09/24/2021
Don Richardson: Yesus hanya seorang yang kena tipu dan patut ditertawakan
Don Richardson lahir di Kanada pada tahun 1935. Richardson menempuh pendidikanya di Prairie Bible Institute. Pada saat kuliah ia bertemu carol Soderstrom wanita asal Amerika Serikat yang juga menempuh Pendidikan di universitas yang sama dan kemudian menjadi isteri Don Richardson. Richardson terpangil dan mengambil keputusan untuk menjadi seorang misionaris bagi suku-suku terasing di Nieuw Guinea Belanda (Papua). Pada tahun 1955, keputusan ini kemudian didukung isterinya Carol.
Pada tahun 1962, Richardson dan istrinya, Carol, bersama bayi mereka yang berusia 7 bulan, pergi melayani di antara suku Sawi yang saat itu termasuk ke dalam wilayah Dutch New Guinea (Papua) di bawah sebuah orgnaisasi bernama Regions Beyond Missionary Union.
Suku Sawi terkenal sebagai suku pemburu kepala ("headhunters") yang pada saat itu kehidupan mereka masih kanibal. Hidup di antara suku Sawi pada waktu itu berarti terisolasi dari dunia modern dan akan menghadapi bahaya penyakit malaria, disenteri, dan hepatitis, selain itu juga merka mengahadapi bahaya kekerasan, karena suku-suku di Sawi s**a berperang.
Di rumah yang mereka bangun di tengah hutan, keluarga Richardson berusaha memperlajari bahasa daerah Sawi yang sangat kompleks. Richardson akhirnya menguasai dialek itu setelah belajar setiap hari selama 8-10 jam per hari.
Richardson juga membantu penduduk setempat memperbaiki cara hidup mereka dengan memperkenalkan teknologi modern dan Carol merawat orang-orang sakit serta balita sehingga tingkat kematian menurun dan mutu kesehatan masyarkat setempat meningkat drastis.Tidak hanya itu saja mereka juga mengajar orang-orang membaca dan menulis.
Richardson berupaya agar penduduk desa dapat mengerti Yesus Kristus dari Alkitab, tetapi ada halangan budaya untuk membuat mereka memahaminya. Sampai kemudian terjadi suatu peristiwa tak terduga yang membuatnya menemukan “Konsep Penebusan” yang dilakukan Kristus bagi umat manusia menjadi sangat relevan bagi kehidupan orang Sawi.
Sembari belajar bahasa dan hidup di antara mereka, Richardson semakin menyadari jurang yang memisahkan pandangan hidup Kekristennya dengan pandangan hidup orang Sawi. Di mata mereka, bukan Yesus, yang merupakan pahlawan Injil, Yesus hanya seorang yang kena tipu dari Yudas dan patut ditertawakan. Akhirnya, Richardson menemukan apa yang disebutnya sebagai Analogi Penebusan ("Redemptive Analogy") yang menunjuk kepada penebusan Kristus yang jauh lebih jelas.
Apa yang ditemukannya adalah konsep orang Sawi mengenai Anak Pendamaian ("Peace Child”) Suku suku di sawi selalu hidup dalam Kebencian. Karena tidak tahan melihat pertumpahan darah yang terjadi terus menerus, keluarga Richardson mempertimbangkan untuk meninggalkan pelayanan mereka.
Mendengar bahwa keluarga Richardson akan pergi karena tidak tahan dengan kehidupan suku sawi yang liar mereka akhirnya memutuskan untuk berdamai agar keluarga Richardson tidak pergi, Para kepala-kepala suku dari suku-suku yang berperang memutuskan untuk rapat bersama dan berdamai.
Upacara perdamaian itu dilakukan dengan cara menukarkan seorang bayi di antara dua suku tersebut. Bayi itu diantarkan oleh pemimpin suku ke desa musuhnya dan memberikan anak itu untuk dibesarkan di suku musuh. Selama "anak pendamaian" itu masih hidup, maka kedamain kedua suku tersebut itu akan terjaga. Melihat hal itu, Richardson menulis: "(menurut orang Sawi) jika seorang laki-laki mau memberikan anaknya sendiri kepada musuhnya, maka orang itu dapat dipercaya!" Dari gambaran yang unik ini tampaklah analogi atas pengorbanan Allah dengan memberikan Anak-Nya Yang Tunggal ke dunia ini untuk memperbaiki hubungan antara manusia dengan allah. Orang Sawi mulai memahami pengajaran tentang Kristus yang menjelma ke dalam dunia menurut Injil setelah Richardson menjelaskan perihal kasih Allah dengan cara ini.
Setelah peristiwa itu, banyak orang dari suku Sawi percaya dan mengikuti dan menerima Kristus. Kini telah terbit alkitab dalam Bahasa Sawi. Pada tahun 1972 Richardson bersma masyarkat suku sawi membangun Honai yang sangat besar yang menjadi gereja mereka.
Don Richardson; Yesus hanya seorang yang kena tipu dan patut ditertawakan
Don Richardson lahir di Kanada pada tahun 1935. Richardson menempuh pendidikanya di Prairie Bible Institute. Pada saat kuliah ia bertemu carol Soderstrom wanita asal Amerika Serikat yang juga menempuh Pendidikan di universitas yang sama dan kemudian menjadi isteri Don Richardson. Richardson terpangil dan mengambil keputusan untuk menjadi seorang misionaris bagi suku-suku terasing di Nieuw Guinea Belanda (Papua). Pada tahun 1955, keputusan ini kemudian didukung isterinya Carol.
Pada tahun 1962, Richardson dan istrinya, Carol, bersama bayi mereka yang berusia 7 bulan, pergi melayani di antara suku Sawi yang saat itu termasuk ke dalam wilayah Dutch New Guinea (Papua) di bawah sebuah orgnaisasi bernama Regions Beyond Missionary Union.
Suku Sawi terkenal sebagai suku pemburu kepala ("headhunters") yang pada saat itu kehidupan mereka masih kanibal. Hidup di antara suku Sawi pada waktu itu berarti terisolasi dari dunia modern dan akan menghadapi bahaya penyakit malaria, disenteri, dan hepatitis, selain itu juga merka mengahadapi bahaya kekerasan, karena suku-suku di Sawi s**a berperang.
Di rumah yang mereka bangun di tengah hutan, keluarga Richardson berusaha memperlajari bahasa daerah Sawi yang sangat kompleks. Richardson akhirnya menguasai dialek itu setelah belajar setiap hari selama 8-10 jam per hari.
Richardson juga membantu penduduk setempat memperbaiki cara hidup mereka dengan memperkenalkan teknologi modern dan Carol merawat orang-orang sakit serta balita sehingga tingkat kematian menurun dan mutu kesehatan masyarkat setempat meningkat drastis.Tidak hanya itu saja mereka juga mengajar orang-orang membaca dan menulis.
Richardson berupaya agar penduduk desa dapat mengerti Yesus Kristus dari Alkitab, tetapi ada halangan budaya untuk membuat mereka memahaminya. Sampai kemudian terjadi suatu peristiwa tak terduga yang membuatnya menemukan “Konsep Penebusan” yang dilakukan Kristus bagi umat manusia menjadi sangat relevan bagi kehidupan orang Sawi.
Sembari belajar bahasa dan hidup di antara mereka, Richardson semakin menyadari jurang yang memisahkan pandangan hidup Kekristennya dengan pandangan hidup orang Sawi. Di mata mereka, bukan Yesus, yang merupakan pahlawan Injil, Yesus hanya seorang yang kena tipu dari Yudas dan patut ditertawakan. Akhirnya, Richardson menemukan apa yang disebutnya sebagai Analogi Penebusan ("Redemptive Analogy") yang menunjuk kepada penebusan Kristus yang jauh lebih jelas.
Apa yang ditemukannya adalah konsep orang Sawi mengenai Anak Pendamaian ("Peace Child”) Suku suku di sawi selalu hidup dalam Kebencian. Karena tidak tahan melihat pertumpahan darah yang terjadi terus menerus, keluarga Richardson mempertimbangkan untuk meninggalkan pelayanan mereka.
Mendengar bahwa keluarga Richardson akan pergi karena tidak tahan dengan kehidupan suku sawi yang liar mereka akhirnya memutuskan untuk berdamai agar keluarga Richardson tidak pergi, Para kepala-kepala suku dari suku-suku yang berperang memutuskan untuk rapat bersama dan berdamai.
Upacara perdamaian itu dilakukan dengan cara menukarkan seorang bayi di antara dua suku tersebut. Bayi itu diantarkan oleh pemimpin suku ke desa musuhnya dan memberikan anak itu untuk dibesarkan di suku musuh. Selama "anak pendamaian" itu masih hidup, maka kedamain kedua suku tersebut itu akan terjaga. Melihat hal itu, Richardson menulis: "(menurut orang Sawi) jika seorang laki-laki mau memberikan anaknya sendiri kepada musuhnya, maka orang itu dapat dipercaya!" Dari gambaran yang unik ini tampaklah analogi atas pengorbanan Allah dengan memberikan Anak-Nya Yang Tunggal ke dunia ini untuk memperbaiki hubungan antara manusia dengan allah. Orang Sawi mulai memahami pengajaran tentang Kristus yang menjelma ke dalam dunia menurut Injil setelah Richardson menjelaskan perihal kasih Allah dengan cara ini.
Setelah peristiwa itu, banyak orang dari suku Sawi percaya dan mengikuti dan menerima Kristus. Kini telah terbit alkitab dalam Bahasa Sawi. Pada tahun 1972 Richardson bersma masyarkat suku sawi membangun Honai yang sangat besar yang menjadi gereja mereka.
Sumber Gambar: pioneer.org