Kata Sebelum Tidur

Kata Sebelum Tidur Curahan hati dari beberapa kumpulan fakta menenarik yang terjadi di sekitar kita semua yang menarik

08/11/2022
23/10/2022
Tul
21/10/2022

Tul

"Jangan putus asa dan jangan pernah kehilangan harapan karena Tuhan selalu berada di sisimu."
09/05/2022

"Jangan putus asa dan jangan pernah kehilangan harapan karena Tuhan selalu berada di sisimu."

Stop konsumsi daging anjing  no. 18/2021 anjing bukan pangan #  no. 18/2009 jo UU no. 41/2014 #  95/2012 #  mengkonsumsi...
12/03/2022

Stop konsumsi daging anjing
no. 18/2021 anjing bukan pangan #
no. 18/2009 jo UU no. 41/2014 #
95/2012 #
mengkonsumsi daging anjing... Rabies, E. Coli, Salmonella, Kolera, Trichinellosis #
kesehatan untuk mc MITOS karna bukan pangan #
#70% penyakit baru pada mc berasal dari hewan... Info FAO #

PRASANGKAKatanya sakit, tapi kok keluyuran~ mungkin dia terpaksa keluar rumah karena anaknya butuh makan dan tidak ada y...
12/03/2022

PRASANGKA

Katanya sakit, tapi kok keluyuran
~ mungkin dia terpaksa keluar rumah karena anaknya butuh makan dan tidak ada yang bisa diminta bantuan.

Katanya sibuk tapi koq ONLINE
- mungkin dia sedang membalas chat yg penting dari anaknya, orgtuanya atau saudaranya. Atau rekan bisnisnya.

Katanya gak punya uang, tapi kok bisa liburan, makan di restoran, pakai baju mahal
~ mungkin ada yang membiayai perjalanannya, mentraktir makan dan menghadiahinya pakaian mahal

Ibadah kok pamer!
~ eh tahu nggak, ada banyak sahabat mayanya terinspirasi untuk melakukan hal yang sama setelah membaca kisahnya

Sediakan ruang yang luas dalam hatimu untuk berprasangka baik..
Siapkan berjuta alasan untuk berprasangka baik pada sesama.

20/01/2022

Jangan sering marah ya ,... Itu gak perlu

24/03/2021

Repost : Valentino II

Gerimis (Cerita Pendek)PenulisRaditya DikaAug 22, 2020·10 min readTokoh utama kita bernama Alfred, atau sebagaimana tema...
23/03/2021

Gerimis (Cerita Pendek)

Penulis
Raditya Dika

Aug 22, 2020·10 min read

Tokoh utama kita bernama Alfred, atau sebagaimana teman-temannya memanggilnya: Kampret. Di antara pertemanan sesama cowok, memang ada kecenderungan membuat nama keren yang susah-susah dikasih oleh orang tua menjadi lebih culun. Di SD dia dipanggil Alfred, di-SMP, dia dipanggil Kepret, baru di SMA dia dipanggil Kampret. Nama ini terbawa terus sampai sekarang, saat dia sudah kerja di sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta.
Anehnya, ketika temannya berkunjung ke rumah dan bertemu orang tuanya, temannya bilang, ‘Kampret ada, Om?’ Bapaknya Alfred malah menjawab, ‘Oh ada tuh di dalam.’ Seolah mengamini bahwa anaknya sejenis kelelawar pemakan buah.
Alfred adalah sosok pria yang ketika kamu berpapasan di supermarket, kamu tidak akan pernah ingat sama sekali kamu pernah papasan dengannya. Dia adalah orang yang biasa saja. Berbaur dengan keramaian. Menyatu dengan oksigen.
Tidak ada yang tahu bahwa dia punya bekas luka di tangan kanannya, hasil dari bermain di comberan ketika kelas enam SD. Tidak ada yang tahu dia s**a baca novel detektif. Alfred adalah tipikal orang yang tiap kali dia potong rambut, tidak ada satupun orang yang sadar, sampai rambutnya panjang lagi.
Sekarang, Alfred sedang patah hati.
Di tengah pandemi seperti ini, ternyata ada yang lebih buruk di tahun 2020 bagi Alfred. Dia baru saja diputusin oleh pacarnya selama lima tahun belakangan ini. Nama perempuan itu adalah: Lisa. Tempat terjadinya pemutusan secara tidak berkepripacaran itu adalah di kamar Alfred, pukul 11 malam. Alfred baru saja selesai menonton episode terakhir dari drama korea Hai Bye Mama. Handphone-nya berbunyi.
Isinya Whatsapp sederhana dari Lisa: ‘Aku rasa sudah waktunya kita selesai.’ Dengan polos Alfred membalas, ‘Selesai apa?’ ‘Selesai. Kita harus akhiri cerita cinta ini.’ Lisa mutusin Alfred dengan bahasa yang sangat baku, seolah dikutip langsung dari lagu cinta yang ramai di radio.
Respon Alfred saat itu biasa saja. Dia hanya bilang, ‘Ya sudah kalau kamu maunya begitu.’ Sesungguhnya dia sudah melihat ini akan terjadi. Seperti mengendarai sebuah mobil, dia sudah bisa melihat dari jauh kalau lampu lalu lintas akan menjadi warna merah. Alfred hanya tidak menyangka waktunya secepat itu.
Dia sudah punya feeling, karena setiap kali dia meminta ketemu dengan Lisa, Lisa tidak mau. Alasan Lisa, sekarang kan lagi pandemi, nanti kamu bawa virus. Bahkan ketika Alfred menawarkan untuk swab test, seharga seperlima dari gajinya setiap bulan, Lisa masih tidak mau. ‘Jangan,’ kata Lisa. ‘Siapa tahu swab test-nya salah.’ ‘Lah namanya swab test kok bisa salah?’ tanya Alfred ‘Yah, namanya manusia tidak luput dari kesalahan,’ begitu ucap Lisa.
Anehnya, Lisa masih nongkrong sama teman-temannya. Update di story instagram dengan teman yang lain, tanpa masker, pakai stiker Good Vibes Only, atau I Love Friday. Postingan tersebut juga tidak di close friend, yang membuat Alfred bertanya-tanya, kenapa Lisa tidak berusaha menyembunyikan hal tersebut dari dirinya. Seolah ada sinyal yang dia mau berikan. Seolah Lisa mau bilang, ‘Gue emang gak mau ketemu lo lagi.’
Tapi ya sudahlah, mungkin hubungan dia dan Lisa harus berakhir, begitu pikir Alfred. Walaupun lima tahun rasanya waktu yang terlalu lama untuk diakhiri dengan sebuah kalimat sederhana.
Ketika diputusin, Alfred tidak nangis. Tidak, dia hanya duduk, memeluk bantal Iron Man kes**aannya, lalu tidak merasakan apa-apa. Aneh ya, bagaimana putus cinta biasa digambarkan dengan perasaan yang sangat sakit, tapi kali ini yang terasa justru sebaliknya: hampa.
Seperti seseorang yang baru saja dipukul di kepala, mungkin respon pertamanya adalah kok gak sakit ya, eh tiba-tiba gelap aja. Pingsan di tengah jalan. Itu yang terjadi. Tepat lima jam setelah diputusin, badai memori menabrak pikiran Alfred. Dia menangis hingga dia tidak mengenali suaranya sendiri.
Alfred menangis cukup keras untuk ukuran laki-laki 24 tahun. Alfred masih tinggal dengan orangtuanya, dan orangtuanya mendengar suara tangisan itu dari kamar mereka. Bapaknya mengetuk pintu kamar, membukanya, dan bertanya, ‘Nak, kamu kenapa?’
Bapak Alfred melihat anaknya duduk di atas kasur. Selimut berantakan. Air mata membasahi pipinya. ‘Gak kenapa-napa,’ kata Alfred, sambil buru-buru menghapus pipinya yang basah kuyup.
Bapak Alfred langsung memeluk anaknya erat, dan dalam pelukannya, sambil melihat laptop yang masih terbuka, dia berbisik kepada Alfred, ‘Papa ngerti kok nak, emang endingnya Hai Bye, Mama sedih banget.’
Alfred, yang enggan membenarkan salah paham ayahnya, malah menjawab, ‘Aktingnya Kim Tae-hee emang bagus banget di situ, Pa.’
Satu bulan setelah putus cinta. Alfred pelan-pelan mencoba untuk beraktivitas kembali. Alfred mulai menerima kenyataan bahwa dia di-unfollow oleh Lisa di Instagram, sebuah konfirmasi bahwa dia memang benar diputusin. Karena, di zaman sosial media seperti sekarang ini, putus cinta baru sah jika semua foto dengan mantan telah dihapus, dan akun kita telah di-unfollow. Sebelum itu terjadi, masih ada harapan untuk terjadi keajaiban.
Alfred juga sudah mulai menerima kenyataan untuk memasukkan semua barang dari Lisa ke dalam kotak kardus coklat, dan menyimpannya di pojok kamar. Alfred perlahan sudah bisa menerima, bahwa dia harus melanjutkan hidupnya. Alfred juga tahu, di antara hal yang bikin nyesek seperti ini, dia masih bisa bersyukur: di tengah pandemi dia masih bisa WFH dari kantor, tabungannya cukup, dan keluarganya semua sehat. Tidak semua orang seberuntung dia.
Satu hal yang bikin Alfred susah move on: gerimis. Dalam setahun pertama mereka pacaran, Alfred pernah mengantarkan Lisa pulang, saat itu sedang ada gerimis. Lisa bilang kepada Alfred, ‘Aku s**a gerimis. Pas aja gitu, belum sampai hujan yang bikin orang kedinginan, tapi udah tidak mendung yang bikin orang muram. Gerimis itu hawa yang pas buat aku.’
Alfred membalas pada saat itu, ‘Gerimis juga saat yang tepat untuk jatuh cinta.’
‘Ih apa sih, norak,’ kata Lisa saat itu, padahal senang dalam hati. Di bawah gerimis sore itu, di dalam mobil Alfred, api di dada mereka berdua terasa begitu hangat.
Tiga bulan setelah putus, Alfred masih belum mau menyetir mobil ketika mendung. Dia tidak ingin ada di tengah gerimis dan semua memori malam itu luber keluar tanpa kendali. Di saat ini juga Alfred melihat sebuah iklan sederhana dari postingan seorang temannya: drive in cinema. Nikmati pengalaman nonton di layar besar, film-film di bioskop dari dalam mobil. Alfred sudah kangen sekali menonton film layar lebar, dan nonton di dalam mobil adalah solusi yang paling masuk akal di tengah pandemi seperti ini.
Alfred berencana membawa mobilnya, Toyota Corolla tahun 2008 yang dia dengan bangga beli dengan tabungannya sendiri. ‘Biar bekas, yang penting tidak ngutang,’ kata Alfred setelah berjabat tangan dengan pemilik sebelumnya. Ketika Alfred menutup pintu mobil itu, ingatan terhadap Lisa kembali terjadi. Sekelebat, memori antar-jemput Lisa dari kantor ke rumahnya hampir setiap hari, terngiang kembali di kepalanya. Air matanya, tidak dia sadari, kembali menggenang. Di luar, Ibu Alfred yang sedang membaca buku di teras rumah, melihat anaknya menangis. ‘Pa, kata ibunya, memanggil bapaknya.’ ‘Ya, Ma,’ kata bapaknya menghampiri. ‘Kayanya Alfred harus ngurangin nonton drama Korea, deh.’ Bapaknya mengangguk setuju.

Mobil Alfred menembus jalanan yang ramai, seolah tidak ada pandemi yang sedang terjadi. Dia memasukkan mobil di tengah mobil-mobil lain. Seorang karyawan drive in datang membawa popcorn. Aroma jagung bakar yang sudah enam bulan itu tidak dia hirup. Ternyata, hal-hal kecil seperti ini yang dia rindukan. Maklum, dua minggu sekali, dia pergi bersama Lisa ke bioskop.
Film yang bermain hari itu adalah Grease, sebuah film tahun 1978. Alfred menyandarkan kursinya. Dia melihat film tersebut bermain. Pikirannya justru mengawang-awang. Dia tidak menyimak. Gambar yang bermain di depannya terlihat hanya seperti potongan-potongan adegan tanpa arti, karena pikiran sibuk berjalan sendiri. Dia berandai: kalau gue masih pacaran, Lisa mungkin ada di sebelah gue.
Di tengah-tengah film, tiba-tiba pintu kacanya diketuk.
Alfred menoleh ke arah kaca.
Jantung Alfred berhenti dua detik, saat dia tahu yang mengetuk adalah Lisa. Lisa mengernyitkan alisnya, dia terlihat gusar. Lisa buru-buru ke arah pintu penumpang, dia mencoba membukanya, tapi pintu masih terkunci.
‘Buka kuncinya,’ kata Lisa.
Alfred masih bengong.
‘Buka kuncinya, Fred.’
‘Iya,’ kata Alfred, ngomongnya agak tergagap, ada diambang kaget dengan tidak siap. Melihat mantan pacar seperti ini seperti melihat hantu: sesuatu yang pernah hidup, tapi sekarang gentayangan.
Lisa masuk ke dalam mobil Alfred. Dia memakai baju pink hari itu. Rambut ikalnya terlihat bercahaya diterpa gambar dari layar besar di depan mobil. Alfred masih bengong, tidak siap dengan ini semua. Dia masih belum mengucapkan satu patah kata pun.
‘Kamu ngikutin aku?’ tanya Lisa. Suaranya cukup jelas untuk didengar di antara dialog dan musik film yang masih terus bermain.
‘Ngikutin?’ balas Alfred.
‘Iya, kamu ngikutin aku ke tempat ini? Aku tadi lagi nonton di depan, terus aku lihat ke sebelah kiri belakang, kok ada mobil kamu. Fred, ini serem lho.’
‘Gak ada yang ngikutin siapa-siapa,’ balas Alfred.
‘Terus kenapa kamu di sini?’ tanya Lisa.
‘Ya, seperti semua orang lainnya di sini sih, mau nonton Grease. Kamu ngapain di sini?’
‘Sama, seperti semua orang disini.’
Ada hening yang tidak enak selama beberapa saat.
‘Kamu gak takut?’ tanya Alfred.
‘Takut apa?’
‘Ini, masuk ke mobil aku. Kemarin-kemarin kan kamu nolak ketemu gara-gara takut virus, ini, sekarang kamu kok bisa langsung masuk ke mobil aku?’
Lisa tersadar, lalu bertanya. ‘Tapi kamu di rumah aja kan?’
‘Iya, di rumah aja. Gak kemana-mana. Gak ketemu siapa-siapa. Papa-mama juga,’ jawab Alfred. ‘Kamu?’
‘Besok satu kantor mau keluar kota, udah dibayarin swab sama bos. Semua dites,’ kata Lisa. ‘Aman.’
‘Baguslah,’ kata Alfred. ‘Gak lucu juga pulang ketemu mantan tiba-tiba sesak napas kan?’
‘Iya gak lucu,’ kata Lisa. Lisa melihat tajam ke arah Alfred, dia terlihat penasaran. ‘Aku harus tanya langsung. Jawab jujur. Ini bener kebetulan kamu ada di sini? Di saat yang bersamaan dengan aku?’
‘Ini bener kebetulan,’ jawab Alfred, mengkonfirmasi. Lisa tahu Alfred berkata yang sejujurnya. Lima tahun berpasangan, dia tahu kelemahan Alfred: setiap kali Alfred berbohong, secara tidak sadar dia menggaruk hidungnya. Lisa tidak pernah memberitahu kelemahan ini kepada Alfred. Sungguh, berkah seorang pacar adalah kemampuan untuk mendeteksi kebohongan pasangannya.
Lisa menghela nafas panjang. Dia lalu memegang gagang pintu, bersiap untuk keluar, ‘Aku pergi du-’
Belum sempat Lisa menyelesaikan kalimatnya, Alfred bertanya, ‘Kenapa sih kamu putusin aku.’
Lisa tidak menjawab.
‘Kenapa?’ tanya Alfred, lagi.
‘Ini bener-bener mau dibahas, nih?’ tanya Lisa.
‘Yang tidak selesai, harus dibahas dong,’ kata Alfred.
‘Buat aku udah selesai, kurang jelas apa lagi? Foto udah aku hapus, kamu udah aku unfollow,’ kata Lisa.
‘Buat aku belum.’ Alfred melihat mata Lisa. ‘Jadi, kenapa?’
‘Cintanya hilang,’ jawab Lisa, singkat.
‘Hilang?’
‘Iya, suatu hari aku bangun. Telponan sama kamu, terus, udah. Gak ada apa-apa. Aku gak ngerasain apa-apa lagi,’ kata Lisa. ‘Hilang begitu aja. Aku juga gak ngerti. Jujur, aku juga bingung kenapa aku begini.’
‘Bosen?’ tanya Alfred.
‘Mungkin. Tapi yang jelas, penjelasan paling sederhana: cintanya sudah tidak ada lagi. Maaf, itu sejujur-jujurnya. Aku juga gak tahu kenapa. Mungkin, sekarang kita udah jadi orang yang beda.’
‘Lima tahun itu waktu yang lama lho,’ kata Alfred.
‘Dan aku gak mau menghabiskan lima tahun lagi dengan orang yang salah,’ ucap Lisa. ‘Mungkin ini sakit buat kamu, tapi mendingan sakit sekarang dibandingkan sakit nanti-nanti.’
Alfred terdiam. Dia lalu melihat tajam ke arah Lisa, ‘Kamu salah sih, aku gak berubah. Aku orang yang sama dengan yang kamu temui 5 tahun lalu. Aku orang yang sama, yang ngantri di belakang kamu di KFC Kemang. Aku orang yang sama yang kamu minta tolong malam itu. Aku masih inget, kamu ada di depan kasir, sendirian, mau bayar makanan, terus kamu nengok ke belakang, kamu bilang, ‘Sori, boleh pinjem lima puluh ribu gak, gue janji bakal gue ganti. Gue gak bawa duit. Maap banget.’ Abis itu kita kenalan, lalu kita makan satu meja.
Aku masih ingat itu semua. Kata per kata.
Aku orang yang sama, Lisa. Aku masih sayang kamu.’
‘Iya,’ kata Lisa. ‘Tapi aku orang yang beda.’
Alfred terdiam.
Alfred dengan gusar berkata, ‘Terus, ingatan-ingatan kita gimana? Kamu mau apain? Aku ada lho, ketika kamu lulus, aku ada ketika kamu butuh interview kerja, sampai malam aku temenin kamu latihan pakai bahasa inggris.’
‘Kamu gak bisa gitu dong,’ balas Lisa. ‘Aku juga ada kok, pas kamu minta ditemenin skripsi di perpustakaan daerah, aku ngorbanin gak kumpul sama temen-temen vokal grup aku. Aku juga ada. Berpasangan bukan masalah itung-itungan, Fred. Ini sederhana: aku sudah berubah. Cintanya sudah hilang,’ kata Lisa.
‘Apa yang berubah?’ kata Alfred.
‘Semuanya. Mimpi aku, sifat aku. Selera aku. Band yang kita dengerin dulu bukan lagi favorit aku.’
‘Sheila on 7?’ tanya Alfred.
‘Itu masih.’ Lisa memandang nanar ke depan. ‘Yang lainnya tidak. Kamu kalau dalam posisi aku juga pasti begini, Fred. Kamu mau kita masih pacaran, tapi pasangan kamu sudah gak ada rasa. Itu gak adil buat kamu, dan gak adil juga buat aku. Orang berubah, itu wajar. Akan ada masanya dua orang saling berpisah jalan, kamu gak salah, aku juga gak salah. Tolong, ngertiin itu, dong.’
Alfred mengangguk, argumen Lisa ada benarnya.
‘Terus aku harus ngapain sekarang?’
‘Ya kamu harus relain aku. Aku yakin kok kamu pasti nemu orang yang lebih cocok, yang lebih baik dari aku. Yang lebih pantas buat kamu. Yang terima kamu seperti ini apa adanya.’
Alfred terdiam.
Dia menengok ke arah depan kanan. Alfred bertanya, ‘Mobil kamu mana?’
‘Gak ada.’
‘Gak ada?’
Lisa mengangguk.
‘Kamu kesini naik apa?’
‘Itu,’ kata Lisa menunjuk sebuah mobil. ‘Mobil itu.’
Mata Alfred mengarah ke sebuah mobil Honda HRV berwarna hitam. Dia melihat ada siluet laki-laki sedang membuka handphone, terlihat tidak memperhatikan film yang bermain di depannya. Mata Alfred terbuka lebar. ‘Kamu dateng… sama… cowok lain?’ tanya Alfred.
‘Iya, aku datang sama cowok lain,’ kata Lisa.
‘Kamu mutusin aku, gara-gara dia?’ tanya Alfred, mengumpulkan keberanian untuk bertanya.
‘Kalau kamu nuduh aku selingkuh, jawabannya: tidak. Aku baru dikenalin minggu lalu. Ini pertama kali kami pergi bareng.’ kata Lisa. ‘Tenang aja, aku gak sejahat itu.’
Alfred mengangguk.
Dia tahu itu benar.
‘Fred, aku udah maju ke depan dengan hidup aku.’ kata Lisa. ‘Yang terbaik buat kamu adalah untuk melanjutkan juga hidup kamu. Sampai jumpa, Fred. Terimakasih buat lima tahun ini.’
Alfred terdiam.
Lisa berkata, ‘Janji kamu bakal cepat ngelupain aku.’
Alfred masih terdiam.
‘Janji,’ kata Lisa. ‘Please.’
‘Janji,’ kata Alfred, sambil mengangkat tangan kanan, dan menggaruk hidungnya.
Lisa menghela nafas panjang. Air matanya mulai terkumpul.
‘Dah,’ kata Lisa. Dia buru-buru turun dari mobil.
Lisa masuk ke dalam mobilnya, dia menceritakan jujur apa yang terjadi kepada laki-laki di sebelahnya. Laki-laki itu menoleh ke arah Alfred, sekilas, tapi lantas dia tidak peduli. Mereka melanjutkan menonton film.
Alfred masih melihat dari dalam mobil. Tanpa sadar, ada gerimis yang berjatuhan di atas mobil membuat ketukan-ketukan kecil yang mengiringi lamunan Alfred malam hari itu. Alfred melihat ke kaca mobilnya, menyalakan wiper, sambil berharap gerimis kali ini membasuh patah hatinya pergi.

22/03/2021

Ayo Guys yang Mau dibuatkan Cerpen Bisa Berkontribusi ☺ yang mau inspirasinya dijadikan Tema bisa ikut komentar ya guys 😊🙏

Silahkan CC di bawah judul dan tema yang ingin dibuatkan cerpen admin akan memilih salah satu komentar paling menarik ☺

Sayangi tumbuh-tumbuhan di dunia ini guys , selagi mereka tidak memberi tarif atas oksigen yang mereka berikan 🙏
26/01/2021

Sayangi tumbuh-tumbuhan di dunia ini guys , selagi mereka tidak memberi tarif atas oksigen yang mereka berikan 🙏

Tamak dan Penghianatan Pendanda BakaDisebuah wilayah perairan yang bernama kolam Kumudasara, sedang mengalami masa surut...
02/10/2020

Tamak dan Penghianatan Pendanda Baka

Disebuah wilayah perairan yang bernama kolam Kumudasara, sedang mengalami masa surut akibat musim kemarau, terik matahari membara membuat suasana perairan menjadi lebih panas, semakin hari semakin menyusut volume airnya sehinga bila terjadi pergerakan oleh hewan yang melintasi perairan tersebut ataupun pergerakan ikan-ikan besar, air-pun menjadi keruh pekat, membuat suasana perairan itu tidak nyaman lagi bagi binatang yang lebih kecil dan lemah.

Diceritakan seekor burung Cangak (bangau) yang sangat licik dan sangat pandai membuat akal, melintasi daerah tersebut. kemudian ada hasratnya untuk memakan habis seisi perairan tersebut, tetapi dengan cara halus, sang cangak bermaksud untuk menjadikan daerah perairan tersebut tambang makanannya selama beberapa mingu kedepan, karena diapun lelah harus terbang mencari-cari makanan disaat panas kemarau ini. Ia telah mengetahui bagaimana kehidupan ikan-ikan di kolam itu karena sebelumnya Ia telah banyak memangsa ikan disana, oleh karenanya para ikan tidak berani mendekat padanya.

Untuk itu burung Cangak lalu mencari daya upaya, maka dia menyamar sebagai pendeta memakai pakaian serba putih, dia berkeinginan agar santapannya tidak takut kepada dia, agar para ikan mau mendekatinya karena penampilan pendetanya tersebut, sehinga sang cangak tidak bersusah payah dalam memburu mangsanya. Ia merubah sikapnya seperti orang yang bijaksana, memakai anting-anting, ganitri,maketu,berslimut putihsebagai seorang pendeta.

Saat sang cangak turun ke perairan tersebut, para ikan-pun gelisah, semua agresif, berlarian mencari tempat berlindung. melihat hal tersebut sang cangak berupaya lebih tenang, ber-ekspresi teduh seperti halnya pendeta suci yang lemah, tanpa nafsu sedikitpun. Sepertinya ia sedang melakukan ajaran tatwa utama,suaranya tak karuan. Menghaturkan weda sruti pada hyang Surya. Ikan-ikan yang berenang didepannya tak dihiraukannya. Sudah beberapa hari burung Cangak itu berbuat demikian lalu, ikan -ikan dalam kolam itu semakin berani berenang menghampiri burung Cangak, namun sang Cangak tetap tak menyakiti ikan itu.

Ikan -ikan itu lalu bertanya pada burung Cangak itu; ”Mengapa sekarang tuan sangat berubah, tidak lagi garang memakan ikan. Tingkah laku tuan seperti orang sadu”

Sang Cangak berkata manis; ”Saya sekarang tidak lagi melakukan pembunuhan dan menyakiti ciptaanNYA, menjalankan AHIMSA. Saya sudah melakukan yang disebut “Trikaya” berpikir, berkata dan berbuat yang baik. Ingin menghilangkan perbuatan jahat,dan menghilangkan dosa yang telah ku lakukan dahulu. Aku ingin berbuat yang benar yang telah digariskan dalam ajaran kitab suci. Sekarang aku telah mensucikan diri (madiksa) sebagai sorang pendeta, aku dikenal dengan sebutan Pedanda Baka”

Ikan-ikan dalam kolam itu semua senang mendengarknnya,seraya berkata; ”Kami amat berbahagia, semoga ratu peranda rela memberi ajaran pada kami sekalian, sehingga kami bisa jadi mahluk yang baik. Kami siap untuk berguru pada ratu Peranda, yang akan saya mintai petunjuk untuk menuju jalan yang benar.

Peranda Baka (cangak) tersenyum lalu berkata; ”Kamu tak usah sedih, saya akan memberitahu kamu perbuatan yang benar. Tujuannya untuk mencapai kebahagian sekala dan niskala. Kamu harus benar-benar ingat akan baik buruk, selalu setia pada guru, selalu memegang dharma, Itu yang akan dipakai untuk mengurangi pengaruh buruk panca wisaya (panca indra). Kalau demikian jelas kamu akan bisa mendapatkan yang disebut “rwa bineda”, untuk mencapai apa yang kamu inginkan. Itulah yang patut kamu lakukan sehari-hari. Satukan pikiran, jangan ragu.”

Para ikan semua senang dan bersedia mengikuti perinatah sang Pendeta Baka.

Entah berapa lamanya Sang Baka berteman akrab dengan ikan-ikan itu. Semua ikan tidak mempunyai perasaan curiga, karena percaya pada Sang Cangak benar-benar dharma. Ikan-ikan dalam kolam selalu menikmati kebahagian tak merasakan ada bahaya yang akan menimpa dirinya. Lama kelamaan ikan itu semakin banyak. Selalu gembira berenang menikmati keindahan kolam. Sang Baka amat senang karena akal mulusnya telah berhasil.

Pada suatu ketika ia berdiam diatas tumbuhan Sindura, seraya menangis tersedu-sedu. Ia kelihatannya bersedih menundukkan wajahnya. Semua ikan yang melihatnya terkejut, mendengar isak tangisnya Sang Peranda Baka. Semua tertunduk menghormat menghadap, Sang Peranda Baka tetap menangis tersedu, air matanya meleleh membasahi pipinya, seraya berkata terputus-putus; ”Aku amat bersedih melihat kamu sekalian. Belum berapa lama kamu merasakan kegembiraan, menikmati makanan di kolam ini, bersama sanak keluargamu. Amat senang saya melihat keadaanmu bergembira bersama keluargamu. Tadi saya mendengar kabar, penangkap ikan sudah sepakat, akan datang kemari untuk mencari ikan. Ada yang membawa, jaring, pancing, malah ada yang sudah siap racun. Ia akan datang kemari tiga hari lagi, dengan lengkap bekal nasi, tuak. Itulah yang menjadi pemikiran saya.apalagi melihat kamu menggelepar waktu dibakar. Sanak keluargamu semua akan mati kena racun. Kasihan kamu akan habis semua, yang mengakibatkan persabatan kita tidak bisa berlanjut. Saya sangat bersedih, karena tidak bisa melindungi teman yang dalam kesusahan. Itulah yang menyebabkan hatiku bersedih, apa yang harus kulakukan.?”

Ikan-ikan pikirannya kacau, hatinya sedih semua ketakutan akan kedatangan kematian; ”Ratu Pendeta, tolonglah saya, dari maut. Tidak ada yang bisa membantu kami kecuali sang pendeta. Pendeta sebagai kehidupan hamba.”

Sang Baka semakin gembira dalam hatinya mendengar kata-kata ikan itu. Seraya berkata; ”Kamu ikan semua, kalau kamu ingin selamat hidup, ada akalku. Waktu dulu ada sebuah telaga yang besar airnya bening, bernama Andawana. Telaga itu adalah telaga Hyang Rudra yang amat indah, tak ada yang menyamai. Tidak ada manusia yang menyentuh airnya. Semua ikan yang hidup disana tidak bia dimakan oleh siapaun. Kalau kamu ingin hidup, saya akan membawa kamu kesana. Nanti kalau sudah sampai, disana tidak ada lagi bahaya yang datang. Saya berjanji dan bersumpah, kalau saya tidak setia pada perkataanku, aku sanggup menerima semua pahalanya".

Dalam suasana kegembiraan Sang Cangak, ada seekor kepiting yang bernama Sang Yuyu merasa curiga dan tidak percaya kepada Sang Cangak yang tiba-tiba baik. Sang Cangak dianggapnya seperti buaya yang berpura-pura tidur untuk mencari mangsa. Sang Yuyu yang hanya sendiri memiliki pendapat berbeda tersebut, hanya diam dan mencari bukti kebenaran pendapatnya itu, sebelum menuduh Sang Cangak.

Ikan-ikan di kolam itu amat percaya dan tertarik hatinya mendengar kata sang Cangak. Ikan yang memang bodoh tidak tahu dirinya diolok-olok, segera mempecayainya. Semua mintak supaya cepat diajak ke kolam Andawana kepunyaan Hyang Rudra. Lalu burung Cangak segera membawa dengan menggigit, dan memegang dengan jari kakinya. Sang Baka terbang keudara menuju keatas gunung. Disana ada sebuah batu hitam yang datar dan luas. Disanalah tempatnya ia memakan ikan tiap hari.

Entah berapa lamanya Sang Baka membawa ikan-ikan kepuncak gunung dan memakannya. Hampir punahlah ikan dalam kolam Kumudasara, namun masih tampak seekor yuyu diam diantara bebatuan ditepi kolam. Sang yuyu sudah menduga sang Cangak adalah burung yang mempunyai sifat loba, tamak dan rakus. Iapun segera menghampiri sang Cangak, memohon supaya turut diajak ketempat temannya. Pendeta Baka ( Cangak) menurutinya. Sang Yuyu sudah ber-glayutan di leher sang Baka. Sang Baka segera terbang menuju gunung tempatnya memakan ikan-ikan tersebut. Setelah sampai di atas gunung, sang Yuyu menoleh ke bawah. Dilihatnya tulang belulang ikan berserakan di atas batu. Sang yuyu semakin percaya akan kejahatan sang Baka.

”Wah disini temanku kau makan. Kamu amat durhaka kepada teman. Suaramu manis tapi kenyataannya kamu jahat” Demikian bisikan hati sang Yuyu seraya menjepit leher sang Baka. “Jangan kamu turunkan saya disini, bawa saya kembali kekolam Kumudasara. Kalau tidak nyawamu akan melayang.”

Sang Baka amat malu karena akal bulusnya ketahuan. Sang Peranda Baka menangis tersedu, hatinya gelisah, rupanya pucat pasi menunduk; ” Maafkan saya, karena perbuatanku salah. Sekarang saya akan menerbangkan tuan ke Kumudasara. Jangan tuanku marah, ampunilah nyawaku” Sang Baka lalu terbang membawa sang Yuyu ke tempat semula.

Tidak lama di jalan sang Baka sudah sampai ditempatnya semula, lalu berkata; ”Tuanku sang Yuyu lepaskanlah jepitan tuan dari leherku!”

Sang Yuyu malah menjepit lebih keras,sampai lehernya putus.

Setelah Sang Cangak mati, atmanya menuju akhirat. Tidak ada sanak saudara yang mengantar, hanya karmanya yang menemani. Atma ikan dan udang sangat senang menyambutnya, dengan nada sumbang yang penuh ejekan. Sang Cangak sangat malu dengan dirinya, atas perbuatannya kepada mereka dahulu. Para ikan hendak membalas perlakuan Sang Cangak terhadap mereka, agar mendapat balasan yang setimpal. Sang Cangak merasa dipojokkan. Lala ia berkata bahwa ia telah menebus dosanya semasih hidup dengan nyawa. Sekarang ia meminta tolong kepada mereka untuk mencarikan tempat yang baik untuknya. Para ikan menyanggupi mengantar Sang Cangak. Mereka kemudian mengantarnya ke Tegal Penyangsaran, tempat para atma disiksa. Dia merasa takut dan merasa dibohongi oleh para ikan. Kemudian Sang Cangak dihadapkan kepada Hyang Jogor Manik untuk menerima hukuman dari perbuatan yang pernah ia lakukan semasih hidup. Ia dihukum lalu dibuang ke neraka dan menjadi dasar kawah.

Demikianlah hasil perbuatan tidak setia pada teman karib. Tidak lama bisa menikmati kebahagian, sebab hyang kala akan datang menjemput untuk dibawa kelembah kenerakaan di Yamaloka.

Pesan Kebijaksanaan Gama Bali
Cerita penuh filsafat, memberikan pelajaran yangberharga ini sangat terkenal dibali, banyak yang mengenal dengan satua i cangak dadi peranda atau Pedanda Baka. Ada pesan berharga yang terkandung didalamnya. singkatnya, kita senantiasa diajarkan untuk selalu waspada terhadap siap saja apalagi musuh, terlebih lagi yang belakangan mendadak bersifat baik hati. Pastilah ada maksud tertentu dibalik itu. walaupun itu tidak berartimenghalangi orang untuk kembali ke jalan yang benar. Kewaspadaan yang inten sangat diperlukan. Penghianatan selalu berujung pada permusuhan, bahkan hingga berujung pada peperanan.

Sumber : https://gamabali.com/tamak-dan-penghianatan-pendanda-baka/

Maka, adalah sesuatu yang nista bila melakukan perbuatan tidak setia (penghianatan), terlebih kapada sahabat, saudara dan leluhur. senyatanya memang ada orang yang tega melakukan hal nista tersebut, sehingga dalam masyarakat juga dikenal istilah musang berbulu domba dll. menikam membunuh teman dengan alasan demi sesuap nasi dan masa depan.

Jika semua harta ialah racun, maka zakatlah penawarnya. Jika seluruh umur merupakan dosa, maka taubatlah tobatnya. Jika ...
24/05/2020

Jika semua harta ialah racun, maka zakatlah penawarnya. Jika seluruh umur merupakan dosa, maka taubatlah tobatnya. Jika seluruh bulan adalah noda, maka Ramadhan ialah pemutihnya. Selamat Hari Raya IdulFitri bagi yang merayakan.

"Berteriak"Mematikan cahaya, menyambut malamApa masalahnya tak akan membuat ini baik-baik sajaMasukkan peluru, lalu tari...
22/05/2020

"Berteriak"

Mematikan cahaya, menyambut malam
Apa masalahnya tak akan membuat ini baik-baik saja
Masukkan peluru, lalu tarik pelatuk erat-erat
(Inilah perasaan yang kau tahu)

Aku tertelan kata-katamu
Ada sesuatu yang menarik denganmu
Meskipun itu cukup dingin
Aku ambil ini bukan untuk siapapun

Tapi aku tak tahu apa harus memanggilnya
Saat aku tahu, aku sudah tak peduli lagi
Kau tak perlu menghilang

Berteriak, Akankah kau katakan padaku sekarang?
Jadi kita bilang kita ingin berubah dan tak akan jadi sama dan ya…
Berteriak, Oh aku membakarnya
Tak bisakah kau dengar suara ini?

(Suara-suara di sekitar)
(Karena kita murung)

Bahkan jika semua menentang, aku akan mengambil kelemahannya
Dan kemudian menyelesaikan pertunjukkan
Aku tak akan ambil hal menyebalkan ini dari siapapun

Meskipun kau seolah-olah berpura-pura
Terus memaksa menunjukkan sesuatu yang mengancam
Aku ambil ini bukan untuk siapapun

Tapi aku tak tahu apa harus memanggilnya
Saat aku tahu, aku sudah tak peduli lagi
Pada akhirnya aku tahu kita semua akan mati

Satu per satu ini terlepas, terlepas dariku

One Ok Rock - Cry Out

Selamat hari raya nyepi 1942Sekuat tenaga mengubah gaya hidup agar terhindar dari virus Covid-19Tolak Virus Corona janga...
24/03/2020

Selamat hari raya nyepi 1942
Sekuat tenaga mengubah gaya hidup agar terhindar dari virus Covid-19
Tolak Virus Corona jangan deskriminasi orangnya

Cerita Sang JaratkaruSang JaratkaruTersebutlah seorang pertapa sakti yang baik budinya bernama Sang Jaratkaru. Setiap ha...
25/01/2020

Cerita Sang Jaratkaru
Sang Jaratkaru

Tersebutlah seorang pertapa sakti yang baik budinya bernama Sang Jaratkaru. Setiap hari pekerjaannya mengambil biji butir-butir padi yang tersebar dijalan. Biji butir-butir padi itu dikumpulkannya dan dicucinya, kemudian ditanaknya dan dipergunakan untuk korban kepada para Dewa. Demikianlah hal yang ia kerjakan tiap hari. Ia tak memikirkan istri, malahan hanya bertapa dan memuja para Dewa yang ia lakukan. Karena rajin bertapa, ia pun menguasai berbagai macam mantra. Ia diperbolehkan masuk ke segala tempat yang ia kehendaki.
Suatu hari, ia berziarah ke Ayatanasthana, tempat di antara surga dan neraka, dimana leluhurnya menunggu apakah ia akan naik ke surga atau masuk neraka. Ketika berziarah ke Ayatanasthana, Ia melihat leluhurnya tergantung pada sebuah buluh petung, mukanya tertelungkup , kakinya diikat, dibawahnya terdapat sebuah jurang dalam jalan ke neraka. Orang akan tepat masuk kedalamnya, kalau buluh tempat bergantung itu putus. Seekor tikus tinggal di dalam buluh ditepi jurang itu, setiap hari mengerat buku batang.
Sang Jaratkaru, berlinang-linang air matanya melihat hal itu. Maka timbulah belas kasihannya. Sang Jaratkaru pun mendekati leluhurnya yang berpakaian sebagai seorang petapa, berambut tebal, berpakaian kulit kayu dan tiada makan selamanya.
Sang Jaratkaru bertanya kepada leluhur itu, “Apakah sebabnya tuanku sekalian bergantung pada buluh yang hampir putus oleh gigitan tikus, sedang dibawahnya jurang yang tiada terduga dalamnya?” seru Sang Jaratkaru. Leluhur itu pun menjawab, “Keadaan saya seperti ini adalah karena keturunan kami ini putus. Itulah sebabnya saya pisah dengan dunia leluhur dan bergantung dibuluh petung ini, seakan-akan sudah masuk neraka.” “Ada seorang keturunanku bernama Jaratkaru, ia pergi berkeinginan melepaskan ikatan kesengsaraan orang, ia tidak beristri, karena menjadi seorang brahmacari dari kecil. Itulah yang menyebabkan saya berada dibuluh ini, karena brata semadhinya kepada asrama sang pertapa” kata sang leluhur itu. “Kalau engkau belas kasihan kepada saya, pintalah kepada Sang Jaratkaru supaya memiliki keturunan, supaya saya dapat pulang ke tempat para leluhur.”
Sang Jaratkaru tersayat hatinya melihat leluhurnya menderita susah. “Saya inilah yang bernama Jaratkaru, seorang keturunanmu yang gemar bertapa dan bertekad menjadi brahmacari. Apapun kalau itu menjadi jalanmu untuk kembali ke sorga, janganlah khawatir, saya akan menghentikan kebrahmacarian saya dan mencari anak istri. Yang saya kehendaki istri yang namanya sama dengan nama saya supaya tiada bertentangan dalam perkawinan. Bila sudah mempunyai anak, akan menjadi brahmacari lagi, senanglah hatimu.”
Demikianlah kata Sang Jaratkaru, pergilah ia mencari istri yang senama dengannya. Ia pergi ke semua penjuru, tetapi tidak menemukan istri yang senama dengannya.Karena tidak tahu harus berbuat apa lagi, ia pun mencari pertolongan kepada bapaknya supaya dapat menghindarkan dirinya dari sengsara. Masuklah ke hutan sunyi, menangislah ia sambil mengeluh kepada semua Dewata. Berkatalah ia pada semua makhluk, “Hai segala makhluk termasuk makhluk yang tidak bergerak, saya ini Jaratkaru seorang brahmana yang ingin beristri. Berilah saya istri yang senama dengan saya, biar saya mempunyai anak, supaya leluhur saya bisa pulang ke sorga.”
Tangis Sang Jaratkaru itu terdengar oleh para naga. Sang Naga Basuki pun mencari Sang Jaratkaru dan memberikannya adiknya Sang Naga Ngini yang diberi nama Jaratkaru supaya berputra seorang brahmana yang akan menghindarkan dirinya dari korban ular (yadnya sarpa).
Akhirnya Sang Jaratkaru pun beristri Jaratkaru yang akan memberikannya putra dan membebaskan roh leluhurnya dari kesengsaraan. Selama dia (Jaratkaru) duduk di tempat duduk, berkatalah Jaratkaru kepada istrinya "Saya berjanji dengan engkau, jika engkau mengucapkan apa yang tidak menyenangkan kepadaku, apalagi melakukan perbuatan yang tidak pantas, jika seandainya hal itu dilakukan olehmu, maka aku akan meninggalkan engkau". Demikianlah kata Jaratkaru kepada istrinya. Hidup bersamalah mereka.
Setelah beberapa lama mereka hidup bersama, mengandunglah si naga perempuan Jaratkaru. Terlihatlah tanda kehamilan itu oleh si suami. Maka dia meminta supaya ditunggui ketika tidur, ketika dia bermaksud mau meninggalkan istrinya. Memohonlah dia untuk dipangku kepalanya oleh istrinya, katanya: “Pangkulah olehmu kepalaku waktu tidur”. Dengan hati-hati si istri memangku kepada si suami. Sangat lama dia tidur, hingga waktu senja, waktu sembahyang. Teringatlah si naga perempuan Jaratkaru, katanya: "Sekarang adalah waktu sorenya para dewa. Waktu ini tuan brahmana harus membuat doa. Sebaiknya dia dibangunkan. Jikalau menunggu sampai dia terbangun, pastilah dia akan marah, karena dia sangat takut kalau terlambat sembahyang karena itu bagi dia merupakan tugas agama kepada para dewa.
Lalu dibangunnyalah si suami: "Hai tuanku Maha Brahmana, bangunlah tuanku”. Sekarang waktu telah senja tuanku, waktu untuk mengerjakan tugas agama. Bunga telah tersedia serta bau-bauan dan padi." Demikianlah katanya sambil mengusap wajah si suami. Kemudian bangunlah Jaratkaru. Cahaya kemarahan memancar pada matanya dan memerah mukanya karena marah besarnya.
Katanya: "Engkau naga perempuan yang sangat jahat, engkau sebagai istri menghinaku, engkau sampai hati menggagu tidurku. Tidak layak lagi tingkah lakumu sebagai istri. Oleh karena itu akan kutinggalkan engkau sekarang ini. "Demikianlah sudah dia kemudian meninggalkan si istri. Ikutlah si naga perempuan, dan lari memeluk si suami: "Hai tuanku, maafkan hamba tuanku. Bukan maksud hati menghina, jika hamba membangunkan tuanku. Hamba hanya mengingatkan sembahyangmu tiap senja. Salahkah itu, sehingga aku menyembah tuanku. Seyogyanyalah engkau kembali, tuan yang terhormat. Jika hamba telah beranak, di mana anak itu akan menghapuskan korban ular bagi saudara-saudaraku, maka tuanku dapat membuat tapa lagi."
Demikianlah kata si naga perempuan meminta belas kasih. Jaratkaru menjawab: "Alangkah pantas sikap si naga perempuan. Engkau mengingatkan hamba untuk memuja dewa ketika senja tiba. Tetapi hal itu tidak dapat mengubah kataku untuk meninggalkan engkau. Aku tidak akan tersesat. Itu kehendakku. Janganlah engkau kuatir.
Asti, itulah nama anak itu. Anak itu akan menolong engkau kelak dari korban ular. Tenangkanlah hatimu". Kemudian pergilah Jaratkaru. Dia tidak dapat ditahan. Si naga perempuan memberitahukan kepada Basuki akan kepergian si suami. Dia memberitahukan semua ucapan Jaratkaru dan memberitahukan bahwa perutnya ada isinya. Bers**a citalah Basuki mendengar itu semua. Setelah beberapa lama, lahirlah anak laki-laki dengan tubuh sempurna. Dinamailah anak itu Astika, karena si bapak mengucapkan "Asti".
Dipeliharalah dia oleh Basuki, dididik serta diasuh menurut segala apa yang diharuskan bagi Brahmana, dirawat dan diberi kalung Brahmana. Dengan lahirnya Astika, maka arwah yang menggantung di ujung bambu itu melesat pulang ke Pitraloka, menikmati pahala tapanya, yaitu tapa yang luar biasa. Patuhlah Astika, sehingga dapat membaca Weda. Diijinkannyalah dia untuk mempelajari segala sastra, mengikuti ajaran Bhrgu. Demikianlah cerita tentang Astika. Dia adalah orang yang membuat naga Taksaka terhindar dari korban ular maharaja Janamejaya.

Address

###
Tabanan

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kata Sebelum Tidur posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Kata Sebelum Tidur:

Videos

Share

Category


Other Tabanan media companies

Show All