01/02/2020
Michael Jordan,
berkulit hitam, lahir pada tahun 1963,
di daerah kumuh Brooklyn, New York.
Ia memiliki empat orang saudara,
sementara upah ayahnya yang hanya
sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga.
Semenjak kecil,
ia melewati kehidupannya dalam
lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa
melihat harapan masa depannya.
Ketika ia berusia tiga belas tahun,
ayahnya memberikan sehelai
pakaian bekas kepadanya,
“Menurutmu,
berapa nilai pakaian ini?”
Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.”
Ayahnya kembali berkata,
“Bisakah dijual seharga 2 dollar?
Jika engkau berhasil menjualnya,
berarti telah membantu ayah dan ibumu.”
Jordan menganggukkan kepalanya,
“Saya akan mencobanya,
tapi belum tentu bisa berhasil.”
Dengan hati-hati dicucinya
pakaian itu hingga bersih.
Karena tidak ada setrika untuk
melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur sampai kering.
Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu
ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam.
Akhirnya Jordan berhasil menjual
pakaian itu. Kini ia memegang lembaran
uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang.
Setelah itu,
setiap hari ia mencari pakaian bekas,
lalu dirapikan kembali dan
dijualnya di keramaian.
Lebih dari sepuluh hari kemudian,
ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya,
“Coba engkau pikirkan bagaimana
caranya untuk menjual pakaian ini
hingga seharga 20 dolar?”
Kata Jordan, “Bagaimana mungkin?
Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya
2 dollar.” Ayahnya kembali memberikan inspirasi, “Mengapa engkau tidak
mencobanya dulu? Pasti ada jalan.”
Akhirnya,
Jordan mendapatkan satu ide,
ia meminta bantuan sepupunya yang
belajar melukis untuk menggambarkan
Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu.
Lalu ia berusaha menjualnya
di sebuah sekolah anak orang kaya.
Tak lama kemudian seorang pengurus
rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya.
Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu,
sehingga ia memberikan tip 5 dolar.
Tentu saja 25 dollar adalah
jumlah yang besar bagi Jordan,
setara dengan satu bulan gaji dari ayahnya.
Setibanya di rumah,
ayahnya kembali memberikan
selembar pakaian bekas kepadanya,
“Apakah engkau mampu menjualnya
kembali dengan harga 200 dolar?”
Mata ayahnya tampak berbinar.
Kali ini,
Jordan menerima pakaian itu
tanpa keraguan sedikit pun.
Dua bulan kemudian kebetulan
aktris film populer “Charlie Angels”,
Farah Fawcett datang ke New York
melakukan promo.
Setelah konferensi pers,
Jordan pun menerobos pihak keamanan
untuk mencapai sisi Farah Fawcett
dan meminta tanda tangannya
di pakaian bekasnya.
Ketika Fawcett melihat seorang anak
yang polos meminta tanda tangannya,
ia dengan senang hati membubuhkan
tanda tangannya pada pakaian itu.
Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, “Ini adalah sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett,
harga jualnya 200 dollar!”
Ia pun melelang pakaian itu,
hingga seorang pengusaha
membelinya dengan harga 1.200 dollar.
Sekembalinya ke rumah,
ayahnya dengan meneteskan air mata
haru berkata, “Tidak terbayangkan kalau engkau berhasil melakukannya.
Anakku! Engkau sungguh hebat!”
Malam itu,
Jordan tidur bersama ayahnya
dengan kaki bertemu kaki.
Ayahnya bertanya, “Anakku,
dari pengalaman menjual tiga helai
pakaian yang sudah kau lakukan,
apakah yang berhasil engkau pahami?”
Jordan menjawab dengan rasa haru,
“Selama kita mau berpikir dengan otak,
pasti ada caranya.”
Ayahnya menganggukkan kepala,
kemudian menggelengkan kepala,
“Yang engkau katakan tidak salah!
Tapi bukan itu maksud ayah.
Ayah hanya ingin memberitahumu
bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia yang hidup?
Mungkin kita berkulit lebih gelap
dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita
mendayagunakan potensi yang
ada dalam diri kita masing-masing.”
Seketika dalam pikiran Jordan seakan
ada matahari yang terbit.
Bahkan sehelai pakaian bekas saja
bisa ditingkatkan harkatnya,
lalu apakah saya punya alasan
untuk meremehkan diri sendiri?
Sejak saat itu,
dalam hal apapun,
Michael Jordan merasa bahwa
masa depannya indah dan penuh harapan.
Dia mengasah potensinya hingga
akhirnya dia menjadi salah seorang
pemain basket terhebat di dunia ini
dan menjadi salah seorang atlet terkaya.
Semoga jadi inspirasi 🙏🙏🙏