Mohamad Samsul Hadi

Mohamad Samsul Hadi Santri nDalem bagian korah-korah

24/12/2024

Inilah biografi singkat seorang perempuan yang terkenal dengan keilmuannya terkait fiqih kewanitaan. Nama lengkapnya ialah Sheila Hasina atau yang lebih akrab disapa Ning Sheila. Tak hanya alim dibidang ilmu fiqih, Ning Sheila juga merupakan seorang khafidzoh yang berhasil menghafalkan al Quran di usia 13 tahun.
Lahir di Kediri, 30 Januari 1997 beliau merupakan putri dari pasangan KH. Zamzai Mahrus dan Bu nyai Hannah. Dari jalur ayah, Ning Sheila merupakan duriyah dari pendiri pondok pesantren Lirboyo, sedangkan dari jalur Ibu garis keturunnya tersabung kepada Syekhona Kholil Bangkalan.
Dimasa muda, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ning Sheila melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Al-Ishlah Al-Ishom Jepara yang merupakan tempat belajar uminya dulu. Di Pondok Pesantren tersebut, Ning Sheila mulai menghafal Al-Quran, belajar kitab kuning, menghafal nadhom, dan yang lainnya. Ning Sheila juga sempat belajar di pondok pesantren hidayatul mubtadiin atau Lirboyo.
Setelah nyantri di berbagai daerah, Ning Sheila menikan dengan Gus Ahmad Kafabihi. Dan kini menjadi salah satu pengasuh di pondok pesantren al Bakoroh Lirboyo.

24/12/2024

Inilah biografi singkat salah satu ulama sepuh asal jawa timur yang sangat dihormati oleh banyak orang, baik dikalangan pesantren maupun di lingkungan pemerintahan. Nama lengkapnya ialah KH. Muhammad Anwar Mansur, lahir 1 Maret 1938 beliau meruapakan putra dari pasangan KH Manshur Anwar dan Bu Nyai. Hj. Salamah sekaligus cucu dari KH Abdul Karim pendiri pondok pesantren Lirboyo Kediri.
Dimasa muda beliau menuntut ilmu di berbagai tempat. Diantaranya yakni di pesantren yang diasuh oleh ayahnya sendiri yakni Pondok Pesantren Tarbiyatunnasyiin, Paculgowang, Jombang. Kemudian meneruskan ke Pondok Pesantren Tebuireng dan Pondok Pesantren Lirboyo.
Setelah selesai nyantri, beliau menikah dengan Bu Nyai Hj Mahfudzotin. Dan kini beliau lebih fokus membimbing para santri dan menjadi pengasuh pondok pesantren Lirboyo. Beliau juga menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur.

23/12/2024

Beliau ialah salah satu mubaligh yang sempat viral beberapa minggu yang lalu. Nama lengkapnya yakni Miftah Maulana Habiburrahman atau yang lebih akrab disapa Gus Miftah.
Beliau lahir di lampung timur 5 Agustus 1981, namun setelah dewasa, Gus Miftah hijrah ke Jawa dan berkuliah di UIN Sunan Kalijaga. Disana beliau tidak sampai selesai, hingga akhirnya berkuliah lagi di Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan berhasil meraih gelar S1.
Gus Miftah mengawali dakwahnya dari tempat-tempat hiburan malam, ceramahnya juga pernah viral saat beliau memberikan tausiyah disebuah club malam yang berada di bali.
Selain sebagai mubaligh yang berdakwah di berbagai daerah, Gus Miftah juga merupakan pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Jogjakarta.
Di era pemerintahan presiden Prabowo Subianto, Gus Miftah menjabat sebagai staf khusus presiden sebelum akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 6 Desember 2024.

21/12/2024

nilah salah satu tokoh cendikiawan muslim yang paling berpengaruh di Indonesia, beliau ialah Muhammad Ainun Nadjib atau yang lebih akrab di sapa Cak Nun. Beliau merupakan penggagas terbentuknya forum Maiyah, sebuah komunitas belajar bersama, bersholawat, berkesenian, dan lainnya.
Cak Nun atau Mbah Nun ini lahir di Jombang 27 Mei 1953. Merupakan salah satu putra dari pasangan Kyai Muhammad Abdul Latief dan Bu Nyai Chalimah. Dari garis ayahnya, kakek buyut Mbah Nun yaitu Kyai Imam Zahid adalah murid Syaikhona Kholil Bangkalan bersama dengan KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, dan KH Romly Tamim.
Mbah Nun juga dikenal sebagai budayawan, dimasa muda, setelah nyantri di pondok pesantren gontor, beliau hijrah ke jogja dan aktif di Persada Studi Klub, sebuah ruang studi sastra bagi penyair muda Yogyakarta yang di plopori oleh Umbu Landu Paranggi.

20/12/2024

Kajian matsnawi maknawi berdama ustadz M. Nur Jabir

19/12/2024

Inilah biografi salah satu Kyai muda yang saat ini sering viral di media sosial, beliau ialah Gus Kautsar pemiliki nama lengkap Muhammad Abdurrahman al Kautsar. Lahir di Kediri 22 November 1985 Gus Kautsar merupakan putra salah satu pengasuh pondok pesantren al Falah Ploso, yakni KH Nurul Huda Djazuli. Gus Kautsar juga dikenal sebagai salah satu guru dari Gus Iqdam pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah.
Dimasa muda Gus Kautsar mendalami ilmu agama di komplek pondok pesantren yang di asuh oleh ayahnya sendiri, yakni pondok pesantren al Falah Ploso. Sebagai putra Kyai, tidak menjadikan Gus Kautsara mendapatkan perlakuan yang Istimewa. Bahkan beliau mendapatkan pendidikan yang keras dari ayahnya.
Selesai nyantri, Gus Kautsar kemudian menikah dengan Ning Jazillah Annahdliyah yang merupakan putri dari KH Abdul Hamid Baidlowi Lasem. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai seorang putri yakni Ning Chasna Nayluver, dan seorang putra yakni Gus Nayef Sambudigdo.
Kini selain aktif membimbing para santri di pondok pesantren al Falah Ploso dan kerap berdakwah di berbagai daerah. Gus Kautsar juga menjabat sebagai pengurus PWNU Jawa Timur.

15/12/2024

Inilah pejalanan Buya Syakur dalam menuntut ilmu pada masa muda, sehingga beliau dikenal sebagai cedikiawan muslim ternama di Indonesia. Bahkan, Buya Syakur ini merupakan salah satu ulama yang menguasai beberapa Bahasa diantaranya ialah Bahasa Arab, Inggris, Jerman, dan Prancis.

Lahir di Indramayu 2 Februari 1948, nama lengkapnya ialah Abdul Syakur Yasin. Sebelum mendirikan dan menjadi pengasuh pondok pesantren Cadangpinggan, Buya Syakur terlebih dahulu menuntut ilmu di berbagai tempat.

Di masa muda, setelah selesai menuntut ilmu di pondok pesantren babakan ciwaringi cirebon, beliau melanjutkan berkuliah di kairo mesir. Buya Syakur juga berkuliah di Libiya, Tunisia, dan London.

Pada tahun 1991 Buya Syakur kembali ke Indonesia. Beliau aktif berdakwah di berbagai tempat, hingga kemudian mendirikan pondok pesantren cadangpinggan. Namun, diusia 75 tahun, tepatnya yakni pada tanggal 17 Januari 2024 Buya Syakur wafat, beliau meninggalkan seorang istri yakni Bu Nyai Zainab Al-Huda serta Dua anak, yakni Hasyimi Robit Ibdal dan Khozainu Rohmati Robbi Dawud Awwab.

13/12/2024

Siapa yang tak kenal dengan Maulana al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Dan inilah kisah masalalu beliau saat masih muda.

Saat ini beliau dikenal sebagai salah satu ulama tasawuf yang aktif membimbing jamaah thariqoh, Habib Luthfi juga merupakan ketua majelis sufi dunia.

Dimasa muda, beliau sangat disiplin dalam menuntut ilmu. Sebelum nyantri di beberapa pesantren, misalnya seperti di pondok pesantren Benda Kerep, Cirebon, Jawa Barat. Nyantri di Kiai Said Tegal, dan di Kiai Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas bin Ali, Purwokerto. Beliau memperoleh pembelajaran dasar ilmu agama dari ayahnya sendiri, yakni Habib Ali al Ghalib.

Selesai nyantri di berbagai daerah, Habib Luthfi menikah dengan Syarifah Salma bin Hasyim bin Yahya. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai lima orang anak yang bernama Syarif Muhammad Bahauddin, Syarifah Zaenab, Syarifah Fathimah, Syarifah Ummi Hanik, dan Sayyid Muhammad Husain Syarif Hidayatullah.

10/12/2024

Inilah kisah masa muda KH. Akhmad Chalwani ulama sepuh asal Purworejo Jawa Tengah. Saat ini beliau merupakan mursyid thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsabandiyyah, juga sebagai pengasuh pondok pesantren An-Nawawi Purworejo. Kyai Chalwani juga bagian dari Jamiyah Ahlith Thariqah Al Mutabarrah An nahdliyah yakni sebagai anggota Majelis Ifta’ Wal Irsyad.
Lahir 19 Desember 1954 Beliau ialah salah satu putra dari KH. Muhammad Nawawi, pada masa kecil beliau sudah di didik ilmu agama oleh ayahnya sendiri. Hingga kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren Al Munawir Krapyak Jogjakarta dan pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri. Kyai Chalwani juga merupakan alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, beliau sempat menjadi anggota DPD mewakili provinsi Jawa Tengah di tahun 2004.
Kini, Kyai Chalwani lebih fokus membimbing santri di pondok pesantren an Nawawi, di temani oleh Istrinya yakni Bu Nyai Hj. Siti Sa'adah yang merupakan putri dari KH. Ahmad Abdul Haq Dalhar Watucongol Magelang.

10/12/2024

Inilah kisah masa lalu Buya Kafah, pemilik nama lengkap KH. Abdullah Kafabihi Mahrus. Salah satu pengasuh pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri.
Pada masa muda beliau sempat mendalami ilmu umum, namun sebagai putra Kyai dari kalangan pesantren beliau pun akhirnya memutuskan untuk mendalami ilmu agama.
Buya Kafah merupakan santri kinansih dari KH. Dimyati Rois Kaliwungu Kendal. Semasa menjadi santri, beliau sudah di prediksi jika kelak Buya Kafah akan menjadi pengasuh pesantren.
Setelah menikah pada tahun 1985 dengan Bu Nyai Azzah Nurlaila, Kini Buya Kafah menetap di lingkungan pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo. Dan di karuniai beberapa putra putri, diantaranya yakni Ning Arwa Fatimah Azzahra, Gus Muhammad Kafabihi, Ning Aisyah Annajwa, Gus Ahmad Kafabihi, Ning Zainab, Ning Khodijah, Gus Abdurrahman Kafabihi, dan Ning Shofia Assalma.

05/12/2024

Innalillahi, selamat jalan syekh. 🤲

Matursuwun Pondok Pesantren Al Rizqi Babakan. Lain waktu semoga bisa lanjut silaturahmi lagi dengan suasana yang lebih s...
25/11/2024

Matursuwun Pondok Pesantren Al Rizqi Babakan. Lain waktu semoga bisa lanjut silaturahmi lagi dengan suasana yang lebih seru, lebih ganyeng.

15/11/2024

Secara statistik, Jepang memang lebih diunggulkan. Tapi firasatku kok Indonesia menang yah lur.
Skor 2-0 untuk timnas.
Piye, masuk ora lur?

Jembatan ini adalah akses menuju Desa Sangkanjaya, sehingga hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda m...
13/11/2024

Jembatan ini adalah akses menuju Desa Sangkanjaya, sehingga hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda motor saja.

Desa Sangkanjaya ini juga sempat dijuluki sebagai desa milyader. Tak lain sebab hampir seluruh bangunan rumahnya bagus-bagus dengan gaya modern.

Makbaroh Kie Gede SebayuAlfatehah 🤲🤲🤲
10/11/2024

Makbaroh Kie Gede Sebayu
Alfatehah 🤲🤲🤲

Ki Da'an, seorang kiai kampung yang dikenal dengan panggilan Mbah Da'an, sangat dihormati di lingkungannya. Beliau memil...
08/11/2024

Ki Da'an, seorang kiai kampung yang dikenal dengan panggilan Mbah Da'an, sangat dihormati di lingkungannya. Beliau memiliki kecintaan yang mendalam terhadap para habaib, yang membuat banyak habaib sering bersilaturahim ke rumahnya.

Rumah beliau di Kademangan, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal, selalu dipenuhi lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dan pujian kepada Allah serta Rasulullah melalui syair maulid Nabi SAW. Banyak ulama dan tokoh masyarakat yang datang untuk bersilaturahim atau memohon doa dari beliau.

Walaupun sudah berusia lanjut, Kiai Da'an tetap aktif menghadiri berbagai acara keagamaan warga, seperti peringatan Haul dan Maulid Nabi SAW, dengan semangat yang tak pernah surut.

Beliau adalah murid dari KH Said bin Syekh Armia Giren-Talang, Tegal. Bahkan, ada yang menyebut bahwa KH Said belajar kecintaan kepada dzurriyat Nabi SAW dari Ki Da'an.

Dalam setiap tausiyahnya, Ki Da'an selalu menekankan pentingnya mencintai Ahlul Bait Nabi SAW.



Mbah Panggung is known as an authoritative scholar who spread Islam in the region that is now Tegal City, long before th...
06/11/2024

Mbah Panggung is known as an authoritative scholar who spread Islam in the region that is now Tegal City, long before the city was formed. His life story has various versions spread through oral stories of the key holders.

One of the narrated versions mentions that Mbah Stagung lived between the 4th and 6th centuries. His real name is Sheikh Abdurrahman. Like many other scholars who come to Java Island to preach, Mbah Panggung is originally from Jazirah and first arrived on an uninhabited island that is now known as Kalurahan Panggung in the District of Tegal Timur.

Mbah Panggung lives on the island and preaches until the end of his life. His grave is now visited by thousands of people every Syakban Month in haul events and recitations to remember his death. Mbah Stage's name is taken from his residence which is a coral island in the middle of the sea, separate from Java Island. Because the island is above the sea level resembles a stage, it is also called as Mbah who lives on the stage.

The struggle of Mbah Panggung in spreading Islam is not easy. At the beginning, he personally delivered the sermon to everyone. Mbah Panggung also has to row a boat to the coast that is now in the Tegal City area. His preaching even reached Brebes County.

Besides using a personal approach, Mbah Panggung also mingles with the community in everyday activities, such as farming. The strong influence of animism and dynamism at that time does not make Mbah Stage to act harsh. He chooses to preach with gentleness and lead by example.

At the time when many people start to come to study, Mbah Paggung had time to set up a fight. However, there is no remains to indicate the whereabouts. Besides being known as Sheikh Abdurrahman, he is also referred to as Sheikh Malang Sumirang in other versions. Sheikh Malang Sumirang is believed to be from the Sultanate of Demak, before eventually spreading Islam in the Tegal region which was still a dense forest at that time. The name 'Grand Stage' is also considered to come from the presence of trees with large branches known as the terms pang and agung.



Mbah Panggung dikenal sebagai ulama berwibawa yang menyebarkan agama Islam di wilayah yang kini menjadi Kota Tegal, jauh sebelum kota ini terbentuk. Kisah hidupnya memiliki berbagai versi yang tersebar melalui cerita lisan dari para juru kunci.

Salah satu versi yang diceritakan menyebut bahwa Mbah Panggung hidup pada masa antara abad ke-4 dan ke-6. Nama asli beliau adalah Syekh Abdurrahman. Seperti banyak ulama lainnya yang datang ke Pulau Jawa untuk berdakwah, Mbah Panggung berasal dari Jazirah Arab dan pertama kali tiba di sebuah pulau tak berpenghuni yang sekarang dikenal sebagai Kelurahan Panggung di Kecamatan Tegal Timur.

Mbah Panggung tinggal di pulau tersebut dan berdakwah hingga akhir hayatnya. Makamnya kini ramai diziarahi ribuan orang setiap Bulan Syakban dalam acara haul dan pengajian untuk mengenang wafatnya. Nama Mbah Panggung diambil dari tempat tinggalnya yang berupa pulau karang tinggi di tengah laut, terpisah dari Pulau Jawa. Karena pulau ini berada di atas permukaan laut menyerupai panggung, beliau pun dijuluki sebagai Mbah yang tinggal di panggung.

Perjuangan Mbah Panggung dalam menyebarkan Islam tidaklah mudah. Pada awalnya, beliau menyampaikan dakwah secara personal kepada setiap orang. Mbah Panggung juga harus mendayung perahu ke pesisir yang kini masuk dalam wilayah Kota Tegal. Dakwahnya bahkan sampai ke wilayah Kabupaten Brebes.

Selain menggunakan pendekatan pribadi, Mbah Panggung juga berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan sehari-hari, seperti bertani. Kuatnya pengaruh animisme dan dinamisme saat itu tidak membuat Mbah Panggung bersikap keras. Beliau memilih berdakwah dengan kelembutan dan memberi teladan.

Pada masa ketika banyak orang mulai datang untuk belajar, Mbah Panggung sempat mendirikan sebuah padepokan. Namun, tidak ada peninggalan yang menunjukkan keberadaan padepokan tersebut.

Selain dikenal sebagai Syekh Abdurrahman, beliau juga disebut dengan nama Syekh Malang Sumirang dalam versi lain. Syekh Malang Sumirang dipercaya berasal dari Kesultanan Demak, sebelum akhirnya menyebarkan Islam di wilayah Tegal yang pada waktu itu masih berupa hutan lebat. Nama ‘Mbah Panggung’ juga dianggap berasal dari keberadaan pohon-pohon dengan ranting besar yang dikenal dengan istilah pang dan agung.



The Mental Monument in Tegalrejo, Magelang, erected by Kiai Chudlori during the early establishment of the Tegalreja Dor...
05/11/2024

The Mental Monument in Tegalrejo, Magelang, erected by Kiai Chudlori during the early establishment of the Tegalreja Dormitory Boarding House Islamic College (API) It is located around the grave area of Kiai Chudlori.

It is narrated that Kiai Chudlori built this monument after having a dream of meeting Sheikh Abdul Qodir Jaelani. On the monument is written the sentence Heart of Sutji is the Foundation of Eternal Life.

Kiai Chudlori is a religious scholar of Tegalrejo village who founded the Tegalarejo API Pesantren on September 15, 1944. He is known as a persistent person in tirakat and mujahadah. Through his efforts, this boarding house is growing rapidly, attracting students from various areas. One of the students who ever learned from Kiai Chudlori is Abdurrahman Wahid, or better known as Gus Dur.



Tugu Mental di Tegalrejo, Magelang, didirikan oleh Kiai Chudlori pada masa awal berdirinya Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo. Letaknya berada di sekitar area makam Kiai Chudlori.

Dikisahkan bahwa Kiai Chudlori membangun tugu ini setelah mengalami mimpi bertemu dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani. Pada tugu tersebut tertulis kalimat Hati Sutji adalah Dasar Hidup Abadi.

Kiai Chudlori merupakan seorang ulama asal desa Tegalrejo yang mendirikan Pondok Pesantren API Tegalrejo pada tanggal 15 September 1944. Beliau dikenal sebagai pribadi yang tekun dalam tirakat dan mujahadah. Melalui usahanya, pondok pesantren ini berkembang pesat, menarik santri dari berbagai daerah. Salah satu santri yang pernah belajar dari Kiai Chudlori adalah Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.



Address

Tegal

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Mohamad Samsul Hadi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share