB) Jawa Tengah pada 2020. Menurutnya, dinas juga telah membuat pengajuan pendaftaran pemeliharaan tingkat nasional dan diajukan pada Maret 2022 tersebut karena saat ini pemeliharaan baru pada tingkat daerah.

Ah suka-suka kaulah!Repost from: Made Supriatma
31/03/2022

Ah suka-suka kaulah!

Repost from: Made Supriatma

Bukan April Mop: Harga BBM, khususnya Pertamax, naik. Ini adalah BBM yang tidak bersubsidi. Jadi harganya menyesuaikan harga minyak internasional. Ah suka-suka kaulah!

Solar juga dikabarkan langka. Seperti biasa, terjadi kelangkaan barang dulu sebelum ia naik. Kalau mendengarkan para pejabat, problem solar ini kabarnya adalah efek dari perang Rusia-Ukraina. Suka-suka kaulah!

Minyak goreng sudah lebih dulu digoreng. Hilang dari pasaran, tiba-tiba banyak ketika harga sudah naik. Emak-emak menjerit, tapi menterinya berkilah, mana lebih baik murah tapi nggak ada barang, atau mahal tapi barang ada? Ah, suka-suka kaulah, Pak!

Per 1 April ini, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik. Memang cuma 1 persen, dari 10% menjadi 11%. Umpama Anda beli barang seharga 1 juta ditambah PPN 10% maka harga yang Anda bayar adalah 1,100,000.

Per 1 April, Anda membayar 1,110,000. Sedikit sekali bukan? Tidak ada rasanya bukan? Iyalah. Kalau saja hidupmu bergelimpang duit. Ya sudah. Suka-suka kaulah, Buk!

Memang semuanya serba naik. Orang-orang pun mahfum. Ini menjelang bulan Ramadhan. Semua akan naik. Orang-orang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah bongkokan. Menerima dengan sukarela tanpa tekanan (hanya manipulasi).

Di tengah kenaikan-kenaikan ini ada juga yang hendak bertambah. Apa itu? Masa jabatan presiden.

Ah, sudahlah. Suka-suka kau ajalah Pak ... yang jelas ini bukan April Mop. Nggak lucu untuk kami yang menanggungnya.

31/12/2020

Membubarkannya tidak akan berpengaruh apapun pada FPI

23/12/2020

Proyek pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur pariwisata seringkali memunculkan penolakan. Sebab aspek ekonomi seringkali lebih diutamakan dibandingkan aspek lingkungan.
Meski tak sepopuler isu pembangunan Jurassic Park di Taman Nasional Komodo, pembangunan fasilitas wisata di Taman Hutan Raya Abdul Latief, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, juga menuai pro-kontra.
Sebagian wilayah hutan konservasi yang menjadi habitat satwa endemik Anoa ini akan dibuka menjadi bumi perkemahan dan jalur sepeda.
“Kabut di Tahura” telah tayang di kanal YouTube Watchdoc Documentary untuk minggu ini.
Tonton filmnya sekarang juga!
https://youtu.be/rt3hpbv8FEA

22/12/2020

Harga Robert Tantular: Kalau Anda miskin, hidup pas-pasan, makan pagi sore bengong, itupun hanya dengan Indomie sebungkus dengan kuah luber di mangkok, maka sebaiknya Anda jangan berhutang. Bahkan sebelum berhutang pun Anda akan kesulitan mendapat hutangan karena tidak ada yang bisa anda jadikan jaminan untuk membayar kembali pinjaman itu.

Lain halnya kalau Anda cukup kaya dan dianggpa punya potensi. Anda boleh berhutang, bahkan dengan jumlah hutangan yang sangat besar, sehingga kalau Anda bangkrut, seluruh negeri ikut bangkrut.

Itulah doktrin 'too big, too fail.' Terlalu besar untuk gagal. Saking besarnya utang Anda, sehingga kreditornya takut Anda akan bangkrut.

Dalam bahasa Inggris ada istilah 'the fat cats.' Orang yang luar biasa kaya dan berkuasanya. Saking berkuasanya, apa saja yang dia bikin selalu berdampak terhadap orang lain.

Hari ini saya mendengar bekas boss Bank Century, bank yang runtuh di jaman pemerintahan SBY, dibebaskan. Banyak yang mengatakan bahwa kasus ini berkaitan dengan pemerintah yang berkuasa ketika itu. Entahlah, yang jelas si boss ini
dihukum 21 tahun penjara. Dia mendapat remisi 77 bulan atau kira-kira 6,5 tahun. Dia telah menjalani 2/3 jumlah hukuman dan kini bisa bebas bersyarat.

Saya tidak mempersoalkan sistem remisi atau pemotongan hukuman ini. Saya tidak tahu apakah ini berada dalam sistem peradilan atau tidak. Tampaknya tidak karena yang berkuasa memberikan remisi bukan pejabat yudisial melainkan para birokrat penjara dan Kemenhumkam.

Sudahlah, itu soal lain. Namun ada satu bagian dari pemberitaan pembebasan beryarat si boss yang bernama Robert Tantular ini yang menarik perhatian saya.

"Robert Tantular telah menjalani subsider kurungan 14 bulan karena tidak membayar denda pada perkara pertamanya sebesar Rp 100 miliar dan perkara keduanya sebesar Rp 10 miliar, terhitung mulai 18 Mei 2017 sampai dengan 12 Juli 2018."

Jadi, dalam amar putusan hakim, si Tantular ini harus membayar denda 100 miliar, kalau tidak dia akan dipenjara 12 bulan; dan untuk perkara lain dia harus membayar denda 10 miliar dengan subsider kurungan 2 bulan.

110 miliar untuk hukuman 14 bulan. Anda tahu apa artinya itu?

Itu artinya harga seorang Robert Tantular. Itu juga berarti Rp 235.294.117/hari. Itu artinya Rp 9,803,921/jam. Itu artinya 163.398/per detik.

Manusia dalam keadaan normal menghirup napas setiap empat detik. Jadi harga Robert Tantular dalam setiap tarikan napas adalah Rp 653.592.

Bayangkan keistimewaan apa yang dimiliki manusia macam ini sehingga dihargai sedemikian tinggi?

Saya bayangkan pengemudi GoFood yang mengantar makanan saya diupah Rp 12 ribu rupiah saja untuk mengambil makanan di restoran dan mengantar ke rumah saya. Itu perlu waktu paling tidak 45 menit hingga satu jam.

Tukang GoFood saya perlu waktu 13 kali anter makanan untuk bisa mendapatkan nilai uang setara dengan yang didapat oleh Robert Tantular dalam waktu satu detik!

Melebih-lebihkan? Tidak sama sekali. Ini kenyataan. Pahit memang. Tapi kenyataan-kenyataan dan perspektif berpikir seperti ini diperlukan agar kita bisa memahami secara lebih baik apa yang nama adil dan tidak adil.

Dimana-mana, terutama di negeri ini, keadilan itu pahit. Ia berlaku untuk orang-orang kecil. Pengemudi GoFood yang tidak berseragam akan dihukum. Tidak pakai helm akan dihukum. Melanggar rambu lalu lintas dihukum.

Memang harusnya demikian. Kita senang kalau orang-orang kecil dan orang-orang biasa itu patuh, tertib, dan taat mengikuti aturan. Kita melihatnya sebagai adil karena semua mendapat perlakuan yang sama.

Namun, persamaan ini tidak berlaku untuk orang model Tantular. Bukan karena dia diperlakukan tidak adil. Namun karena keadilan mati mengenaskan dihadapannya.

Kalau Anda berkuasa, Anda bisa bikin apa saja, kata Donald Trump. Iya, itu benar. Namun itu hanya bisa terjadi kalau orang-orang biasa seperti saya Anda membiarkan itu terjadi. Kita membiarkan mereka lepas bebas tanpa hukuman setimpal atas kejahatan yang mereka lakukan.

Bank Century itu disehatkan kembali dengan pajak yang kita bayar. Pada akhirnya kitalah yang membayar Robert Tantular.

Kasus Robert Tantular hanyalah satu dari banyak kasus. Itu pun dia dari administrasi pemerintahan yang lalu. Di jaman sekarang ini, kita punya banyak kasus yang sejenis tapi lepas dari perhatian kita. Berapa dari kita yang tahu apa yang terjadi pada Jiwasraya, Bumiputra, Asabri?

At the end the bucks stop on us! Pada akhirnya, yang membayar adalah kita semua.

Mau dibiarkan ini terjadi terus menerus dengan skala yang semakin mengerikan?

18/12/2020

Djoko Tjandra merasa keberatan dengan nilai tersebut, kemudian ia meminta rekannya Tommy Sumardi untuk mengurus.

10/12/2020

Gereja Katolik Papua Keluar Dari KWI? Hari ini, bersamaan dengan peringatan hari HAM sedunia, para paderi (imam) Katolik yang berkarya di tanah Papua membuat sebuah seruan. Mereka membuat live streaming dan membacakan pernyataan "Kekerasan Tidak Akan Menyelesaikan Permasalahan di Tanah Papua." Yang berbicara mewakili 147 imam yang berkarya di Papua adalah Pastur John Bunay Pr.

“Kami menyuarakan rintihan hati nurani ibu-ibu hamil dan yang sedang menyusui, anak-anak kecil, orang tua dan anak muda, orang-orang yang sakit, yang buta, yang tuli dan yang lumpuh, semua yang tak berdaya. Mereka semua yang kini hidup dalam kecemasan dan ketakutan di seluruh tanah papua, terutama di kampung-kampung pedalaman," demikian bunyi pernyataan itu.

Mereka menyatakan bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Mereka mendorong terjadinya dialog dan perundingan antara TNI/Polri dan kelompok bersenjata.

Namun bagian yang paling pedas disimpan untuk Gereja Katolik Indonesia, khususnya para uskup yang memimpin gereja Indonesia. Mereka mempertanyakan sikap diam gereja Indonesia terhadap persoalan Papua.

“Mengapa Bapak-bapak Pimpinan Gereja Katolik Indonesia tidak membahas secara holistik, serius dan tuntas mengenai konflik terlama di Tanah Papua dalam rapat tahunan KWI? Ada apa dengan Tanah Papua ini?”, demikian kata Pastor John Bunay, Pr.

“Kami merasa heran dan sekaligus tersisih, karena mendengar bahwa KWI begitu cepat menyatakan sikap dan ungkapan dukacita terhadap peristiwa kekerasan yang terjadi di Lewonu, Lembantongoa, Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, sedangkan duka dan kecemasan serta terbunuhnya manusia Papua terasa luput dari perhatian, perlindungan, dan bela rasa KWI."

Para imam ini tidak hanya mempertanyakan sikap KWI. Namun juga para pemimpin gereja (uskup) dan para pemimpin kongregasi (tarekat) yang berkarya di Papua. Mereka pun diam juga.

Gereja Papua semakin menjadi gereja pribumi. Makin banyak imam adalah orang asli Papua. Namun dari empat keuskupan tidak satu pun dipimpin oleh orang Papua. Hanya satu Administrator Apostolik yang dipimpin oleh Orang asli Papua.

Orang yang mengerti sejarah, tentu tahu bahwa Gereja Katolik Indonesia turut andil dalam Pepera 1969 yang menyatukan Papua Barat dengan Indonesia. Peranannya sangat mirip dengan waktu invasi Indonesia ke Timor Leste pada tahun 1975. Banyak orang-orang Katolik yang berbakti kepada rejim Orde Baru terlibat dalam proses yang brutal ini.

Sangat tidak mengherankan bila gereja Katolik Indonesia bersikap diam terhadap semua hal yang terjadi di Papua. Bahkan gereja Indonesia sangat terlambat menanggapi pembunuhan dua Katekis (guru agama) di Intan Jaya yang terjadi bulan lalu. walau akhirnya Ketua KWI beraudiensi dengan Menko Polhukam untuk membahas persoalan itu. Tapi itu dilakukan dengan low profile untuk menghindari perhatian.

Saya tidak tahu darimana asalnya sikap ini. Namun semalam saya membaca artikel dari Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ di majalah Hidup Katolik. Tulisan itu berjudul "Kita dan HRS." Prof. Magnis mempersoalkan kejadian-kejadian seputar Habib Rizieq Shihab sepulangnya dari Saudi Arabia.

Pendirian Prof. Magnis adalah bahwa soal HRS adalah soal umat Islam. Orang Katolik sebaiknya tidak turut campur. Namun orang Katolik sebaiknya bersikap mendukung pemerintah. Saya tertarik pada kalimat pembuka di satu paragraf yang dia tulis, "Dan satu hal mesti jelas: pemerintah dapat mengandalkan loyalitas kita."

Saya melihat sikap politik yang amat sinis disini. Kalau boleh saya gambarkan dengan kalimat saya sendiri: biarlah umat Islam saling berantem (dan mungkin saling bunuh juga), kita tidak ikut campur. Soal Rizieq adalah soal internal umat Islam.

Prof. Magnis juga menilai tinggi keberhasilan pemerintahan Jokowi, khususnya dalam menangani Covid (catatan: kita terburuk di antara negara-negara di Asia Tenggara).

Tapi itulah sikap para klerus dan sebagian besar orang Katolik Indonesia: loyal dan setia hingga ke bulu-bulunya kepada pemerintah yang berkuasa. Tidak mengherankan bila mereka diam bahkan ketika pekerja-pekerja gereja Katolik di Papua dibunuh dan terancam hidupnya.

Saya tahu, sebagian besar dari mereka bersorak ketika enam orang anggota FPI dibunuh oleh polisi. Mereka yang bersuara kritis ditenggelamkan sebagai pembela teroris. Hilang semua moral gereja yang melarang untuk membunuh sesama manusia apapun alasannya.

Jangan mengira bahwa hanya orang Islam di Indonesia yang takut kepada orang Kristen. Jangan dikira bahwa hanya kalangan Muslim yang terhinggap penyakit delusional terhadap orang Kristen dan Katolik.

Sesungguhnya, orang Kristen dan Katolik jauh lebih takut kepada umat Islam. Kultur ketakutan ini sedemikian mendalam. Sehingga selalu ada kebutuhan untuk bergantung pada penguasa yang mau melindunginya. Syukur-syukur bisa sedikit menyetir kebijakannya.

Kultur ketakutan itulah yang menjadi pendorong utama "minus malum" -- suatu sikap memilih setan. Dulu pada jaman awal Orde Baru, pilihan yang dibuat adalah antara kelompok Islam dan militer. Orang-orang Katolik memilih militer. Tahun kemarin pilihan antara Prabowo dan Jokowi, pilihannya kepada yang kedua. Sekalipun kemudian Jokowi berangkulan dengan Prabowo. Mereka tetap setia.

Tidak ada jalan moral ketiga dalam minus malum. Karena dasar minus malum adalah memaksimalkan keuntungan yang lahir dari ketakutan. Ini adalah nafsu berkuasa namun sadar kekuatannya kecil (dan pengecut juga!).

Kultur ketakutan ini terjadi pada jaman Orde Baru. Dan masih terjadi di jaman sekarang ini. Kultur ketakutan itu bangkit kembali ketika Ahok diturunkan dari kursi Gubernur DKI oleh Rizieq dengan kekuatan massa. Exit poll pada Pilpres 2019 memperlihatkan bahwa lebih dari 90% orang Kristen/Katolik memilih Jokowi.

Kultur ketakutan itulah yang sangat hidup, terutama pada gereja Katolik Indonesia. Jadi sekali lagi, tidak heran bila seperti yang dikatakan Prof. Magnis, loyalitas mereka dapat diandalkan. Hingga ke bulu-bulunya!

Gereja Katolik Papua harus berhadapan dengan kultur dan mental ketakutan ini. Tidak akan pernah Gereja Katolik Indonesia berdiri untuk berbela rasa dengan orang-orang Papua. Apalagi mempertahankan keadilan dan hak hidup orang-orang Papua.

Oleh karena itu, saya kira, pemikiran yang saya dengar dari beberapa imam dan suster di Papua, untuk memindahkan gereja Papua ke dalam Konferensi Waligereja Papua Nugini dan Kepulauan Salomon (Catholic Bishops Conference
Papua New Guinea & Solomon Islands) menjadi sangat masuk akal.

Orang-orang Katolik Papua tidak akan pernah selamat dalam kultur ketakutan dan mencari aman sendiri yang hinggap dalam tubuh gereja Katolik Indonesia.

Kesetiaan mereka kepada penguasa adalah kesetiaan hingga ke bulu-bulunya.

Link berita: https://bit.ly/37Rp9pB

Foto: Pastor John Bonay, Pr/Foto: Katolikana (screenshoot Komsos Jayapura).

10/12/2020

Pewarisan Nilai-nilai Perjuangan Bangsa: Bertubi-tubi berita kematian di lini masa saya. Sebagian diantaranya adalah orang-orang yang dikenal sebagai pemikir.

Kalau diperhatikan secara lebih serius, sebagian besar mereka yang pergi sudah berumur diatas 50an tahun.

Tidak terlalu mengherankan. Pandemi ini mempercepat pemangkasan satu generasi. Mereka yang tua dan rentan dari sisi kesehatan umumnya tidak bisa bertahan.

Namun disis lain, saya juga melihat generasi muda yang tumbuh dan memimpin. Generasi yang berusia setengah dari usia mereka yang meninggal.

Anak-anak muda ini besar dari kebudayaan ekonomi venture capitalists. Dalam kesehariannya mereka hidup dalam realitas virtual. Kebudayaan mereka bersandar pada kaca bergambar dan bersuara. Hidup sosial mereka sebagian besar tanpa kontak fisik. Permainan mereka tidak mengenal batas tempat dan waktu.

Anehnya, anak-anak muda virtual dan super modern ini dibesarkan lewat iklim politik yang sangat primitif. Mereka tidak bisa sukses dalam bisnis tanpa orangtuanya. Mereka tidak bisa berkuasa tanpa memakai nama orangtuanya. Mereka bahkan tidak bisa hidup mandiri tanpa orangtuanya.

Lebih hebat lagi, mereka merasa tidak ada masalah dengan semua itu.

Jika ini bukan masalah, seharusnya kita melihat Soekarno lahir dari ayah yang adalah seorang presiden orator yang hebat. Hatta lahir dari ayah yang adalah seorang intelektual pemikir besar. Semaoen lahir dari ayah yang adalah seorang organisator dan pengkampanye yang ulung.

Kenyataan sedihnya adalah bahwa pemimpin yang lahir dari bawah, dengan kisah hidup berjuang mandiri dari bawah, dengan kepemimpinan yang berdasarkan pengalaman hidup sebagai rakyat kecil dan orang biasa ... itu semua hanya mitos.

Kekuasaan cenderung korup. Kekuasaan yang diwariskan adalah korupsi yang diwariskan.

09/12/2020

Percaya Republik ini sedang baik-baik saja? Maling saja bisa iklankan anti-korupsi.

Asumsinya sekarang: Semua maling, sampai terbukti tidak maling!

---

Membangun Kesadaran Seluruh Elemen Bangsa Dalam Budaya Anti-Korupsi

Kemensos RI Hadir Tanpa Korupsi Wujudkan Indonesia Sejahtera

Selamat Hari Anti Korupsi se-Dunia!

12/11/2020

Papua kini menjadi garda terdepan perluasan perkebunan sawit. Sebuah investigasi visual yang dirilis pada Kamis (12/11) menunjukkan perusahaan sawit raksasa asal Korea Selatan "secara sengaja" menggunakan api untuk membuka hutan demi ekspansi bisnisnya.

10/11/2020
09/11/2020

Pemerintah setempat hanya diam saja, pada hal lingkungan dalam kekuasan daerahnya sedang membutuhkan perhatian dan perlindungan dari bahayanya banjir.
Apakah pejabat daerah menunggu kebijakan pemerintah pusat baru bertindak??

Date : 07/11/2020
Lokasi : Pasar Lama Sentani, Jayapura-Papua
Photo : Vrengki Agp

08/11/2020

Mungkin kalau presidennya bukan Jokowi Nikel akan menjadi komoditas yang diekspor Dulu Nikel kurang begitu dilirik Tapi karena mobil listrik sedang tren dan akan menjadi masa depan yang sangat besar maka baterai sebagai komponen utama akan menjadi primadona Bayangkan kalau hanya diekspor mentahnya k...

30/10/2020
28/10/2020


• • • • •
Mengapa kami MENOLAK PEMBANGUNAN DI TN KOMODO?

1. Penguasaan (pengelolaan) pihak swasta ada di titik-titik strategis dalam kawasan TN Komodo tidak membawa manfaat bagi masyarakat setempat. Justru adanya tipu daya dengan pencaplokan sumber daya publik dan privatisasi (pengklaiman perseorangan) atas lahan dalam kawasan TN Komodo.

2. Kehadiran pihak swasta akan membebani masyarakat dalam kawasan dan menghambat para pelaku usaha wisata lokal.

3. Bangunan fisik seperti villa, homestay dan tempat publik lainnya dalam kawasan TN Komodo akan berdampak buruk pada kelestarian TN Komodo. Ruang hidup satwa komodo akan terganggu. Eksosistem juga akan rusak.

4. Dengan adanya bangunan-bangunan tersebut, sampah yang dihasilkan akan semakin banyak dan mencemari kawasan TN Komodo.

5. Kebijakan dan regulasi tidak berpihak pada masyarakat dalam kawasan TN Komodo.

6. Menghindari masuknya pihak swasta (investor) lain untuk mengelola kawasan konservasi TN Komodo. Jika pembangunan ini terjadi, bukan tak mungkin pihak swasta lain akan berbondong-bondong merebut akses dan meraup keuntungan di TN Komodo.

Tandatangan petisi ini jika kamu setuju menolak pembangunan di TN Komodo yang menyimpang dari cita-cita konservasi.
Jangan biarkan TN Komodo jadi destinasi investasi!
Link petisi di bio.

27/10/2020
27/10/2020

Catatan : Darmawan Masri* Jalan Bireuen-Takengon yang dikenal dengan sebutan jalan Gayo atau jalan Takbir, merupakan salah satu akses dari pesisir utara

26/10/2020
24/10/2020

Layak untuk disimak.

24/10/2020

Orang datang dari berbagai penjuru dunia untuk melihat Komodo di habitat aslinya. Jokowi dkk datang dengan gagasan "10 Bali Baru, "wisata premium" dan membangun "Jurassic Park" (baca: kebun binatang).

https://www.abc.net.au/indonesian/2020-09-25/penolakan-pembangunan-jurassic-park-di-taman-nasional-komodo/12697394

Barangkali untuk pertamakalinya, binatang dari era Pleistocene (bahkan bukan era Jurassic) ini ketemu dengan truk. Juga akan dibangun resort-resort eksklusif di mana warga lokal dijanjikan bekerja di sana.

Padahal, Komodo dan warga lokal yang telah menghuni kwasan ini jauh sebelum ada NKRI, telah membentuk ekosistem dan interaksinya sendiri.

Ini contoh pembangunan yang mabuk investasi dan motifnya hanya mencari keuntungan ekonomi, perbesaran ruang kapital (modal), dan buta antropologi.

Binatangnya dikurung jadi pajangan, orangnya jadi buruh dan bekerja untuk majikan-majikan dari Jakarta.

Berita terkait kasus ini:
https://amp.kompas.com/regional/read/2019/08/16/11032901/tolak-dipindahkan-warga-komodo-tuntut-6-hal-termasuk-permintaan-maaf?__twitter_impression=true

Lokasi: Pulau Rinca.
Foto dari

Address


Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when KUTAI Terkini posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Shortcuts

  • Address
  • Alerts
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share