Dimas and Imee

Dimas and Imee Sharing seputar hidup di Belanda dan Eropa. Travelling, family, and education.
(2)

Turki. Negara ke 15 bagi si Kakak dan negara ke 9 bagi si Adik. Mereka sebagai anak-anak “internasional”, dalam hal ini ...
27/04/2024

Turki. Negara ke 15 bagi si Kakak dan negara ke 9 bagi si Adik. Mereka sebagai anak-anak “internasional”, dalam hal ini anak-anak yang memang lahir di luar di Indonesia, bisa mendapat kesempatan untuk mengunjungi berbagai negara di usia dini mereka, adalah hal yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Mereka berbeda dari kedua orang tuanya, yang lahir di dua kabupaten kecil di Jawa Timur. Yang baru berkesempatan berpetualang ke luar negeri setelah menikah.

Zaman begitu cepat berubah dan berlari. Keadaan dan situasi seringkali berjalan di luar kendali.

Untuk itu kami memahami, bahwa sebagai orang tua, kami harus mempersiapkan anak-anak sejak dini agar kelak mereka ketika dewasa, menjadi pribadi yang adaptif terhadap perubahan.

Kami yakin, anak-anak kelak akan melampaui apa yang telah kami peroleh. Mereka akan terbang lebih tinggi daripada kami.

Satu dari sekian banyak persiapan itu adalah sering membawa mereka berpergian atau traveling. Traveling mengajarkan banyak hal. Menghadapi keadaan tak terduga, manajemen emosi, kesabaran, belajar budaya dan keragaman baru, mempertebal keberanian, melatih sosialisasi, dan banyak lagi.

Pangkal dari semua itu kemudian adalah, menumpuknya ilmu dan pengalaman-pengalaman di kepala mereka. Ketika kepala seseorang berisi banyak ilmu dan pengalaman, mereka akan lebih adaptif terhadap segala sesuatu hal.

Mereka akan lebih mudah memahami sesama, karena seringnya bertemu beragam perbedaan. Mereka akan lebih mudah bersikap tenang, karena orang berilmu memiliki banyak cara untuk memecahkan suatu permasalahan.

Puncaknya, kami berharap mereka kelak menjadi pribadi yang rendah hati. Karena setinggi-tinggi ilmu dan pengalaman, manusia tetaplah bukan apa-apa dengan kemampuan mereka.

Dan tentu, ketika mereka kelak sudah waktunya terjun di masyarakat, mereka bisa memberi banyak manfaat. Dengan kemampuan mandiri, mereka bisa jadi wanita-wanita tangguh sepertinya mamanya. Serta tak lupa tetap imut seperti papanya.

Saya sudah aktif menulis di fesbuk lima tahun belakangan ini, dengan topik utama adalah yang berkaitan dengan keluarga, ...
28/03/2024

Saya sudah aktif menulis di fesbuk lima tahun belakangan ini, dengan topik utama adalah yang berkaitan dengan keluarga, terutama relasi hubungan antara saya dan istri.

Dari banyaknya tulisan itu, cukup sering saya membaca komentar dari teman-teman, tentang pengalaman mereka yang berkaitan dengan relasi suami istri. Karena 80% lebih teman dan pengikut saya adalah kaum emak-emak, maka tentu POV atau sudut pandang yang diambil adalah dari sisi perempuan atau istri.

Mayoritas yang saya baca adalah kesulitan mereka untuk berkomunikasi dengan suami. Entah itu suaminya malas diajak ngobrol, lebih s**a nongkrong di luar bareng teman-temannya, lebih asyik main game, bahkan main slot atau judi.

Dari situ saya kemudian ingin memberi nasihat, kepada mbak-mbak (juga mas-mas) yang belum menikah. Kelak carilah suami atau istri, yang mana mereka mau selalu diajak ngobrol.

Dari pengalaman kami, saya memperhatikan lingkungan sekitar, hingga mempelajari pernikahan-pernikahan yang baik di luar sana, menikah itu adalah ngobrol.

Menikah itu tidak hanya mencari partner sparing di kasur atau teman tidur saja, tetapi mencari pasangan yang bisa diajak membangun banyak hal bersama. Masa depan, urusan pekerjaan, anak-anak, rumah tangga, dan banyak lain.

Bagaimana kita bisa membangun hal baik itu, jika pasangannya tidak enak diajak ngobrol? Sekali lagi percayalah, menikah itu soal ngobrol. Suami atau istri kita yang hari ini, hingga kelak ketika anak-anak sudah pergi dari rumah, itu adalah teman terdekat. Pagi, siang, hingga malam, wajah itulah yang akan senantiasa kita temui.

Jadi, jangan salah cari partner ngobrol.

Bagi emak-emak yang sudah terlanjur memiliki suami yang susah diajak ngobrol dan kerja sama, bersabarlah. Ajak suaminya ngobrol, inisiatif lebih dulu. Kalau sudah mentok, doain. Mentok lagi, doain terus. Sungguh hanya Allah yang bisa membalikkan hati manusia.

Jangan lantas berpikir atau berandai-andai. Andai dulu nikah dengan Kim Soo-hyun pasti nggak akan kayak gini. Andai suaminya kayak Harvey Moeis mungkin bakalan beda.

Percayalah, Mak, suamimu sekarang, itu sudah yang paling baik diantara para lelaki baik di luar sana. Suami istri itu seperti tutup dan botolnya, ya pasnya itu.

Jadi, selama suami nggak main KDRT dan tetap tanggung jawab dalam memberi nafkah, tetapi susah diajak ngobrol, balik lagi, doain. Pokoknya doain aja terus. Jangan sampai punya pikiran buat ditukar tambah beras.

Foto ini diambil 5 tahun lalu, saat Sierra akan berangkat ke daycare. Awal-awal, dia selalu menangis karena ketakutan. B...
27/03/2024

Foto ini diambil 5 tahun lalu, saat Sierra akan berangkat ke daycare. Awal-awal, dia selalu menangis karena ketakutan. Belum genap tiga tahun, masuk ke dalam lingkungan sangat asing tentu sangat sulit bagi anak seusianya. Tidak paham bahasanya, berbeda sendiri warna kulitnya.

Tetapi, memang dia perlu melalui proses itu hingga saat harus pindah ke Belanda, dia bisa melewati proses adaptasi dengan mulus. Saat memasuki sekolah di Belanda, dia jauh lebih berani.

Mungkin memang benar seperti kata pepatah. Pelaut yang tangguh lahir dari samudera yang penuh tantangan dan marabahaya. Anak-anak tangguh, lahir dari mama yang juga tangguh dan papa yang rajin update status.

Alasan mengapa Belanda menurut riset dari UNICEF adalah negara paling bahagia bagi tumbuh kembang anak-anak adalah, sala...
27/03/2024

Alasan mengapa Belanda menurut riset dari UNICEF adalah negara paling bahagia bagi tumbuh kembang anak-anak adalah, salah satunya adalah kehadiran orang tua.

Kehadiran orang tua itu ditandai dengan ritme bekerja di Belanda yang terkenal dengan work-life balance-nya. Jarang ada lembur, tidak ada tuntutan pekerjaan berlebihan, dan jatah cuti yang banyak.

Dalam satu tahun, pekerja di Belanda minimal mendapat jatah cuti tahunan minimal 24 hari. Ada p**a bahkan yang hingga 41 hari, tergantung kebijakan perusahaan. Itu belum termasuk hari libur nasional dan libur Natal atau akhir tahun.

Sepanjang hidup kami sampai saat ini, boleh jadi titik terendah dalam hidup ini adalah tahun 2017, ketika saat itu di Ta...
25/03/2024

Sepanjang hidup kami sampai saat ini, boleh jadi titik terendah dalam hidup ini adalah tahun 2017, ketika saat itu di Taiwan. Momen ketika kami harus terpaksa menjalani hubungan jarak jauh dengan our newborn baby, Sierra, saat usianya belum genap dua bulan.

Saat itu, pilihannya memang hanya dua saja. Menitipkan anak kami ke orang tua di Indonesia atau selesai sudah apa yang sudah kami perjuangkan di Taiwan. Profesor istri, sekaligus pembimbing dan penentu dia bisa memperoleh beasiswa atau tidak, hanya memberi dua opsi: fokus kuliah dan riset atau keluar.

Sang Profesor menganggap, kehadiran bayi akan menganggu konsentrasi istri. Beliau hanya mau mahasiswa bimbingan yang fokus total.

Diantara pilihan simalakama itu, kami akhirnya memutuskan untuk menitipkan anak kepada orang tua. Dan, titik terendah dan masa paling sulit dalam hidup kami dimulai.

***

Perjalanan itu diawali dengan kami berpindah apartemen. Tinggal di apartemen yang mana dulu banyak momen dengan Sierra, jelas akan menghancurkan mental kami. Setiap melihat sudut ruangan, memori tentang Sierra selalu ada.

Kemudian istri berusaha mati-matian merebut kembali kepercayaan Profesor. Namanya di keanggotaan lab sudah dihapus, dianggal tidak ada. Tetapi istri tetap datang ke lab. Mengerjakan tugas, kuliah, riset, dan membantu membimbing teman-teman labnya yang S-2.

Dia lakukan itu dengan penuh semangat. Senin-Sabtu, mulai pukul 08.30-17.00. Tanpa pernah sekalipun bolos, meskipun dalam keadaan sakit. Fisik dan psikis.

Saya kemudian memutuskan untuk menambah pekerjaan, selain bekerja di toko online. Membuat tempe dan memulai katering mahasiswa. Hampir setiap hari hingga menjelang tengah malam, saya membuat tempe. Semua serba manual.

Menyibukkan diri adalah jalan keluar kami untuk tidak teringat Sierra. Hampir tidak ada hari libur bagi kami. Hari Minggu, kami gunakan untuk berbelanja di pasar dan menyiapkan menu katering untuk satu minggu ke depan.

Dalam dua tahun antara 2017-2018, saya sering hanya tidur 4-5 jam saja dalam sehari. Jika sedang dalam puncak kelelahan karena stres, barulah kami pergi berlibur seperti yang ada dalam foto ini. Kenikmatan bisa berlibur seperti ini masa-masa itu sungguh langka.

Tetapi tetap saja, bohong kalau yang berkaitan dengan Sierra tidak membuat kami menangis. Setiap melihat baju-baju bayi, istri selalu menangis. Setiap kelelahan memuncak sehabis aktivitas di kampus, dia menangis.

Saya pun demikian. Sering saat sedang memilah kulit ari kedelai agar hasil tempenya bagus, tanpa sadar air mata menetes tak terbendung.

Kami selalu berpikir dan berpikir, apa yang kami pilih dan putuskan ini benar. Overthinking kalau kata anak zaman now.

***

Tiga tahun yang melelahkan itu tampak mulai terbayar perlahan di tahun terakhir istri studi. Dimulai dengan kami berhasil membawa Sierra kembali ke Taiwan, kemudian banyak hal-hal baik menghampiri kami.

Progres studi istri yang melesat. Dengan beberapa kali mendapat penghargaan internasional, mendapat kepercayaan lebih dari Profesor dan lulus PhD lebih cepat dari waktu normal dengan predikat sangat memuaskan.

Dan puncaknya, langsung mendapat pekerjaan di Belanda hanya berselang kurang dari seminggu sejak lulus.

Saya pun demikian. Ide usaha katering saya banyak yang mengadopsi. Kemudian berhasil membuka ide dan konsep usaha kurir antar, yang dijalankan oleh para mahasiswa. Bahkan hingga saat ini saya sudah pergi dari Taiwan empat tahun, warisan ide dan konsep itu masih bertahan hingga kini.

Dari itu kami kemudian memahami, bahwa sungguh Allah selalu membersamai hamba-Nya yang mau merubah nasib. Yang berkeingnan kuat dan bertekad baja.

Untuk itu bagi Manteman yang membaca ini dan saat ini sedang berproses, tetaplah semangat. Tidak perlu kalah dengan perasaan yang mengatakan bahwa kita tidak sanggup.

Kita selalu sanggup, akan selalu sanggup. Persoalannya hanya kita mau atau tidak. Karena semua hal di dunia itu, tergantung cara kita memandangnya. Pikiran yang baik, akan membentuk hal-hal baik.

Jadi, selalu miliki pola pikir yang baik-baik. Dalam istilah kerennya, semua hal itu tergantung genset.

Menemukan rumah makan makan atau restoran Indonesia di Belanda itu cukup mudah. Karena keterkaitan hubungan antara Indon...
25/03/2024

Menemukan rumah makan makan atau restoran Indonesia di Belanda itu cukup mudah. Karena keterkaitan hubungan antara Indonesia dan Belanda sejak lama, orang-orang Belanda banyak yang menyukai makanan dari Indonesia.

Tetapi, menemukan rumah makan Indonesia yang rasanya otentik, dengan rasa seperti di Indonesia asli tidak mudah. Karena kebanyakan rumah makan itu mengikuti selera orang Belanda. Entah dikurangin rasa pedasnya atau takaran bumbu atau rempah yang tidak sekuat masakan asli Indonesia.

Dalam foto ini adalah salah satu contoh rumah makan yang masih menjaga rasa asli Indonesia. Nama rumah makannya adalah Warung Barokah, berlokasi di Kota Amsterdam. Menu andalannya adalah rujak cingur, yang mana menu itu jarang ada di Belanda bahkan Eropa. Setiap ke sana, saya selalu memesan menu itu.

Empat tahun lalu, ini adalah tempat yang membawa kami ke Belanda. Sebuah kampus teknik di Belanda, salah satu yang terba...
23/03/2024

Empat tahun lalu, ini adalah tempat yang membawa kami ke Belanda. Sebuah kampus teknik di Belanda, salah satu yang terbaik, menerima ibunya anak sebagai postdoctoral researchers atau peneliti. Gedung sebagai latar belakang foto ini, adalah tempat berkantor istri dahulu.

Dengan durasi kontrak dua tahun, ekspetasi awal kami adalah, selesai kontrak kami akan p**ang ke Indonesia. Untuk itu p**a, kami memutuskan berangkat ke Belanda berdua saja tanpa anak kami, Sierra. Karena hanya dua tahun, akan berat baginya untuk berpindah-pindah negara lagi.

Cita-cita kami dulu sebelum berangkat ke Taiwan untuk studi S-3 istri memang seperti teman-teman kebanyakan, p**ang ke Indonesia. Istri mengajar sebagai dosen dan saya kembali bekerja kantoran atau pabrikan.

Ideal, sesuai dengan sudut pandang banyak orang tentang keluarga idaman. Jalan hidup yang dipilih kebanyakan orang. Jalan hidup yang awalnya juga dihendaki semua orang tua kami.

Tetapi, sepertinya kami memang tidak bertakdir dengan hidup “normal” seperti itu. Saya dan istri memang satu frekuensi soal jalan berpikir. Senang mengambil jalan yang tidak banyak orang mau mengambil.

Jalan seperti itu memang penuh banyak risiko. Itulah kenapa hidup kami bagaikan roller coaster. Penuh gejolak, penuh kejutan tak terduga. Tetapi kami selalu yakin, selalu ada ending atau akhir yang baik dan indah untuk setiap lelahnya ikhtiar, untuk setiap doa yang dilangitkan.

Dan benar, akhirnya jalan hidup kami berubah total tidak sesuai dengan cita-cita awal dahulu.

Istri tidak lagi berkarir di dunia pendidikan (kampus), karena ternyata bukan itu passion-nya. Saya tidak lagi berkarir sesuai dengan ijazah teknik yang saya punya, karena memang bukan itu yang jadi impian saya.

Pilihan kembali ke Indonesia juga belum menjadi opsi dalam waktu dekat.

Karena kami sudah mendapat pekerjaan tetap dan permanen, diberi rezeki mampu membeli rumah, hingga anak-anak mendapat tempat yang menurut kami terbaik untuk pendidikan mereka, di negara dengan hasil riset sebagai negara paling bahagia untuk tumbuh kembang anak-anak.

Yang utama adalah, akhirnya kami mendapat restu dari orang tua, untuk memilih kehidupan yang tidak biasa ini. Kami bisa membuktikan, bahwa memilih jalan yang tidak banyak diambil orang itu, tidak sepenuhnya tidak menarik.

Mengajarkan bahwa, takdir itu berada di ujung usaha manusia. Ikhtiar dan usaha sekeras mungkin, doa dengan kualitas sebaik mungkin. Sisanya, pasrahkan dan terus berprasangka baik kepada-Nya.

Saya sebenarnya ingin menutup cerita yang berkaitan dengan takdir ini, dengan kisah inspiratif seorang penjual martabak. Tetapi karena saat ini sedang bulan puasa, kapan-kapan saja saya ceritanya.

Budaya di dunia kerja orang Eropa, terutama Belanda adalah menjunjung tinggi perbedaan pendapat. Berdebat, komplain, dis...
22/03/2024

Budaya di dunia kerja orang Eropa, terutama Belanda adalah menjunjung tinggi perbedaan pendapat. Berdebat, komplain, diskusi, dan semacamnya adalah sesuatu hal yang sangat wajar dan lumrah. Jika tidak setuju, sampaikan langsung di depan forum atau langsung secara personal, diselesaikan lewat diskusi. Direct to the point, no baper baper.

Masalah selesai, selesai, tidak ada lagi pembicaraan di belakang. Profesional, tidak berkaitan dengan personal.

Ciri khas foto yang berlokasi di Amsterdam adalah seperti ini. Dengan latar belakang jembatan, kanal, kapal, sepeda, dan...
21/03/2024

Ciri khas foto yang berlokasi di Amsterdam adalah seperti ini. Dengan latar belakang jembatan, kanal, kapal, sepeda, dan bangunan-bangunan estetik. Ingin berfoto seperti ini bersama dengan keluarga?

Sienna Amany Lieve Prasetyo.Hari ini adalah ulang tahun pertamamu. Membersamaimu selama satu tahun penuh, adalah anugera...
20/03/2024

Sienna Amany Lieve Prasetyo.

Hari ini adalah ulang tahun pertamamu. Membersamaimu selama satu tahun penuh, adalah anugerah terbesar bagi Ayah dan Mami. Sebuah kenikmatan, yang dulu tidak bisa diperoleh oleh kakakmu.

Kamu dan Kakak tampaknya memiliki karakter yang sangat berbeda. Kakak yang kalem dan tenang, kamu yang super aktif dan berani. Tetapi, kalian mempunyai kesamaan. Cantik. Penelitian yang menyebutkan bahwa tampilan fisik anak lebih cenderung menurun dari gen seorang ayah, sepertinya bukan penelitian yang bercanda.

Alhamdulillah, ayah kalian beberapa ada yang mengatakan mirip dengan Gading Marten. Okesip.

Ayah tidak akan menuntutmu untuk menjadi seperti Kakak, yang dalam proses tumbuh kembangnya sungguh luar biasa. Cerdas, manis, baik, dan sangat perhatian. Tumbuhlah sesuai dengan apa yang menjadi karaktermu, sesuai dengan jati dirimu sendiri.

Tapi setidaknya Ayah senang dan tenang, kamu memiliki figur contoh yang baik seperti Kakak dan Mami.

Kamu memang belum seperti kakakmu, yang sudah membuat banyak memori bersama Ayah dan Mami. Untuk itu, Ayah tidak bisa menulis banyak hal tentangmu. Tetapi tenang saja, setelah ini kita akan membuat banyak memori indah itu bersama Kakak dan Mami. InsyaAllah.

Barakallah fii umrik, Mijn Lieve Sienna.

Kincir angin menjadi salah satu ciri khas dari Belanda, sehingga mereka mendapat julukan negeri Kincir Angin. Apa kemudi...
19/03/2024

Kincir angin menjadi salah satu ciri khas dari Belanda, sehingga mereka mendapat julukan negeri Kincir Angin. Apa kemudian kegunaan kincir angin?

Kincir angin di Belanda memiliki banyak fungsi. Diantaranya adalah untuk mengevakuasi air tanah air dari lahan rendah (mencegah banjir), penghasil energi listrik, menggiling olahan makanan seperti biji-bijian dan tepung, dan penanda atau penyebar informasi.

Banyaknya kincir angin di Belanda, tentu memiliki alasan. Angin di Belanda cukup kencang, jadi pembuatan kincir angin di Belanda berdasarkan keadaan alam. Yang mana itu kemudian dimanfaatkan dengan baik.

Suasana pasar “kaget” di Belanda. Pasar seperti ini lokasinya berpindah-pindah tergantung hari. Misalnya hari Selasa di ...
18/03/2024

Suasana pasar “kaget” di Belanda. Pasar seperti ini lokasinya berpindah-pindah tergantung hari. Misalnya hari Selasa di lokasi A, hari Sabtu di lokasi B. Tetapi lokasi dan waktu selalu sama. Seperti contoh dalam gambar ini. Lokasi pasar ini berada di Kruisstraat, Eindhoven. Foto saya ambil ketika hari Sabtu. Jadi setiap hari Sabtu, akan selalu ada pasar kaget di Kruisstraat.

Apa saja yang dijual di sana? Bermacam-macam. Mulai bahan makanan seperti sayur, buah, roti, keju dan lain-lain. Hingga baju, peralatan sepeda, elektronik, dan lain sebagainya. Mirip pasar tradisional di Indonesia.

Manteman, s**a dengan konten video pendek dengan caption singkat berisi informasi seperti yang saya upload hari ini dan ...
18/03/2024

Manteman, s**a dengan konten video pendek dengan caption singkat berisi informasi seperti yang saya upload hari ini dan kemarin? Jika iya, Manteman bisa follow akun kedua saya Dimas and Imee, ya!

InsyaAllah di sana nanti saya akan lebih fokus membuat konten-konten serupa. Di sana saya juga akan upload ulang lagi beberapa tulisan atau konten lama, jadi Manteman yang baru ngikutin akun saya ini, nggak perlu scroll panjang untuk melihat tulisan-tulisan atau konten lama saya.

Saya juga ingin lebih fokus di akun satunya, karena mulai berkomitmen agak “beneran” untuk jadi konten kreator. Mohon dukungannya, ya 🙏🏻

Bierhoff, nama yang pertama kali saya baca di sepotong kaos bola warna merah hitam, yang dibelikan oleh Ibu dari Pasar K...
15/03/2024

Bierhoff, nama yang pertama kali saya baca di sepotong kaos bola warna merah hitam, yang dibelikan oleh Ibu dari Pasar Klewer Klaten sekitar 25 tahun lalu. Dengan nomor punggung 20, kaos pesepak bola dari Jerman itu kemudian sering saya pakai. Cuci kering pakai.

Itu adalah awal mula saya menyukai AC Milan. Seperti cinta kepada lawan jenis, menyukai tim sepak bola itu sifatnya awet, bahkan bisa abadi. Di beberapa negara dan bagi sebagian orang, bahkan sepak bola setara dengan agama.

Sepak bola kemudian jadi salah satu hobi saya, meskipun nggak jago karena memang nggak punya bakat dan malas latihan. Tetapi menyukai AC Milan, punya cerita berbeda. Istri sendiri paham, bahwa saya mencintai AC Milan terlebih dulu daripada dia.

Tenang, dia tidak cemburu kok. Saat kuliah dulu, dia bahkan dengan senang hati menggunakan jersey AC Milan, kembaran dengan saya untuk menghadari acara yang diadakan himpunan jurusan.

Sampai dengan beberapa waktu lalu, hingga dia sendiri yang merencanakan agar saya bisa datang langsung ziarah ke stadion kebanggaan AC Milan, San Siro. Semua disiapkan dan direncanakan oleh istri.

Bahkan jauh-jauh hari, sebenarnya jadwal kunjungan kami ke Milan beberapa waktu lalu bertepatan dengan jadwal tanding AC Milan vs Lazio. Sayangnya, beberapa pekan sebelum bertanding, jadwal berubah. Impian saya nonton langsung pertandingan AC Milan pun urung terjadi.

Apesnya, pekan itu stadion justru akan dipakai rival sekota. Jadi saat kami berkunjung kemarin, semua hal di stadion tidak berwarna merah, tetapi warna biru khas tim onoh. Begitu penjelasan dari mbak-mbak Italia, yang jadi tour guide kami mengelilingi stadion.

Tetapi tak mengapa, setidaknya pengalaman bisa mengunjungi stadion legendaris ini bisa tercapai.

Bisa duduk langsung di tempat ruang ganti pemain, menginjak rumput stadion kelas dunia, dan melihat banyak hal tentang sejarah AC Milan langsung dari asalnya, adalah pengalaman tak terlupakan.

Apalagi, di tempat yang saya duduki dalam foto bersama anak-anak ini, menurut penuturan mbak-mbak Italia, itu adalah tempat duduk yang selalu ditempati Paolo Maldini, salah satu legenda terbesar AC Milan. Baik saat jadi pemain maupun direktur olahraga.

Dan, Maldini adalah salah satu pemain favorit saya sepanjang masa. Saya pernah bertemu langsung dengannya saat AC Milan pertandingan persahabatan melawan PSV Eindhoven di Philips Stadion dua tahun lalu. Ternyata, gantengnya asli. Mau bilang mirip saya nanti dihujat netijen.

Dah, skip, lanjut.

Bisa duduk langsung di ruang ganti pemain AC Milan, pasti bukanlah impian masa kecil anak 8 tahun yang dulu dibelikan jersey bola dari pasar, yang jelas bukan jersey original.

Impian anak itu dulu adalah sekadar jadi pemain bola. Tingkat kampung saja. Selain itu, bisa main bola dengan baik itu meningkatkan derajat di pergaulan bocil-bocil kampung seusia saya kala itu.

Tetapi ternyata, impian itu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Dan seringnya, semakin banyak hal yang sudah didapat, semakin sederhana impian-impian itu. Karena biasanya, impian awal itu seringnya terlalu tinggi dan malah menjurus halu.

Seperti saya, jika dulu impiannya ingin jadi pemain bola, sekarang cukup momong anak-anak di stadion bola. Yang dulu saya impiannya bisa naik mobil esemka, sekarang cukup menunggu waktu berbuka.

Ramadan puluhan tahun lalu saat di rumah Jombang, kami selalu menyambutnya dengan antusias. Momen ketika saya, adik, dan...
12/03/2024

Ramadan puluhan tahun lalu saat di rumah Jombang, kami selalu menyambutnya dengan antusias. Momen ketika saya, adik, dan kedua kakak menantikan saat berbuka, adalah yang paling dinantikan.

Pukul lima sore, Ibu mulai menyiapkan buka puasa dengan menggoreng tahu dan tempe, kemudian disajikan dengan petis. Sengaja Ibu melakukannya mendekati azan maghrib, karena kami putra-putrinya s**a sekali menyantap tahu dan tempe di saat masih panas. Fresh from the wajan.

Kali ini, Ramadan jauh di rantau hanya bisa menghadirkan petis yang langsung dibawa dari Jombang. Tahu dan tempe masih ada, tetapi rasanya jelas berbeda. Soal makanan, percayalah, meskipun di luar negeri banyak ditemukan makanan Indonesia, tidak ada yang lebih nikmat daripada makanan asli yang dibuat di Indonesia.

Suasana pun jelas berbeda. Tak lagi ada teriakan antusias saya dan si bungsu, karena berebut tahu dan tempe yang masih mengebul. Tak lagi ada acara tivi khas Ramadan yang bisa ditonton sambil menemani buka puasa.

Meskipun suasana Ramadan tahun ini tetap hangat karena bisa berkumpul dengan anak istri, juga ditambah mertua, tetap ada sesuatu yang berbeda.

Mengajarkan bahwa, setiap momen Ramadan wajib kita nikmati sebaik mungkin. Tahun depan bisa jadi akan berbeda, mungkin kita berpindah rumah karena berpindah pekerjaan. Beberapa tahun ke depan mungkin berbeda, karena anak-anak sudah besar dan merantau mengejar mimpi mereka.

Jadi, mari menjalani itu semua dengan nikmat dan penuh syukur, karena setiap Ramadan menyimpan momen yang berbeda.

“Bi, aku sekarang sudah tahu dan mantap ingin kelak di puncak karir ingin kerja dimana.”Istri tiba-tiba membuka pembicar...
09/03/2024

“Bi, aku sekarang sudah tahu dan mantap ingin kelak di puncak karir ingin kerja dimana.”

Istri tiba-tiba membuka pembicaraan saat selesai menidurkan si Adik. Pillow talk, rutinitas yang kami senangi sebelum tidur.

“Emang dimana?”

“Aku ingin kerja di sebuah tempat yang nantinya, aku bisa mengambil kebijakan yang berkaitan dengan bidang teknologi di Uni Eropa.”

Aku kemudian tersenyum. Cita-cita emaknya anak-anak ini sungguh tinggi sekali.

“Syaratnya pasti berat itu. Biar bisa mengisi posisi kayak gitu harus lulusan PhD kan?” tanyaku penasaran.

“Iya pasti. Juga harus punya pengalaman panjang bekerja di bidang teknologi.”

“Berapa tahun lagi kira-kira?”

“Ya nggak tahu. Tapi yang jelas belum dalam waktu dekat. Aku masih harus cari pengalaman, juga biar nunggu anak-anak agak besar, karena nanti bakal berat.”

“Kenapa lho beratnya?”

“Antara kita bisa pindah negara lagi atau aku bakal sering ditugaskan ke luar. Kasihan kalau anak-anak masih kecil.”

Aku kembali mengukir senyum. Aku tahu keinginannya bekerja di badan yang berkaitan dengan pembuat kebijakan seperti itu, tidak hanya soal semata karir. Tetapi lebih pada soal kebermanfaatan.

Dengan membuat kebijakan yang menyangkut maslahat umat manusia, berarti dia ingin berkontribusi bagi sesama. Karena bidang dan keahliannya adalah bidang teknologi, maka dia ingin memberikan sumbangsih ilmu yang telah dia pelajari bertahun-tahun itu.

Tetapi di luar itu semua, dia tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri. Dia tetap memikirkan bagaimana anak-anak dan suaminya. Dan tentu, dia selalu meminta izin, saran, dan menyerahkan semua keputusan akhir kepadaku. Sang suami.

***

Aku mulai mengenalnya sejak 14 tahun lalu, saat pertama bertemu di ospek jurusan. Aku senior sebagai panitia dan dia junior sebagai peserta. Segelintir wanita diantara puluhan lelaki yang masuk jurusan teknik elektro, apalagi dengan penampakannya, jelas dia tidak hanya mencuri perhatianku, tetapi juga cecunguk lainnya.

Enam bulan kemudian, saat tahu dia adalah peraih IPK tertinggi satu angkatannya di semester pertama, perhatianku mulai bertambah besar padanya.

Setelah akhirnya memenangi kompetisi melawan para cecunguk lain dan kemudian mengenal dia lebih dekat, aku tahu betapa besar potensi yang dia miliki.

Dia tidak cuma cerdas. Dia juga berkarakter dan tegas. Sesuatu yang kemudian membuatku mati-matian berusaha memantaskan diri. Karena aku tahu, mustahil aku bisa menjadikan dia jodoh, jika aku masih berkutat dengan kualitas yang begitu-begitu saja.

Karena itulah, aku bersepakat dengan diri sendiri untuk terus-menerus belajar, berusaha, dan bekerja keras sebaik mungkin agar bisa pantas menjadi pendampingnya.

***

14 tahun ternyata waktu yang singkat. Sungguh singkat.

Seperti baru kemarin saja, aku diam-diam membuntuti motor honda beat warna biru miliknya, setiap hari ketika dia p**ang dari kampus ke rumah. Hanya demi memastikan dia tiba di rumah dengan selamat.

Seperti baru kemarin saja, dia mengeluh dan merasa tidak mampu, saat seleksi menjadi asisten laboratorium telekomunikasi. Aku harus meyakinkannya berulang-ulang, hingga kemudian dia bisa percaya diri dan akhirnya berhasil.

Seperti baru kemarin saja, aku menemaninya menonton konser BigBang di Jakarta. Berangkat dari Malang naik bus, dengan aku dan driver saja sebagai kaum lelaki normal. Menunggu sendirian di pantai Ancol, sementara dia beserta ribuan VIP berada di arena konser.

Seperti baru kemarin saja, dia ragu bisa lulus dengan baik. Hingga kemudian dia sebagai junior hampir saja lulus mendahuluiku. Cumlaude, 3.5 tahun, dan IPK 3.87. Tertinggi dan tercepat sepanjang sejarah jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya yang telah berdiri lebih dari 30 tahun.

Seperti baru kemarin saja, kami diuji dengan hubungan jarak jauh sebelum menikah, saat dia menempuh studi S-2 selama setahun lebih. Taiwan-Indonesia.

Seperti baru kemarin saja, aku memutuskan resign dari pekerjaan mapan untuk menemaninya studi S-3. Karena dia tahu, dia tidak akan sanggup berangkat studi sendiri jika tidak didampingi oleh suaminya.

Seperti baru kemarin saja, dia diancam akan dikeluarkan dan dipecat oleh profesornya, karena dianggap tidak bisa fokus karena baru memiliki bayi. Ditambah LDR dengan Sierra yang baru berusia dua bulan. Kami menangis bersama hampir tiap hari.

Seperti baru kemarin saja, dia akhirnya lulus PhD dari salah satu universitas terbaik di Taiwan dengan predikat sangat memuaskan. Lulusan termuda untuk jenjang S-3 dan satu-satunya dari Faculty of Engineering sekaligus dari Indonesia ketika proses wisuda.

Seperti baru kemarin saja, dia hampir menyerah karena tidak kuat menghadapi tekanan bekerja di Belanda, yang disebabkan kami harus LDR kembali dengan Sierra.

Dan, seperti baru kemarin saja, dia kemudian diangkat menjadi pegawai tetap di perusahaan teknologi yang ada di Belanda. Kemudian memimpin banyak anak buah di kantor, para lulusan S-2 dan S-3 dari berbagai dunia. Semuanya laki-laki, dia satu-satunya wanita, akan tetapi dia adalah pemimpinnya.

Sungguh, betapa kami melewati banyak hal bersama-sama. Dan, untuk beberapa waktu ke depan, aku akan tetap dan selalu memperlakukannya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. InsyaAllah.

Sepertinya aku harus kembali mengambil beberapa kalimat lama ini, karena sampai kapanpun, kalimat yang aku buat untuknya ini akan selalu relevan.

Aku yang akan menyingkirkan batu dan kerikil yang menghalangi jalannya.
Aku yang akan menyediakan air ketika dia lelah berlari.
Aku yang akan menyiapkan payung ketika hujan memperlambat gerakannya.
Dan, aku yang akan menyiapkan meja dan kursi, untuknya berkarya mengubah peradaban.

Eindhoven, 9 Maret 2024.

09/03/2024
08/03/2024
07/03/2024

Cara salah satu negara terkaya di dunia dalam memberikan fasilitas kepada warganya.

Sebelum travelling ke suatu tempat yang menarik, saya dan istri biasanya sudah menyiapkan akan bikin video atau konten k...
02/03/2024

Sebelum travelling ke suatu tempat yang menarik, saya dan istri biasanya sudah menyiapkan akan bikin video atau konten khusus ala-ala konten kreator yang biasa kami follow. Tapi kemudian faktanya, sering sekali saat sudah berada di lokasi, kami justru tidak bisa membuat videonya.

Alasan pertama, membawa dua anak tentu fokus utama kami adalah anak-anak bisa nyaman dulu selama travelling. Kedua—ini yang paling sering—kami terlalu menikmati keindahan dan suasana tempat yang dikunjungi, sehingga terlupa konsep video yang akan dibuat. Yang berujung akhirnya, kami hanya mengambil foto-foto dan video sekadarnya saja.

Sepertinya memang, kami kurang berbakat menjadi konten kreator. Selain tidak bisa total dan fokus penuh, tujuan utama kami travelling sendiri adalah memang bukan untuk mencari konten, tetapi travelling memang adalah passion kami.

Sejak menikah, saya dan istri memang getol sekali jalan-jalan.

Mungkin sebagian teman-teman berpikir bahwa travelling itu cuma habis-habisin duit, nggak ada gunanya, nggak penting, dan cuma bisa dilakukan orang berduit banyak. Ya monggo jika berpendapat seperti itu, sah-sah saja.

Tetapi bagi kami yang alhamdulillah sudah diberi kesempatan travelling ke beberapa negara, kami tahu bagaimana cara travelling dengan biaya seminim mungkin.

Itinerary atau perencanaan perjalanan yang matang, bisa membuat kami dapat memperoleh harga tiket pesawat, penginapan, transportasi, hingga makan dengan harga yang sangat bagus.

Untuk mendapat kemampuan seperti ini, selain harus rajin membaca, riset, dan mencari banyak referensi, pengalaman memegang peranan kunci. Itulah yang kemudian bisa membuat kami menekan budget seminimal mungkin.

Bagi kami, travelling itu soal membuka wawasan baru. Apalagi, di tempat asing yang kita tidak tahu sebelumnya. Bertemu dengan orang dan keadaan baru, membuat kami berpikir bahwa dunia itu luas, tidak seputar apa yang kami pikir saja.

Inilah yang kemudian kami namakan investasi isi kepala. Investasi isi kepala tidak hanya dilakukan melalui pendidikan saja, tetapi juga melalui pengalaman-pengalaman, salah satunya melalui perjalanan atau travelling.

Ini yang kemudian saya dan istri sepakati, bahwa kami lebih memilih memprioritaskan tipe investasi seperti ini, daripada menabung uang, membeli tanah, atau bentuk investasi lain.

Karena investasi dalam bentuk pengalaman itu mahal sekali harganya. Apalagi, saat ini kami sudah memiliki dua anak. Selain untuk investasi pengalaman, mengajak anak-anak travelling sejak dini itu menarik sekali.

Mereka jadi terbiasa melakukan manajemen emosi sejak dini. Percayalah, travelling apalagi berbeda negara itu butuh ketahanan tak hanya fisik, tetapi juga mental.

Si Kakak, yang hari ini mengunjungi Italia, negara ke 13 yang sudah dia kunjungi, untuk anak seusianya, dia cukup tangguh. Tidak banyak rewel, tidak banyak mengeluh meskipun harus banyak berjalan, kehujanan, dan lain sebagainya.

Si Adik, yang sudah travelling ke 7 negara berbeda, alhamdulillah sudah ada bakat seperti kakaknya. Jarang sekali rewel. Hujan salju dan suhu dingin pun dia hadapi dengan santai.

Bagi kami yang utama soal travelling dengan anak-anak ini adalah, tentang bagaimana membuat memori indah sebanyak mungkin dengan mereka. Karena kami tahu, masa kami bersama mereka tidaklah lama.

Tahu-tahu mereka sudah besar. Tahu-tahu mereka sudah menikah dan akan meninggalkan rumah. Memikirkan hal itu, bagi kami menghabiskan uang untuk travelling bersama mereka, menjadi sesuatu hal yang remeh sekali.

Dengan travelling ini p**a, kami ingin membekali mereka dengan pemahaman, bahwa dunia ini sangat luas dengan keberagamannya yang luar biasa banyak. Semoga dengan modal ini, anak-anak kelak bisa melakukan hal-hal jauh lebih hebat dari kami.

Karena kami yakin, kelak mereka akan terbang tinggi dan jauh melampaui kami sebagai orang tuanya.

Begitulah, hanya itu yang bisa kami lakukan untuk anak-anak. Memberi bekal ilmu dan pengalaman, untuk kelak mereka bisa memutuskan sendiri kemana akan terbang dan melanglang buana.

Kami akan membebaskan mereka melangkah kemana saja, kecuali ke satu tempat: gorong-gorong.

Adres

Eindhoven

Meldingen

Wees de eerste die het weet en laat ons u een e-mail sturen wanneer Dimas and Imee nieuws en promoties plaatst. Uw e-mailadres wordt niet voor andere doeleinden gebruikt en u kunt zich op elk gewenst moment afmelden.

Video's

Delen



Dit vind je misschien ook leuk