10/08/2021
DI DLM DIRI MANUSIA
=====================
DZATULLAH nyatanya di diri, buktinya adalah sekujur badan, yang memangku keadaan, segala hal yang menyangkut keadaan pada wujud
SIFATULLAH nyatanya adalah rupa, rupa manusia tidak ada yang sama dengan manusia lainnya, hanya satu di alam dunia, tawilnya adalah ALLAH HANYA SATU.
ASMATULLAH yang bukti di badan adalah ;
KULIT, DAGING, TULANG, SUMSUM,
menjadi lafadz Asma Allah yaitu ;
ALIF – LAM – LAM – HA.
AF’ALULLAH yaitu geraknya wujud, semuanya diringkas kepada yang empat rupa, nyatanya Dzatullahi, yaitu perkataan, sebab perkataanlah yang menjadikan semuanya, yaitu keramaian Alam dhohir, adanya kemauan manusia, sehingga menjadi bukti dengan adanya gedung, rumah, mobil dll karena adanya bibit dari Dzat.
Dari Ibn Abbas r.a., dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam.
sabdanya :
_______________________________________________
“FIKIRKANLAH MENGENAI SEGALA APA YANG DI CIPTAKAN ALLAH, TETAPI JANGANLAH KAMU MEMIKIRKAN TENTANG DZAT ALLAH..”
Abu Dzar r.a., dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. sabdanya :
“FIKIRKANLAH MENGENAI SEGALA MAKHLUK ALLAH, DAN JANGANLAH KAMU MEMIKIRKAN TENTANG DZAT ALLAH, KARENA YANG DEMIKIAN MENYEBABKAN KAMU BINASA (DALAM KESESATAN)” FIKIRKANLAH OLEHMU SIFAT ALLAH DAN JANGAN KAMU MEMIKIRKAN AKAN DZAT-NYA.ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU ”
(Al-Fushilat : 54)
_______________________________________________
”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak disembah], yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian. Tak ada Tuhan melainkan Dia [yang berhak disembah] Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali-Imran:18)
_______________________________________________
“Wa kawa ‘Idul Imani, wajibul wajib”
Semua umat Allah wajib marifat, harus tahu kepada iman sejati, iman yang satu yaitu kepada DZAT MAHA SUCI.
SIFAT Laisa kamishlihi syaiun adalah JAUHAR AWWAL RASULULLAH, TANDA KENYATAAN ADANYA DZAT.
JAUHAR AWWAL RASULULLAH isinya adalah RUH ILMU RASULULLAH, yang Awwal Akhir di ciptakan oleh Allah.
Ainal yakin dengan Ilmu, supaya bisa p**ang, p**ang kembali kepada Dzat, hakikatnya manusia berasal dari Dzat, akan tetapi manusia tidak perlu tahu kepada Dzat, tetapi carilah utusan Dzat, yang disebut Jauhar Awwal Rasulullah, inilah jalan p**ang yang sempurna.
_______________________________________________
“Illa anna awalla’nafsah fardhu ‘ain”
Pertama hal ibadah adalah tahu kepada sejatinya hidup, sifat hidup harus di dapat, diri yang mana yang harus di cari? Apakah jasmani yang terlihat? Yang harus dicari adalah badan Ruhani atau Jiwa. Sejatinya syahadat adalah bibit segala rupa yaitu Jauhar Awwal [Ruh Ilmu Rasulullah] Samudra Ilmu dan Kehidupan.
_______________________________________________
“Ru’yatullahi Ta’ala fi dunya bi’ainil qolbi”
Melihat Hakikat Allah Ta’ala di Dunia oleh mata Baathin. Bila Qolbu manusia sudah dianugrahi Sifat Nur Ilmu Rasulullah, Qolbunya bisa dipakai untuk tempat melihat kepada Allah Ta’ala melalui mata Baathin karena sudah diberitahu oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah, sehingga bisa merasakan ni’mat dari Dunia sampai di Akhirat, sudah tidak merasakan berpisah dengan Sifat Nur Ilmu Rasulullah, lantaran wujud itu. Siang dan malam Qolbu ditempati oleh Sifat Nur Ilmu Rasulullah untuk melihat Allah Ta’ala, melalui jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma’rifat, Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih, Ushul Fiqih dan Ilmu Tasawuf.
_______________________________________________
“Ru’yatullohi Ta’ala bil akhiroti bi’ainil arsi”
Melihat Allah di Akhirat, tentu sama mata, tidak salah lagi, sebab sudah bersatu seperti gula dan manisnya.Wajib hukumnya mencari tahu diri, diri yang sejati, diri manusia, sebenar-benarnya diri.Cahaya empat rupa adalah ;
NARUN (Merah)
HAWAUN (Kuning)
MA’UN (Putih)
TUROBUN (Hitam)
yaitu badan ruhani ([jiwa), inilah yang harus ketemu, jasmani harus hilang, tapi jangan hilang tanpa sebab, hilangnya harus terganti oleh cahaya empat rupa (Sifat Nur Ilmu Rasulullah) hilangnya badan jasmani, harus terganti oleh badan ruhani.
_______________________________________________
Jas artinya adalah baju, mani adalah badan ruhani, baju adalah bungkus, bungkusnya ruhani, manusia tidak akan mendapatkan hasil, jika hanya mengetahui badan nyata saja, harus di buka dulu bajunya, supaya bisa ketemu dengan isinya, badan jasmani adalah hijabnya kepada Yang Maha Suci, jika tidak hilang wujudnya dulu, maka isinya tidak akan ketemu, diibaratkan kucing, maksud kucing hendak ngintip tikus keluar dari liangnya, tapi kucingnya diam di depan liang tikus, akhirnya tikus malah mati karena tidak bisa keluar, tentu saja tidak akan hasil, kucing diibaratkan jasad, tikus ibarat yang Latif, tidak akan ketemu jika rasa jasad tidak hilang.
_______________________________________________
Jika kucing menginginkan agar tikusnya keluar dari liang, tentu saja kucing harus pergi menjauhi liang tikus, barulah tikusnya keluar, sama seperti di diri manusia, jika ingin ma’rifat kepada Dzat Allah Ta’ala, harus merasa pasti, merasakan bahwa manusia tidak memiliki jasad. Rasa jasmani harus hilang, terganti oleh Rasa Rasulullah (SIFAT NUR ILMU) => Ladun Qolbin Salim => Ladunni => Hati yang selamat. Rasa ni’mat yang sejati (Ni’mat Islam, Ni’mat Iman) karena saking ni’matnya melihat kepada Dzat Maha Agung, tentu merasa hilang dunia dan jasmani (Iman Akhirat, Rasa Akhirat)
_______________________________________________
Ktahuilah Shalat sejatinya adalah ketika waktu Nafi Isbat bergulung, menerapkan Muhammad af’al. Ta’udz dan Bismillah untuk berlindung kepada Yang Maha Agung, disinilah adanya kebersamaan, yang empat bersatu, hilangnya dunia dan wujud, bertemu dengan wujud Agama, barulah dikatakan Islam jika sudah ketemu kepada sejatinya Agama/Ruh Samawi (Fitrah Agama) yaitu hidup manusia, tentu wajib hukumnya, untuk tahu kepada sejatinya Agama, agar ibadah menjadi sah, tahu bibit rukun Islam, rukunnya yang empat di badan:
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Penciuman
4. Perkataan.
yang ke lima adalah Rasa Rasulullah (penguasa RASA)
jadi hakikatnya shalat adalah wujud rupa diri.
“Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin“,
“Shalat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“.
barang siapa mengenal Tuhannya pastilah bodoh dirinya
IHKROM => MI’RAJ =>MUNAJAT => TUBADIL
Artinya adalah shalat sejati, syariatnya ada di Mekkah, ketika orang pergi Haji, hakikatnya ada di p**au Lombok yg bertempat Dijerowaru dn skalian tmpt tgalku.
IHKROM=> Bersiap-siap, menyiapkan tekad sebelum pergi, ibarat burung niat ingin terbang, sayapnya sudah dibentangkan tapi tidak dikepakkan.
MI’RAJ =>Jika sudah dengan terbang dan melayang, sudah meninggalkan Alam Dunia, lupa kepada Alam Dhohir.
MUNAJAT =>Sudah mau sampai ke Alam Baathin.
TUBADIL=> Sudah sampai kepada yang yang dituju, yaitu =>Baitullah suci, =>Baitullah sejati, bukan di Utara, bukan di Selatan, tidak di Timur dan di Barat (Billa haefin, Billa makanin)=> inilah yang di maksud hakikat Ka’bah atau Kubah =>rongga dada manusia Itiqod (tidak terkena rusak) kiblat nyawa yang sempurna yaitu Dzat Yang Maha Agung, sifatnya cahaya padang halus, terang benderang atau Jauhar Awwal Rasulullah, samudra ilmu dan hidup, kiblat waktu wafat. Bertemunya ASHHADU = Allah dan WA ASHHADU = Diri Manusia (Ghoib)
_______________________________________________
Sebab itu kiblat wafat wajib harus di ketemukan, jika tidak ketemu dikhawatirkan jadi gentayangan, nyawa tidak sampai kepada asalnya dahulu, pantas adanya Neraka yaitu siksaan diri, sebab tidak menemukan jalan p**ang yang sempurna, mumpung di dunia harus bersungguh-sungguh mencari jalannya wafat, agar nyawa bisa p**ang, BAB IBADAH sudah ada patokan yaitu Al-Qur’an dan Hadist, sudah mencukupi, tinggal bersungguh-sungguh menghafal dan prakteknya, kalau jalan mati, itu lain aturan, itu adalah penghujung, ujungnya harus wafat, yang ibadah dan yang tidak, semua manusia akan mengalami kematian, syariatnya sama, ada sekaratnya…
_______________________________________________
Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali r.a. menjawab, “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati dengan HAKIKAT KEIMANAN “.
_______________________________________________
Jika manusia yang ma’rifat, mutajilah sudah pasti, sebab menjirimkan Allah terlihat oleh mata kepala, yang berarti ada dua diri, Allah adalah NAFI ISBAT, ada Isbat hilang Nafi, ada Nafi hilang Isbat, Isbat adanya pasti, wujud jasmani, Nafi adanya Jiwa, untuk Nafi Isbat-nya harus tidak ada.
_______________________________________________
SIFAT NUR ILMU RASULULLAH adalah JAUHAR LATIF. Cahaya halus yang menghidupkan wujud manusia, matahari dalam wujud jagad shagir, yang tidak terlihat oleh mata kepala, dan hanya bisa di lihat dengan MATA BAATHIN.
_______________________________________________
AL–ILMU NURULLAH > Ilmu Sifat untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasulullah, Ilmu Sifat tidak akan samar, wangi bunga rose tidak akan tertukar dengan wangi bunga melati. ‘Ain > Iliyin tempat tertinggi yang bisa di capai oleh orang berilmu. Ilmu Ladunni/Ilmu Sifat, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan pengamalan, mulai dari mandi, shalat, wirid, baca Qur’an dll. Melalui jalan Syariat, Tharekat, Hakikat dan Mari’fat. Tuhan hanya bisa dikenal jika Dia sendiri berkehendak untuk dikenali. Sifat Nur Ilmu adalah kendaraan bagi baathin untuk sampai ke sisi-Nya, melalui Sifat Rasa Rasulullah. Tidak ada manusia yang bisa langsung ma’rifat kepada Allah Ta’ala, kecuali Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam melihat langsung dan berdialog dengan Allah Ta’ala ingat ini benar jgan sok bicara makin goblok nt jadinya sok pinter jadinya..
_______________________________________________
Sifat Nur Ilmu ini akan menerangi qolbu, baathin, hati dan ruh, Sirr nya berperan menyingkap tabir hakikat dan mengenal akan Allah Ta’ala. Hakikat akan diketahui apabila seseorang giat mendalami pengetahuan tentang hakikat melalui proses pengamalan, khalwat atau tirakat, muqarobah, mandi, sholat, wirid melalui bimbingan
Guru Mursyid= > Allah, Ilmu Ma’sum= > Ilmu Syafa’at yang bisa memisahkan unsur Sifat Malaikat (NURR) dan unsur Sifat Jinn (API) di dalam darah (Sifat darah ), seorang guru wajib menguasai 12 pan Ilmu, jika ilmunya tidak ma’sum, maka dikhawatirkan bangsa mahluk halus akan ikut-ikutan nyusup/masuk ke dalam pengamalan, sehingga seseorang itu tidak merasa bahwa di dalam dirinya sudah di tempati oleh Jinn, merasa berilmu padahal Jinn yang mengendalikan.
_______________________________________________
Sifat Nur Ilmu adalah cahaya yang menerangi hati dan mengeluarkannya dari kegelapan serta membawanya untuk menyaksikan sesuatu dalam keadaannya yang asli. Apabila cahaya atau latifah di diri sudah membuka tirai dan cahaya terang telah bersinar, maka mata baathin dapat memandang kebenaran dan keaslian yang selama ini disembunyikan oleh alam nyata. Semakin terang cahaya Illahi yang diterima oleh hati akan menambah jelas kebenaran yang dapat dilihatnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pandangan mata baathin yang bersumber dari Cahaya Awwal/Jauhar Awwal Rasulullah/Ruh Ilmu Rasulullah inilah yang dinamakan Ilmu Ladunni/Ilmu Sifat/Ilmu Syafa’at/Ilmu Shalat.