07/10/2022
GADIS KRETEK
---------------
Catatan Lukman Enha
DALAM dua hari ini saya memikirkan istilah: kretek, klobot, linting, srinthil. Asal mula racikan rokok. Saya membuka google, mencari sejarah panjang kretek di nusantara. Itu semua dipantik novel ‘Gadis Kretek’ yang baru saya beli hari Jumat. Hari minggu malam sudah tuntas saya baca.
Saya putuskan: harus menulis tentang kretek dan novel-novel Indonesia yang hebat. Sekalian tentang isi novel ‘Gadis Kretek’ yang segera ditayangkan di Netflix. Padahal novel ini sudah terbit tahun 2012 lalu. Baru akan tayang di serial Netflix pada 2023 nanti. Dibintangi aktor hebat tanah air seperti Dian Satro, Putri Marino dan Aria Saloka.
Saya jarang nonton film yang diadaptasi dari novel. Hanya beberapa saja yang terpaksa saya tonton. Seperti film ‘Bumi Manusia’ yang diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer yang terkenal itu. Saya hanya ingin tahu peran Nyai Ontosoroh yang berkarakter hebat itu. Tapi rasanya aktor di film, tidak sehebat apa yang dideskripsikan di novelnya. Tidak kecewa, tapi kurang greget.
Beberapa aktor terlalu dipaksakan. Terlalu cantik dan tampan. Kurang Indonesia banget. Padahal film itu berlatar Indonesia sebelum merdeka. Rasanya kurang Indonesia. Tapi memang tidak mudah mencari sineas yang pas.
Itu p**a salahsatu alasan gak bermutu saya mengapa jarang nonton film Indonesia di layar lebar. Tapi sekarang kelihatannya sudah mulai berbeda. Banyak talenta muda, sineas muda berbakat.
Film adaptasi novel lain yang saya tonton yaitu ‘Habibie dan Ainun’.
Tapi film ini sukses membuat saya terharu. Saya maun nonton karena tidak baca novelnya. Akting Bunga Cintra Lestari dan Reza Rahadian memang hebat.
Lalu pernah nonton ‘Sepatu Dahlan’ menjelang tahun politik. Kisah di novelnya jauh lebih mengharu biru. Tapi tidak demikian saat di layar lebar. Begitu juga rasanya saat nonton ‘Laskar Pelangi’ yang heboh dan sukses itu.
Sejak saat itu saya berjanji, tidak akan nonton film layar lebar adaptasi novel. Kecuali dalam keadaan tertentu. Sebab akan mengurangi kekuatan imajinasi yang sudah tertanam di kepala.
Saya juga sudah mantap tidak akan nonton ‘Cantik Itu Luka’ karya Eka Kurniawan yang amat sangat hebat. Sekaligus masih ragu, ada yang ‘berhasil’ mem-film-kannya. Terbayang akan berbiaya mahal.
Bagi saya, Eka Kurniawan layak disebut Pramoedya muda. Caranya mengupas sejarah, menyelipkan pesan dalam dialog, kalimat-kalimat radikal, nakal, vulgar dan beraninya, demikian kuat. Sastrawan Indonesia kelas dunia.
Benar saja ‘Cantik Itu Luka’ itu sudah diterbitkan di belasan negara lain di dunia. Seperti tetralogi Buru (baca: empat jilid novel yang dibuat saat Pram dipenjara di Pulau Buru) karya Pramodya.
Juga saya tidak akan nonton ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’. Ragu ada aktor yang bisa memerankan karakter nakal, binal dan cabul.
Terlalu vulgar untuk difilm-kan di Indonesia. Tapi memang begitulah Eka menggambarkan kelamnya Indonesia di masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Indonesia juga punya novelis berkelas Tere Liye yang konsisten dengan judul satu atau dua kata. Misalnya novel ‘Tentang Kamu’ cocok untuk memotivasi perempuan yang hebat dan ingin sukses. Alur ceita yang apik, karakter yang kuat. Bak menyaksikan film drama kelas hollywood.
Jika Anda pernah menyaksikan film ‘I Care A Lot’, kisah wanita penipu lansia kaya, begitulah tipikal cerita-cerita karya Tere Liye. Berliku, penuh drama, mendebarkan, sulit ditebak. Seru!
Jika ingin yang puitis dan lembut, bisa membaca karya guru besar sastra Sapardi Djoko Damono melalui novelnya ‘Hujan Bulan Juni’’ yang mengemas rasa cinta begitu halus. Sedangkan bagi yang s**a cerita kisah pewayangan, bisa menikmati karya Seno Gumira Ajidarma. Sukses dengan novel ‘Drupadi’ yang memikat.
Sentuhan sejarah yang kuat juga terasa di novel ‘Gadis Kretek’. Bisa jadi ada mas**an-mas**an dari sang suami. Ratih Kumala, penulis novel itu, tak lain adalah istri novelis Eka Kurniawan. Jadilah pasangan suami-istri novelis yang hebat.
Sudah jadi kebiasaan saya, setiap ada buku yang bagus, biografi penulisnya saya cari. Supaya bisa belajar dari mereka bagaimana menggapai kesuksesannya itu. Misalnya kita semua tahu, bagaiaman novelis terkaya di dunia JK Rowling yang berkali-kali ditolak penerbit. Saat menawarkan naskah novel ‘Harry Potter’.
Sebuah ide menulis yang muncul saat Rowling naik kereta. Jadilah Harry Potter yang melekat, rasanya nyata. Seperti sosok Si Cepot yang seakan nyata bagi warga Sunda-Jawa Barat. Film dan novel Harry Potter, sama-sama hebat.
Tidak mudah bagi Ratih menulis ‘Gadis Kretek’. Ia riset sampai empat tahun. Mengoleksi ratusan bungkus kretek dari masa ke masa. Mendatangi pabrik-pabrik kretek yang sudah bangkrut di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ia mencari srinthil. Tembakau terbaik yang tidak mudah ditemukan. Rasa dan aromanya harum. Novelis Ahmad Tohari memilih Srinthil sebagai nama penari yang digandrung dalam novel ‘Ronggeng Dukuh Paruk‘.
Ibarat petani nanas di Subang, tidak mudah menemukan nanas si madu dari hamparan kebun nanas. Nanas si madu itu rasanya beda. Lebih harum dan manis dari nanas lainnya.
Ratih memang gadis kretek sesungguhnya. Ia keturunan kakeknya yang pernah punya pabrik kretek di Magetan, Jawa Tengah.
‘Gadis Kretek’ sudah terbit sejak 2012, baru akan di-film-kan 10 tahun kemudian. Saya misalnya, baru dengar novel ini empat bulan ke belakang. Kini sudah dicetak tujuh kali. Demikianlah novel atau buku, populer beberapa tahun kemudian. Banyak p**a yang populer setelah penulisnya wafat.
Seperti tetralogi Buru karya Pramoedya atau ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wick’ karya Buya Hamka. Pertama kali terbit tahun 1939. Filmnya diputar tahun 2013, melambungkan nama aktris muda Pevita Pearce.
Dari ‘Gadis Kretek’ Kita bisa tahu banyak hal. Sebenarnya, kretek yang hari ini berkembang menjadi industri rokok, memang bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Racikan cengkih, tembakau, saus dilinting kulit jagung kering yang disebut klobot, dianggap mampu mengobat sakit asma, bengek. Saat dibakar terdengarlah bunyi: kretek. Tradisi lama yang sudah ada sejak tahun 1890-an.
Dari novel itu kian jelas, bagaimana persaingan perusahaan rokok rupanya sudah sejak lama. Ratusan tahun lalu. Kisah persaingan perusahaan kretek yang dibalut cinta bujang dan anak majikannya adalah ide utama cerita novel itu.
Sekaligus merangkum beragam cara perusahaan memenangkan pasar, meramu saos citarasa kretek, melinting hingga memilih bahan kretek.
Kita akan tahu, sebenarnya, perusahaan-perusahaan kretek atau rokok itu dilahirkan oleh mantan buruh di perusahaan kretek. Saling curi resep. Semuanya bermula dari kesuksesan perusahaan kretek Tjap Bal Tiga milik pengusaha besar bernama HM Nitisemito.
Saya membayangkan, mungkin dialah orang terkaya di Indonesia saat itu. Punya 10 ribu karyawan. Punya 6 pabrik dengan luas 6 hektare. Berpusat di Kudus.
Rokok buatannya menguasai pasar Indonesia hingga di ekspor ke Belanda. Menyewa pesawat khusus. Bahkan mempekerjakan ahli keuangan asal Belanda. Lalu ambruk karena perang dunia II. Karena Jepang masuk Indonesia dan karena perselisihan antar ahli warisnya.
Lalu mantan agen penjualan Tjap Bal Tiga bernama Koe Djie Siong mendirikan pabrik rokok dengan nama Minak Djinggo (1932). Persis meniru cara dagang dan racikan Tjap Bal Tiga. Juga dibantu menantunya yang juga mantan pegawai di perusahaan rokok itu. Lalu lahirlah merek Nojorono. Sedangkan legenda Tjap Bal Tiga ambruk di tahun 1955.
Ratih mengabadikan merek kretek itu. Diceritakan merek Tjap Bal Tiga tertulis di teko yang selalu digunakan minum teh keluarga Soeraja. Ayah gadis kretek Jeng Daliyah. Itulah sisa kejayaan perusahaan kretek yang akan selalu dikenang. Menginspirasi Soeraja yang berhasil melahirkan merek: Kretek Gadis.
Agen rokok di Jakarta Oei Wie Gwan kemudian meniru jejak Koe Djie yang sukses dengan Minak Djinggo. Oei dengan dibantu 10 karyawannya mendirikan Djarum di tahun 1951. Memasok rokok untuk Dinas Angkatan Darat.
Itu persaingan di Kudus. Sedangkan di Surabaya, Jawa Timur, pasar kretek dipimpin oleh merek dagang Dji Sam Soe milik PT HM Sampoerna yang berdiri di tahun 1931. Di Malang berdiri PT Bentoel (1930). PT Gudang Garam di Kediri. Demikianlah kota penting yaitu Kudus, Kediri, Surabaya dan Malang punya peranan besar dalam industri rokok tanah air. Hingga sekarang.
Demikian p**a menurut saya, novel ‘Gadis Kretek’ ini penting. Merangkum sejarah panjang idustri kretek tanah air.(clue)