
12/04/2025
"Malam itu, kabut tebal menggulung Gerbang Selatan.
Di tengah sunyi, seorang pemuda bernama Tegar melangkah perlahan.
Ia tidak membawa pedang, tidak membawa pasukan.
Yang ia bawa hanyalah sebuah janji... janji yang dibuat bertahun-tahun lalu.
Untuk tetap setia, bahkan saat semua orang telah menyerah.
Di hadapan gerbang tua yang hampir runtuh, Tegar berlutut, menyentuhkan tangan pada tanah yang pernah ia janjikan untuk lindungi.
'Aku di sini,' bisiknya pelan, 'dan aku tidak akan pergi.'
Kabut menelan bayangannya. Tapi sumpahnya bergema abadi, menembus zaman."
Langkah Terakhir di Gerbang Selatan
Tegar berdiri sendirian di depan Gerbang Selatan, tempat di mana ribuan prajurit Aruna pernah berbaris gagah. Malam itu, kabut turun tebal, menyelimuti batu-batu tua dan membuat segala sesuatu tampak samar.
Di tangannya, Tegar menggenggam pedang warisan ayahnya — seorang prajurit yang gugur membela Benteng Merpati bertahun-tahun silam. Hari ini, ia tidak datang untuk berperang. Ia datang untuk mengakhiri janji yang belum sempat ditepati.
"Ayah..." bisiknya pelan, matanya menatap gerbang yang retak itu, "Aku kembali. Untuk membayar janji kita."
Langkahnya perlahan menembus kabut. Setiap ayunan kaki terasa berat, seolah tanah sendiri mencoba menahannya. Di balik gerbang itu, hanya ada kenangan pahit dan bisikan para arwah yang gugur.
Tegar meletakkan pedang di tengah jalan, di atas batu yang dingin. Ia berlutut, menundukkan kepala.
"Untuk semua yang memilih setia... aku bersumpah, kisah kalian tidak akan hilang."
Dari kejauhan, cahaya samar menembus kabut — seolah para leluhur menyambut sumpahnya.
Malam itu, Gerbang Selatan tidak lagi terasa sunyi. Ia hidup kembali lewat tekad seorang anak muda bernama Tegar, yang menolak membiarkan sejarah terkubur dalam diam.
TAMAT....
➡️ Follow akun ini untuk kelanjutan sejarah yang belum pernah kau dengar sebelumnya!
"