04/02/2022
Jika kamu rela ditampar, disakiti, dijadikan tong sampah emosi. Lalu merasa wajib menutupi kejahatan pasangan sambil tetap melayaninya siang malam. Kamu sesungguhnya tidak sedang taat pada agama... Kamu masokis.
Jika kamu merasa diharuskan untuk menyakiti, merugikan, bahkan menghancurkan diri sendiri hanya untuk membuktikan cintamu terhadap pasangan...
Lari! Lari dan jangan kembali lagi.
Itu manipulasi.
Kamu TIDAK PERLU membakar diri, hanya untuk menghangatkan orang lain. ๐
Jika kamu percaya Tuhan Maha Penyayang dan mewajibkan umatnya menjaga diri, kenapa kamu kontradiktif, alias kamu percaya juga pada penceramah yang ajarannya permisif terhadap kekerasan?
Coba telusuri lagi, mungkinkah ada yang belum "beres" dalam psikismu? ๐
Pelaku kekerasan memang harus dihentikan.
Namun, kamu juga harus membereskan bagian dari dirimu yang mungkin tanpa sadar selama ini turut "mengizinkan" kekerasan untuk terjadi.
Tanpa dibereskan terlebih dahulu... Maka, sampai kapanpun, kamu akan tetap berpotensi untuk terjebak dalam pola hubungan yang sama, selalu menjumpai kekerasan, walaupun sudah berganti-ganti pasangan.
Familiar dengan kasus semacam itu, kan?
Kaset baru, lagu lama.
Bertemu pasangan baru, eh hubungannya tetap menyedihkan.
๐
Mari beberes diri.
Hidup cuma sekali.