Catatan Lukman Enha

Catatan Lukman Enha Mengupas Segala Hal dari Sudut yang Berbeda

11/04/2024

Lapar...ikan cijambe Subang

Mohon maaf lahir dan batin....🙏
11/04/2024

Mohon maaf lahir dan batin....🙏

Pemasangan p**a. Pemulihan layanan air bersih pasca bencana longsor di Cipondok, Cisalak, Subang.
13/01/2024

Pemasangan p**a. Pemulihan layanan air bersih pasca bencana longsor di Cipondok, Cisalak, Subang.

Menghadiri ground breaking PT Porcelein Indonesia di Pabuaran. Kami, Perumda TRS bersyukur bisa melayani kebutuhan air u...
21/07/2023

Menghadiri ground breaking PT Porcelein Indonesia di Pabuaran. Kami, Perumda TRS bersyukur bisa melayani kebutuhan air untuk perusahaan produsen keramik ini sekitar 7 liter per detik (lpd).

Sekaligus dapat ilmu dan siraman rohani dari Gus Muftah. Alhamdulillah.

VIRAL DARI BUNIARA------------------------Catatan Lukman EnhaPERISTIWA meninggalnya ibu dan anaknya dalam kandungan pada...
25/03/2023

VIRAL DARI BUNIARA
------------------------

Catatan Lukman Enha

PERISTIWA meninggalnya ibu dan anaknya dalam kandungan pada pertengahan Februari lalu, menghentak kita semua. Dari mulai masyarakat biasa hingga pejabat tinggi. Mengingatkan kembali pentingnya layanan kesehatan dan tenaga medis yang bekerja di dalamnya. Mulai dari bidan, perawat, dokter dan dokter spesialis.

Mengingatkan kembali keberadaan seorang paraji di kampung-kampung. Bagian dari sejarah manusia. Bahwa orang-orang tua hari ini, dibantu lahirannya oleh seorang paraji. Kematian-kelahiran anak-anak, saat medis belum berkembang, karena peran mereka p**a.

Dulu, kematian bayi bagian dari kerasnya kehidupan. Kematian bagian dari takdir. Lalu perlahan, medis berkembang pesat. Setiap kematian, diketahui penyebabnya. Tanpa maksud mengkudeta peran Tuhan yang Kuasa atas kehidupan, tapi medis memberikan penjelasan. Di sanalah ilmu kodekteran, kebidanan berperan besar.
Kini setiap kematian ibu dan bayi adalah peristiwa luar biasa.

Kematian ibu dan anaknya yang masih dalam kandungan asal Desa Buniara, Tanjungsiang, mengingatkan bahwa meski medis sudah berkembang pesat tapi masyarakat Subang belum sepenuhnya lepas dari keyakinan tradisional yang kuat mengakar di masyarakat.

Dalam konferensi pers, manajemen RSUD Ciereng Subang, Dinas Kesehatan, mengakui ada peran seorang paraji. Membantu memijat sang ibu sebelum dibawa ke bidan desa. Dalam konferensi pers itu, tentu pihak Dinkes sangat terbebani. Mereka tidak bermaksud menyalahkan siapa pun, apalagi paraji atau bidan. Sebab, siapa pun bisa melakukan kesalahan. Sekelas dokter spesialis pun.

Hal itu menunjukan, warga di desa, masih meyakini kehadiran dan keahlian paraji. Mereka berperan: memijat ibu hamil atau memijat ibu setelah lahiran. Warga sunda, di kampung mengenal paraji yang memiliki keahlian memijat ibu hamil untuk memperbaiki posisi janin. Istilahnya: disangsurkeun, digedogkeun.

Dengan harapan, janin dengan posisi sungsang, tidak dalam posisi tepat untuk lahiran, bisa kembali normal. Kelak janin bisa dilahirkan secara normal, tidak perlu melalui operasi bedah sesar.

Saya pun, anak yang dilahirkan dengan bantuan tangan seorang paraji di kampung. Para dokter spesialis hari ini, antara usia 50-60 tahunan, bisa jadi, dilahirkan dengan bantuan paraji. Sangat besar peran paraji bagi kelahiran anak-anak di Indonesia. Maka, di tahun 1990-an, pemerintah secara rutin memberikan pelatihan kepada paraji.

Keahlian dan keberadaan mereka diakui negara. Kadang mereka juga disebut dukun lahiran. Sebab, saat membantu proses lahiran atau persalinan, mereka seringkali mempraktikan ritual tertentu. Menandai hadirnya kehidupan baru di dunia. Menjadi bagian dari budaya Indonesia.

Negara mana pun di dunia, punya ritual atas lahirnya seorang manusia ke dunia. Kelahiran dan kematian selalu melahirkan ritual budaya.

Kembali kepada kasus kematian ibu dan anak warga Desa Buniara. Siapakah ibu yang melahirkan itu? Anda semua sudah tahu. Kasusnya viral di mana-mana. Di media sosial hingga televisi. Semua membicarakannya. Yang bikin heboh, penyebab utama ibu dan janin di dalam kandungannya meninggal karena ditolak oleh RSUD Subang.

Mereka berangkat dari Puskesmas Tanjungsiang didampingi bidan. Ditolak RSUD. Cari rumah sakit lain. Terlambat. Akhirnya meninggal di perjalanan menuju RS Hasan Sadikin Bandung.

Duarr! Viral setelah dua minggu kemudian.

Ibu dan janin di dalamnya meninggal pada 16 Februari 2023.

Heboh diberitakan di awal Maret 2023.

Konferensi pers 6 Maret 2023.

Saya, tidak bisa berbuat banyak. Biasanya sibuk menugaskan wartawan. Tapi kini sudah tidak punya anak buah wartawan. Tidak bisa menyusun rencana liputan mendalam. Setelah mundur dari media terbesar di Subang.

Akhirnya, saya ikuti saja berita satu persatu. Baik media lokal hingga nasional. Tugas sakral seorang jurnalis: memverifikasi data dan informasi. Memeriksa kata kunci, data kunci. Mencari dan mewawancara saksi kunci dari sebuah peristiwa.

Selebihnya mempelajari hukum, aturan atau kebijakan baku yang berkaitan dengan sebuah aturan. Selebihnya lagi, pandangan mata di lapangan.

Saya belum menemukan berita yang mengurut peristiwa dari hari dan jam secara detil. Jam berapa sang ibu datang ke bidan desa. Apa saja yang dilakukan bidan disa di sana. Lalu jam berapa berangkat ke Puskesmas. Apa saja yang dilakukan bidan dan dokter di Poned Puskemas. Jam berapa konfirmasi ke RSUD, berangkat dan berangkat ke RS Hasan Sadikin. Jam berapa menghembuskan nafas terakhir.

Sebab kita tahu, dalam proses persalinan-lahiran, setiap detik sangat menentukan. Kita akan menemukan data-data berurutan dan istilah-istilah: bukaan satu, dua dan seterusnya. Jika datang sore hari, bisa jadi lahirannya tengah malam atau keesokan harinya.

Informasi ini masih sumir. Apa yang dilakukan bidan desa dan bidan di Puskesmas. Apa p**a yang dilakukan sebelum dibawa ke bidan desa. Jika pun ada, masih terpotong-potong. Yang terpenting: mengapa ibu hamil itu ingin dipijat paraji?

Saya harus berterimakasih kepada legislator cm Youtuber terkenal: Dedi Mulyadi. Channel Kang Dedi Mulyadi ini menyampaikan banyak informasi penting. Ia sudah melakukan ‘liputan’ kasus kematian ibu dan anak secara berimbang. Cover both side.

Sementara media, masih memuat informasi yang sepotong-sepotong. Mohon maaf saya harus bilang: narasi belum berimbang. RSUD, Dinkes dan Pemda ‘dihukum’ oleh media: trial by press.

Beritanya terlalu dini menyimpulkan: Ibu dan Anak meninggal karena ditolak RSUD. Di akhir berita disebut: RSUD masih bungkam atau sulit dikonfirmasi. Tanpa dijelaskan kesulitan konfirmasinya seperti apa.

Saya pernah disidang Dewan Pers. Perihal kewajiban konfirmasi oleh media kepada nara sumber. Tidak sesederhana cukup membubuhkan kesulitan konfirmasi. Tapi harus dijelaskan bagaimana upaya media itu konfirmasi. Dalam hal konfirmasi, dewan pers akan keras memeriksanya. Sebab ini berkaitan dengan verifikasi fakta. Tidak boleh p**a ditunda-tunda.

Sebaliknya, saya pun memaklumi kesulitan media. Saat situasi kritis, sering seorang pejabat takut menyampaikan pendapat. Mereka tidak dilatih menyampaikan komunikasi krisis. Tidak juga percaya kepada para humas lembaga atau justru tidak punya tenaga humas yang kompeten.

Ke mana humas RSUD, humas pemda, humas Dinkes? Ada. Tapi bisa jadi takut salah saat di pusaran arus ‘viral’ kasus ini.

Channel Youtube Kang Dedi Mulyadi memuat informasi banyak hal yang berharga. Penjelasan nara sumber kunci: suami pasien, bidan yang antar pasien ibu hamil ke RSUD. Penjelasan dari Dirut RSUD tentang peristiwa kematian sang ibu.

Dari channel Youtube itu ada penjelasan:
Bidan menegaskan RSUD tidak menolak pasien. Ia inisiatif membawa pasien ke RS Hasan Sadikin setelah ICU RSUD penuh. Jumlah ruang ICU Ponek RSUD memang penuh, terbatas. Bidan di
Ponek menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit lain atas saran dokter spesialis kandungan. Komunikasi antara RSUD dengan bidan tidak efektif.

Bidan yang menghubungi RSUD berbeda dengan bidan yang antar pasien. Akibatnya: informasi ruang ICU penuh tidak diketahui sejak awal oleh bidan yang antar pasien. Jika tahu sejak awal, mungkin bidan akan mengantar pasien langsung ke Bandung.

Ini yang terpenting: mengapa sang ibu muntah darah dan kesehatannya drop? Bidan desa menyebut, sebelum dibawa ke bidan, sang ibu dipijat oleh paraji. RSUD dan Dinkes menduga, inilah penyebab kematian yang fatal.

Diduga tali ari-ari (placenta) janin terlepas karena pijatan itu. Akhirnya terjadi pendarahan di rongga perut ibu, itulah penyebab sang ibu muntah darah. Saat begini, perlu tindakan operasi. Artinya, perlu penanganan di ruang ICU. Tidak bisa dilakukan di ruangan perawatan biasa.

Semua penjelasan itu sudah terlambat. Tidak banyak media yang mengoreksi. Hanya sampai di penjelasan hasil konferensi pers. Apa daya, RSUD sudah terlanjur di-bully se-Indonesia. Bahkan dibahas di senayan. Sang direktur menghadapi ancaman pencopotan.
Tekanan dari mana-mana. Gelombang demo akibat informasi itu masih bergulir.

Semua bermuara di kepala daerah. Bupati dalam senyap, menginstruksikan audit pelayanan dari Puskesmas hingga RSUD. Dilakukan p**a audit maternal perinatal (AMP). Kelak agar bisa diambil kesimp**an, apa saja yang harus dievaluasi. RSUD pun berbenah akan menambah ruangan ICU untuk persalinan.

“Kita akan rehab ICU covid-19, sekarang kan sudah jarang kasus Covid. Untuk dijadikan ICU umum,” kata Dirut RSUD, dr. Ahmad Nasuhi kepada Kang Dedi Mulyadi.

Lalu apa lagi yang harus dibenahi? Jelas, sistem rujukan rumah sakit harus dievaluasi. Pembinaan bidan pun harus terus dilakukan. Sebab keputusan bidan sangat berkaitan dengan nyawa ibu dan bayi. Mereka yang memutuskan: lahiran normal atau dibawa ke Puskesmas atau RS.

Sistem rujukan rumah sakit harus lebih cepat dan fleksibel. Memang dalam aturan Permenkes No 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, pasien yang dirujuk harus terkonfirmasi ke fasilitas Kesehatan yang akan dituju. Mulai dari identitas hingga hasil pemeriksaan sementara di Puskesmas atau bidan.

Seorang pasien harus melewati sistem rujukan berjenjang. Dari mulai layanan Kesehatan tingkat pertama di Puskesmas hingga ke jenjang berikutnya. Dalam kondisi tertentu, bidan atau perawat bisa menjadi layanan kesehatan tingkat pertama.

Dalam kondisi tertentu p**a, rujukan berjenjang bisa diabaikan. Misal dalam kondisi darurat bencana, kondisi pasien yang darurat hingga kondisi geografis tertentu. Tercantum dalam Bab III pasal 4 dalam Permenkes tersebut.

Saya, pun belum lama ini mengalami berliku dan lamanya sistem rujukan itu bekerja. Saya membawa keluarga dengan kondisi drop pasca serangan jantung. Dokter menyarankan dirawat di rumah sakit dengan layanan kesehatan jantung.

Setelah dibawa ke RS di Purwakarta, disarankan dirawat di ICU jantung. Saya pun harus bergeser ke tiga rumah sakit dalam semalam. Dua kali ditolak karena ICU penuh. IGD pun penuh. Maka kami abaikan bahwa pasien punya Kartu Indonesia Sehat (KIS). Memilih bayar jalur umum saja. Akhirnya bisa ditangani.

Masalah belum selesai. Saat dikabari harus dioperasi dengan biaya puluhan juta, kami berusaha menggunakan fasilitas dan jaminan KIS itu. Setelah melalui negosiasi yang alot, akhirnya dari rumah sakit swasta di Karawang itu, kami berhasil mendapat rujukan ke rumah sakit milik pemerintah provinsi Jabar.

Dalam sistem rujukan itu, kami mendapat jaminan bahwa semua tindakan medis terkonfirmasi ke rumah sakit yang dituju. Lalu saat tiba di RS rujukan, semua dokumen sudah diproses dan langsung ditindak.

Alhamdulilah, kami p**ang dengan kondisi pasien sudah membaik, pasca tindakan operasi melalui fasilitas KIS.(clue)

View Karawang dari lt 15....
27/11/2022

View Karawang dari lt 15....

21/11/2022

Kerusakan akibat gempa 5.6 SR yang mengguncang Cianjur-Jabar.

Kita doakan tdk ada korban jiwa

PESAN DARI BALI------------------------Catatan Lukman EnhaKADANG kita sering mendengar kritikan: programnya seremonial t...
16/11/2022

PESAN DARI BALI
------------------------
Catatan Lukman Enha

KADANG kita sering mendengar kritikan: programnya seremonial terus. Harusnya action, tindakan nyata. Kritikan itu bisa dialamatkan ke dalam konteks apa saja. Program pemerintahan, organisasi, kinerja perusahaan atau apa saja yang berkaitan dengan program kelembagaan.

Padahal, sering kali tindakan atau program diawali peristiwa seremonial. Atau justru, action itu nantinya juga akan berujung seremonial. Sebuah program pembangunan misalnya, diawali seremoni peletakan batu pertama dan diakhiri seremoni peresmian gedung.

Sebuah agenda besar pun, akan terasa makin sukses jika seorang master of ceremony (MC) membawakannya dengan cerdas dan berkesan. Artis-artis, banyak yang sukses berawal dari karirnya sebagai MC.

Maka, pemimpin sebenarnya adalah seorang maha-MC. Lebih dari sekadar pemandu acara. Tapi pemimpin adalah creator peristiwa. Creator program. Creator dari sebuah perhelatan seremonial itu sendiri.

Di Bali, kita sedang menyaksikan maha-seremoni. Acara pertemuan para pemimpin 20 negara maju. Dinamakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20. Melalui maha-seremoni itu, diharapkan ada komitmen dan deklarasi bersama atau komunike para pemimpin negara G-20.

Komunike itulah yang nantinya akan ditindaklanjuti dengan action oleh masing-masing negara G-20. Termasuk tuan rumah, Indonesia. Dua agenda besar yang dibahas yaitu: pemulihan ekonomi, kesehatan, energi dan transformasi digital.

Maka KTT G20 bukan sembarang seremoni. Diprediksi meningkatkan konsumsi domestik, transaksi ekonomi di tingkat lokal hingga Rp 1,7 triliun. Mendorong kontribusi PDB hingga Rp7,4 triliun. Inilah seremoni berkelas.

Kita tunggu, nanti hasil akhirnya apa. Tapi sudah terbayang, negara-negara maju mendorong penggunaan energi terbarukan. Tidak lagi menggunakan energi batu bara. Benarkah mampu? Sebab turbin-turbin listrik di Indonesia saat ini digerakan oleh pembakaran batu bara. Energi lain masih mahal.

Tapi Amerika dan negara-negara maju itu, menjanjikan suntikan modal hingga Rp 300 triliun untuk Indonesia demi mendorong proyek-proyek energi terbarukan. Sebenarnya ini program negara G7 melawan hegemoni Cina melalui program Belt Road Initiative (BRI). Program Xi Jinping yang diluncurkan sejak tahun 2013 lalu. Diragukan AS dan kawan-kawan, nyatanya program BRI Cina begitu berpengaruh.

Tak mau kalah, AS dan Eropa melalui pertemuan G7 pada Juni 2022 lalu, meluncurkan program saingan BRI Cina yaitu Built Back Better World (B3W). Komitmen investasi energi terbarukan itu pelan-pelan untuk mengurangi ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil. Sumber energi yang membuat Eropa dan AS repot. Ketergantungan negara timur tengah. Energi itu p**a yang memicu perang dagang dan ‘alat perang’.

Seperti Cina, negara G7 juga menargetkan Asia dan Afrika sebagai pasar energi terbarukan. Rupanya sudah mulai ‘didagangkan’ di KTT G-20. Tentu Indonesia jadi sasaran yang potensial. Sebab pembangkit listrik di Indonesia ketergantungan batu bara sebagai bahan bakar yang paling murah.

Batu bara Indonesia masih berumur 60 tahun lagi. Masuk 10 negara dengan cadangan terbesar di dunia. Tapi cadangan terbesar nomor satu dunia tetap Amerika. Mengapa mendorong energi terbarukan?

Ya Amerika selalu punya cara agar bisa dijuluki penyelamat dunia.

Sebagaimana kita menonton film-film holywood. Selalu berusaha membangun citra: hanya Amerika yang bisa menghentikan ancaman kiamat dunia.

Tidak lupa, di akhir akan muncul adegan kibaran bendera Amerika. Bebas saja, mereka yang bikin film. Sebenarnya, propaganda itu selalu dijalankan hingga saat ini. Tidak hanya di masa lalu, saat perang dunia.

Peluang secara bisnis dalam energi terbarukan sudah ditangkap oleh BUMD Subang Energi Abadi (SEA). Inilah BUMD yang ngurusin layanan gas ke rumah warga. Sebagian warga di Subang kota sudah terlayani, di pelosok belum. Kini mereka mencoba bekerjasama dengan perusahaan produsen energi surya.

Mencoba memasarkan, agar industri pelan-pelan sudah menggunakan panel surya untuk alat-alat elektronik yang digunakan. Tentu industri dalam skala besar masih kesulitan. Biayanya akan lebih mahal.

Tapi di papua sana, jangan heran, panel surya sudah dijual di toko bangunan, toko listrik, di pasar-pasar. Rumahnya sudah menggunakan listrik dari panel surya. Energi terbarukan.

Agenda penting selanjutnya, mendorong transformasi digital. Ini terjadi di segala sektor. Yang paling terasa, tentu dalam transaksi keuangan. Kita kedepan tidak akan lagi kesulitan bertransaksi di berbagai negara. Ini sudah dimulai.

Sesama negara ASEAN, sudah berkomitmen melakukan pembayaran cukup melalui Qick Respons Indonesia Standard (QRIS). Bank Indonesia (BI) dan bank central negara-negara di ASEAN sudah menyepakati mekanisme pembayaran digital ini. Maka bisnis penukaran uang terancam mati. Sebagaimana bisnis wartel dengan kehadiran internet.

Pemulihan ekonomi melalui bisnis berbasis digital (e-commerce) menjadi atensi bersama. Pelaku bisnis digital terbukti menjadi faktor pendorong pemulihan ekonomi yang cukup signifikan pasca-pandemi Covid-19. Konektivitas internet menjadi hal yang penting.

Hingga 2020, bisnis digital menyumbang 4 persen PDB Indonesia. Tapi para ahli memprediksi, pada 2030 mendatang, bisa berkontribusi 18 persen PDB atau lebih dari Rp.1000 triliun. Maka peluang ini perlu mendapat perhatian dengan menyiapkan infrastruktur dan sumber daya yang memadai.

Tiga isu krusial itu: pemulihan ekonomi dan kesehatan, energi terbarukan serta transformasi digital juga selayaknya jadi perhatian kita semua. Para kepala negara, kepala daerah, hendaknya memperhatikan hal mendasar itu.

Apa Langkah-langkah pemulihan ekonomi, aktivitas ekonomi apa yang bisa didorong sehingga menghasilan efek rambat ekonomi. Membuka lapangan kerja dan membuka peluang usaha.

Selanjutnya, dukungan internet serta pemerataan konektivitas harus diperhatikan. Hampir semua aktivitas kita ke depan, akan berkaitan dengan internet. Mengajar, dagang, diskusi, seminar atau pun pemasaran makin ketergantungan internet. Makin banyak sekolah tanpa kelas dan dagang tanpa toko. Lihatlah Gojek, perusahaan layanan transportasi tanpa harus membeli motor dan mobil.

Di Myanmar, kelompok oposisi pemerintahan junta militer, mendirikan negara tanpa Gedung. Bernama NUG (National Unity Government). Punya kepala pemerintahan yang menyapa rakyatnya hanya melalui internet. Punya para menteri dan milisi militer.

Era digital juga ditandai ‘berkumpulnya’ percakapan tidak hanya di warung kopi. Tapi berdengung di media sosial. Ruang maya. Di sanalah curahatan, keluhan dan gagasan dicurahkan. Maka sebaiknya pemerintah, memahami era ini. Jika tidak, antara kebijakan dengan keinginan public tidak akan nyambung.

Syukur jika pemerintah memahami itu. Tapi minimalnya bagi kita: jangan sampai memiliki hape tanpa kuota internet. Karena pemerintah belum peduli menyediakan layanan internet gratis untuk setiap warganya.(clue)

15/11/2022

Apa itu Subang Investment Summit 2022?

TIGA WARNA JIMAT-AKUR-----------------------------Catatan Lukman EnhaMEDIA masih malu-malu untuk menganalisa, hal-hal be...
02/01/2022

TIGA WARNA JIMAT-AKUR
-----------------------------
Catatan Lukman Enha

MEDIA masih malu-malu untuk menganalisa, hal-hal berikut ini:

• Jimat-Akur jilid 2 masih memungkinkan dilanjutkan?

• Bagaimana nasib koalisi partai pendukung Jimat-Akur setalah Kang Jimat memilih banteng?

• Mungkinkan koalisi PDIP-PKS-Nasdem di tahun 2024 terbentuk dan mendukung Jimat-Akur?

• Apakah setelah 3 tahun, Jimat-Akur berkinerja baik?

Belum banyak forum-forum diskusi yang membahas itu. Di mana para akademisi, mahasiswa dan elit Parpol berdiskusi?

Padahal, publik menunggu. Ingin ada ulasan dari media, akademisi, elit parpol, atau misal koalisi berkumpul dan mengklaim keberhasilan.

Sebaliknya, bisa berupa kritik-kritik tajam dari koalisi (jika ada). Sah-sah saja kalau itu dilakukan di alam demokrasi ini. Tapi tidak ada. Atau ada, tapi belum banyak.

Banyak anyak pertanyaan mendasar yang bisa titik tolak bahasan itu. Mengapa Kang Jimat memilih bergabung PDIP? Benarkah banyak keuntungan yang didapat?

Misal: program dari pusat itu diakses lewat jalur PDIP? Perpres 87 tahun 2021 yang membahagiakan itu diakses lewat relasi PDIP?
Jika iya, maka sangat tepat pilihan Kang Jimat bergabung PDIP. Atau mungkin itu lobi Kang Jimat-tim dan koalisi via Gubernur Jabar?

Isi Perpres itu fokus mendukung konsep Kawasan Rebana made in Gubernur RK. Di dalamnya Subang ikut diuntungkan.

Kita ingat, beberapa kali Kang Jimat punya kesempatan mengajak RK ke jalur Cipendeuy-Serangpanjang yang baru dibuka. Mengajak p**a meninjau pelebaran jalan Cupunagara-Cikole Lembang.

Tapi apapun, warga Subang patut bersyukur, melalui Perpres itu, triliunan rupiah dana APBN akan dikucurkan untuk membiayai proyek infrastruktur di Subang. Lima ruas pembangunan jalan baru, pelebaran jalan, pembangunan TPA Panembong dan pengembangan kawasan industri tertuang dalam Perpres itu.

Di momen liburan natal dan menjelang tahun baru 2022 terjadi kemacetan di beberapa titik. Mulai dari jalur kota Subang, Jalancagak hingga Ciater.

Kelak kemacetan itu akan terurai. Setalah ada jalur lingkar luar kota Subang dan jalan alternatif. Kendaraan masuk Subang bisa keluar tol Kalijati lalu masuk jalur Cipendeuy-Serangpanjang. Warga dari Serangpanjang, Sagalaherang juga Wanayasa Purwakarta yang akan bekerja di kawasan Industri Cipendeuy tidak perlu memutar ke kota Subang. Bisa melalui jalan alternatif itu. Denyut ekonomi baru akan tumbuh di sepajang jalan 26 Km itu.

Kelihatannya, betapa sulit memahamkan bahwa jalan baru itu penting. Apalagi untuk diklaim terobosan program Jimat-Akur yang hebat. Tapi bisa juga itu baik jika diklaim. Tanpa lobi dan persiapan, program jalan-jalan baru itu sulit diakomodir APBN.

Saya amati di akun Instagram Kang Jimat dan Wabup Agus Masykur, selalu diberondong kritikan netizen tentang jalan rusak dan bolong. Mencibir jalan baru. Inginnya jalan lama dulu dibenerin. Padahal memang banyak juga yang sedang diperbaiki.

Padahal, tahun 2020 lalu saat Covid menggila, kepala daerah bahkan dilarang mengalokasikan anggaran untuk infrastruktur. Semua disetop. Fokus penanggulangan Covid-19, fokus menyelamatkan nyawa. Itu lebih penting dari apa pun.
Saat tahun 2020 p**a semua ekonomi negara drop. Pendapatan drop. Jatuh ke titip minus yang dalam. Semua pendapatan pajak hotel dan restoran hilang. Semua orang di rumah.

Ini 'PR' tim humas dan Kominfo Pemda Subang yang belum jadi atensi maksimal. Atau tim bupati atau PR tim koalisi untuk menjelaskan.

Gegap gempita menutup tahun ketiga pemerintahan Jimat-Akur pun, pada 29 Desember lalu terasa masih begitu 'sunyi'. Tidak ada konferensi pers sebagai laporan ke publik. Atau mengundang para tokoh publik untuk terlibat.

Tapi ini, saya memaknai sikap Jimat-Akur yang begitu karena ingin sederhana. Untuk apa p**a digelar meriah. Perjalanan masih cukup panjang, tersisa dua tahun. Mungkin nanti akan dikemas berbeda. Mungkin karena protokol kesehatan dan lainnya.

Dan, yang terbaik adalah biarkan publik yang berbicara, bukan Jimat-Akur yang bicara. Apa bedanya, apa hebatnya, apa terobosannya pemerintahan sekarang dibanding sebelumnya. Biarkan publik yang menyampaikan.

Meski masih terasa sunyi. Rupanya ada inisiasi dari warga Subang yang mencoba memotret kinerja Jimat-Akur. Periset Cevi Herdian melalui lembaga riset start up GertaOne mencoba melakukan riset.

Data menunjukkan 68,8 warga Subang merasa puas dengan kinerja Jimat. Berharap ingin kembali melanjutkan kepemimpinannya.
Itulah data.

Berbeda dengan kritikan tajam netizen di medsos seperti yang tadi disebutkan. Berarti yang memuji dan puas sebenarnya banyak. Hanya mereka diam. Tidak menuliskannya di kolom komentar. Mereka kelompok silent majority.

Kritik tajam tentang infrastruktur lebih kecil dari yang mengapresiasi. Survei GertaOne juga menunjukkan kepuasan atas kinerja Jimat, juga karena upaya perbaikan infrastruktur. Hanya, publik merasa belum ada penjelasan memadai tentang apa yang sudah dan akan dikerjakan tentang infrastruktur.

Tiga tahun terlewati. Tiga tahun mendominasi warna hijau, putih dan biru. Belakang menyalip warna merah. Jadilah perayaan tiga tahun Jimat-Akur berwarna merah-putih-biru. Muncul spekulasi koalisi PDIP-PKS-Nasdem. Tiga warna gerbong koalisi besar.

Selebrasi simboliknya sudah terlihat di atas panggung perayaan 3 tahun Jimat-Akur 29 Desember lalu.

Warna lain bagaimana? Kita akan lihat dua tahun sisanya. Kita akan lihat hasil Pileg 2024. Kita lihat jalan-jalan baru sudah selesain. Pelabuhan Patimban kian ramai.

Semuanya berawal dari tahun 2022. Selamat tahun baru. Semangat baru.(*)

MERKEL PENSIUN--------------------Rakyatnya masih membutuhkan wanita ini. Untuk mengatasi gelombang 4 Covi-19. Melawan v...
07/12/2021

MERKEL PENSIUN
--------------------

Rakyatnya masih membutuhkan wanita ini. Untuk mengatasi gelombang 4 Covi-19. Melawan varian baru bernama Omicron. Konstitusi juga masih membolehkan, jika wanita ini masih ingin berkuasa.

Tapi, wanita 67 tahun ini memilih mundur. “Tidak harus selalu mengambil keputusan” begitu alasannya. Artinya, ia tidak akan lagi menjadi pengambil keputusan. Tidak akan menjadi seorang pemimpin lagi.

3 Desember 2021 adalah hari terakhir. Ia melambaikan tangan menembus malam yang dingin. Ya, wanita kuat Jerman Angela Merkel memilih untuk p**ang ke rumahnya. Mengakhiri masa jabatannya dan tidak lagi berminat mengikuti Pemilu.

Padahal, jika mau berkuasa untuk periode kelima, Merkel berpeluang besar memenangkan lagi Pemilu yang digelar Oktober 2021 ini. Jajak pendapat menyebut Merkel masih disukai dan akan dipilih rakyat Jerman.

Bagi Merkel, sudah cukup 16 tahun memimpin Jerman atau 4 periode. Bahkan keputusannya tidak akan ikut pemilu lagi sudah diumumkan sejak tahun 2018 lalu di hadapan partainya: Christian Democratic Union (CDU). Sekaligus mundur sebagai pemimpin partai yang sudah mengantarkannya menjadi kanselir Jerman.

Di malam 3 Desember itu, Merkel melambaikan tangan. Pamit dari segala gemerlap kekuasaan negara perekonomian terbesar di Eropa. Masih banyak orang yang gagal move on. Masih merasa Jerman bersama Merkel. Si ahli menangani kedaruratan. Manajer dalam situasi krisis. Boneka dengan simbol tangah khas Merkel laris di pasaran.

Dua hal yang sangat diingat Merkel dan publik. Bagaimana mengendalikan gelombang ribuan pengungsi dari konflik Timur Tengah tahun 2015 dan menangani pandemik Covid-19 tahun 2020 lalu. Meski kasus melonjak, tapi kematian sangat rendah.

Kini ditinggalkan Merkel, Jerman tengah dilanda gelombang keempat Covid-19. Apalagi menghadapi musim dingin yang mematikan. Tanpa Covid-pun, kematian akibat flu selalu menghantui warga Jerman, pada umumnya eropa.

Tapi Merkel lapang dada. Legowo Kanselir Jerman penerusnya bukan dari elit partai CDU. Melalui koalisi ‘lampu lalu lintas’ tiga partai (berwarna merah-kuning-hijau), bersepakat mengusung Olaf Scholz dari Partai Sosial Demokrat (PSD) menjadi Kanselir Jerman. Seharusnya Olaf sudah dilantik 6 Desember 2021.

Partai Merkel, CDU yang meraih 24 persen suara kalah tipis oleh PSD yang mendapat 25 persen suara. Karena tidak ada partai yang berhasil meraih suara mayoritas, maka diperlukan koalisi. Maka partai merah (PSD), partai kuning (CDU) dan partai hijau (Greens) yang kemudian disebut koalisi ‘lalu lintas’ bersepakat koalisi dan mengusung Olaf Scholz dari partai PSD menjadi Kanselir Jerman.

Merkel sudah mengucapkan selamat untuk Olaf. Terakhir Olaf menjadi Menteri Keuangan di pemerintahan Angela Merkel. Berperan besar mengendalikan krisis keuangan selama hantaman Covid-19.

Keputusan Olaf untuk mengerem pinjaman keuangan menjadi populer. Sebab Jerman sudah mulai pulih secara ekonomi. Olaf pun akan melanjutkan kebijakan Merkel, 80 persen pembangkit listrik tanpa menggunakan batu bara. Harus energi terbarukan. Ini permintaan keras Partai Hijau yang konsen di isu lingkungan.

Selain itu, Tapi Olaf akan menghadapi dampak dari keputusan berani Merkel menerima ribuan pengungsi Tumur Tengah. Dari Afghanistan dan negara-negara konflik lainnya.

Kebijakan Merkel menerima pengungsi ditentang sebagian penduduk Jerman. Mereka cemas terjadi radikalisme dan yang menghantui hingga kini yaitu banjir tunawisma yang masih belum terpecahkan. Olaf berjanji mengakhiri krisis itu di tahun 2030.

Maklum, biaya hidup di Jerman sangat tinggi. Kini terjadi kekurangan hunian. Sejumlah LSM pun sulit menempatkan tuna wisma di hunian murah karena terbatas. Apalagi warga Jerman mayoritas sudah tua.

Hampir saja Merkel tidak terpilih kembali dalam Pemilu karena kebijakannya menerima para imigran Timur Tengah. Tapi dunia internasional bersimpatik dan memujinya sebagai langkah berani. Terutama dari negara-negara Islam seperti Turki. Merkel pun masuk nominasi penerima nobel perdamaian.

Bagi Merkel, situasi itu bukan krisis: ‘manusia adalah tetap manusia’. Begitu Merkel menyatakan alasannya. Bahwa pengungsi itu harus ditolong. Sambil menyerukan kecaman atas perang dan penindasan. Merkel mendesak pemimpin dunia mecari akar masalahnya, mengapa seseorang bisa melarikan diri dari negaranya.

“Wir schaffen das," yang berarti, "Kita bisa melakukan ini”. Kata-kata itu menggema. Merkel mengajak semua pihak untuk peduli terhadap para imigran.

“Tidak ada jabatan yang harus diperjuangkan mati-matian”. Begitu kata Gus Dur.

“Pentingnya kepercayaan pada pemimpin politik, sains dan wacana publik” begitu kata Merkel di malam perpisahannya.

Di masa pensiun, Merkel berhak menikmati uang pensiun Rp250 juta setiap bulan. Ditamnbah hak keamanan, penasehat dan sopir pribadi hingga akhir hayatnya Bersama sang suami, dosen-Profesor Fisika. Publik pun menebak-nebak, apa yang akan dilakukan Merkel setelah pensiun?

Berkebun, naik gunung, memasak, menulis novel atau jadi Sekjen PBB. Itulah tebakan publik Jerman.

Tidak ada satupun yang menebak Merkel berambisi jadi Ketum partai atau mendorong anaknya jadi calon wali kota atau bupati.(*)

KACAMATA AZIZ SS---------------------Catatan Lukman EnhaLANGSUNG menjawab keraguan publik. Dalam kurun waktu empat bulan...
28/11/2021

KACAMATA AZIZ SS
---------------------
Catatan Lukman Enha

LANGSUNG menjawab keraguan publik. Dalam kurun waktu empat bulan BUMD PT Subang Sejahtera (SS) membuat kejutan. Ibarat lari, setelah sedikit pemanasan langsung sprint. Ibarat mesin yang udah karatan, setelah diisi oli dan bahan bakar langsung dipanaskan.

Baru empat bulan Direktur Utama Azis Muslih mengambil alih kendali ‘kapal SS’ yang sudah berumur 18 tahun itu. Saya pun baru tahu, Anda juga, ternyata BUMD SS sudah berumur remaja, sudah dewasa. Dirayakan pada 17 November kemarin.

Itulah hari pertama dalam 18 tahun, halaman kantor BUMD SS dipenuhi banyak orang dan kendaraan. Seingat saya begitu. Mereka yang datang selain para pejabat Pemkab Subang juga para mitra bisnis BUMD SS. Inilah kejutannya: diteken kerjasama dengan 14 mitra bisnis.

Itulah tasyakuran bersejarah. BUMD SS sudah membentuk dua anak perusahaan yaitu PT SS Pelabuhan dan PT SS Maritim. Dua anak perusahaan yang bergerak di logistik dan pengapalan di Pelabuhan Patimban.

Suatu jawaban tegas atas opini publik agar Subang tidak jadi penonton. Tidak hanya menonton megahnya Pelabuhan Patimban.
Tidak berhenti di dua perusahaan itu. BUMD SS akan eksis di usaha pariwisata, bidang pangan, bidang properti dengan membentuk SS Pro, bidang infrastruktur dengan membentuk SS Mix.

“Banyak pendapat Subang jangan jadi penonton. Lalu bagaimana caranya? Melalui BUMD ini kita jawab. Saya ingat pesan Pak Bupati: harus menjadi kartel. Maksudnya apa, saya teringat dengan Singapura. Semua hal untuk kebutuhan masyarakat dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi disediakan oleh BUMN. Mengapa tidak, kebutuhan masyarakat Subang dikerjakan oleh BUMD,” papar Aziz.

Begitu sambutan Dirut SS dengan penuh semangat. Bahkan pencapaian itu, kata Aziz dilakukan hanya dengan tim karyawan empat orang. “Kami ini bukan lari lagi, tapi sprint, Pak. Saya ini pakai kacamata kuda saja, lurus,” ujar Aziz dalam beberapa kesempatan diskusi dengan saya.

Kita bisa melihat hasilnya. Dalam tempo empat bulan Aziz sudah membuat gebrakan. Tentu bukan sendirian, dibantu Direktur Operasional ‘Bobby’ Haerul Anwar. Seorang mantan anggota DPRD Subang selama dua periode. Itu penting, sebab urusan BUMD akan kental dengan kebijakan politik. Mas Bobby yang menghadapinya.
Juga dibantu Direktur Keuangan Deden Insan Nugraha yang pengalaman di bidang keuangan. Deden alumni Bank BJB, bekerja selama 26 tahun di bank pelat merah itu.

Mungkin banyak pejabat Subang yang belum tahu, siapa Aziz Muslih? Saya sendiri sudah mengenalnya sejak Ia merintis usahanya di Subang. Sekitar tahun 2010 atau 2011. Saat Aziz mendirikan usaha Madani Home. Kini sudah punya sekolah modern Al-Madani Islamic School juga perumahan.

Aziz memang kuliah di UPI. Tapi nasib membawanya bekerja di perusahaan Amerika bernama Ace Hardware. Merek dengan reputasi tinggi dalam penyediaan kebutuhan isi rumah.

Saat di puncak karir, sebagai manager area Indonesia dengan belasan ribu karyawan yang harus dipimpin, Aziz memilih mundur dari Ace Hardware. Meninggalkan gaji ratusan juta. Sebab ingin usaha sendiri.

“Mundurnya saya dari Ace Hardware setelah 20 tahun dengan salary cukup tinggi ditangisi keluarga. Tapi alhamdulilah, kini sudah ada Madani Home. Sebagai lulusan UPI, saya pun mendirikan sekolah,” katanya dalam satu kesempatan diskusi dengan saya.

Aziz pun kembali memberi kejutan kedua untuk keluarga. Saat ditawari open bidding di BUMD SS. Satu sisi pihak keluarga khawatir terlarut dalam ‘keruwetan’ politik dan birokrasi. Di sisi lain Aziz pun punya rasa ingin mengabdi untuk Subang.

Aziz gamang. Saya termasuk mendorong Aziz menerima tawaran itu. Sebab sejak awal saya pun yakin dengan reputasinya. Pansel BUMD SS pun memberikan penilaian tertinggi untuk Aziz. Bupati pun yakin, Aziz mampu membenahi SS. Hasilnya mulai terlihat.

Jika benar semua rencana bisnis tadi berjalan, inilah sumber pendapatan BUMD SS: pengapalan kendaraan di Pelabuhan Patimban sebagai perusahaan bongkar muat, pengiriman hasil komoditi pangan, pengelolaan pasar, sharing profit atas saham 5 persen pengelolaan jalan tol Cipendeuy-Pelabuhan yang akan dibangun, pembangunan perumahan, proyek infrastruktur dan pariwisata.

Khusus bidang pariwisata, Aziz sempat memberi bocoran, SS akan mengelola kawasan wisata di Ciater. Bekerjasama dengan perusahaan yang kini sudah dapat izin membangun wisata di kawasan perkebunan teh itu. “Kami akan mengelola wisata pemandian air panas,” kata Aziz.

Sama sekali tidak menyinggung dan membanggakan pendapatan dari bagi hasil Pertamina ONWJ melalui BUMD MUJ Jawa Barat. Bahkan pendapatan dari kepemilikan saham di perusahaan itu, BUMD SS langsung menyerahkannya ke Pemkab Subang. Hanya 20 persen saja yang digunakan untuk kegiatan operasional.

Rambu-rambu dari bupati sebagai pemegang saham BUMD sudah ditaati direksi BUMD. Bulan lalu sudah menyetorkan Rp2,1 miliar ke kas daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

Bagi Aziz dan direksi yang baru, tantangan dari Bupati Subang itu tidak masalah. Apalagi kini mereka sudah memakai kacamata kartel. BUMD SS punya mimpi banyak hal. Mengelola banyak hal.

Menyodorkan konsep holding company. BUMD SS ingin menjadi holding beragam perusahaan. “Kita (BUMD) harus menjadi pemilik usaha pak. Bukan lagi bagian dari orang lain,” tegas Aziz.

Mungkin saja Bupati Ruhimat juga Aziz bermimpi menjadikan SS sebagai ‘Temasek’ versi mungil. Temasek (dibaca: temasik) adalah super holding perusahaan BUMN di Singapura. Sungapura adalah Temasek. Temasek adalah Singapura.

Gurita bisnis Temasek ke mana-mana. Begitu kuat di berbagai negara juga Indonesia. Jika Anda nasabah Bank Danamon, maka Anda menjadi bagian penyuplai pendapatan negeri kecil tapi kaya raya itu. Ada 2.400 kantor bank di Indonesia di bawah gurita Temasek. Temasek pun menjadi salah satu pemegang saham di Telkomsel melelalui perusahaan Singtel.

Negaranya memang kecil. Tapi gurita bisnisnya raksasa. Melalui tentakel gurita Temasek pundi-pundi miliaran dollar terus mengalir ke Singapura. Tidak perlu pusing dengan sumber daya alam yang minim.

Begitu banyak negara iri dengan superholding Temasek. Karena cengkraman Temasek p**a, Indonesia seringkali dibuat tidak berdaya menghadapi Singapura. Karena apa? Karena Singapura banyak uang.

Memang benar Singapura hanya negara kecil. Hanya dihuni 5 juta penduduk. Tapi anggaran militernya 3 kali lipat dari Indonesia. Sangat disayang Amerika, siapa mengusik Singapura maka akan berhadapan dengan pangkalan militer ketujuh AS yang dibangun di Singapura. Karena apa? Karena Singapura banyak uang.

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok bahkan sesumbar sudah saatnya Indonesia memiliki superholding BUMN seperti Temasek atau Khazanah di Malaysia. Kini upaya membentuk suporholding itu terus diupayakan oleh Menteri Erick Thohir dan Sri Mulyani.

Tapi menurut mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan tidak mudah membuat superholding di Indonesia seperti Temasek. Masalahnya ada di sistem politik. Mungkin butuh 10 periode presiden ke depan, baru bisa membuat holding BUMN seperti Temasek. Sudah diawali sejak zaman Presiden SBY. Lebih kencang di dua periode Jokowi.

Payung hukumnya sudah ada: Omnibus Law. Anak kandungnya sudah lahir Lembaga Pengelolaan Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA). Pelan tapi pasti, perusahaan-perusahaan BUMN yang tidak jelas, rugi, tidak terurus diserahkan ke PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) sebagai ‘tukang jagal’ untuk dilebur atau ditutup.

Sedangkan perusahaan yang sehat kini asetnya mulai dikelola oleh LPI. Agar nilai asset bertambah dengan skema ditawarkan kepada investor. Kelak, jika proses penggabungan ini sudah semakin ramping, bisa jadi LPI itu berkembang menjadi seperti Temasek. Saat itulah Kementerian BUMN sudah tidak diperlukan lagi. Harus dibubarkan.

Itulah perkembangan di pusat. Tinggal bagaimana pemerintah daerah mengadopsi langkah-langkah inovasi itu. Pusat membenahi BUMN, daerah membenahi BUMD. Pemprov Jabar sudah mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan menata BUMD.

Unit bisnisnya sudah lumayan menggurita. Dari mulai bidang usaha perbankan, hotel, mall, property, pariwisata hingga gudang dan ruko pun punya.

Bagaimana BUMD Subang? Baru di level bisa mengurusi air bersih dan jasa keuangan. Baru akan bergerak untuk mengurusi distribusi gas untuk rumah tangga. Sisanya baru dimulai untuk usaha wisata, infrastruktur dan kepelabuhan.

Inilah tantangan Bupati Ruhimat. Sebagai kepala daerah cm pengusaha tentu adrenalinnya tertantang untuk mengembangkan BUMD. Hanya butuh cara saja bagaimana menemukan SDM yang tepat memimpin BUMD dan dukungan kebijakan dari pemerintah daerah.

Beda pemimpin beda kacamata. BUMD SS kini sedang pakai kacamata kartel ala Temasek. Jangan sampai gonta-ganti kacamata. Apalagi diganti dengan kacamata burem.(*)

Address

Subang

Telephone

+6285222659392

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Catatan Lukman Enha posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share


Other Media/News Companies in Subang

Show All