14/09/2021
HUTANG KITA PADA ANAK
Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah.
Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan.
Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.
Tetapi,
seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, se marah apapun kita pernah membentak mereka...
Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya.
Menghibur kita dengan tawa kecilnya,
Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya,
Seolah semuanya baik-baik saja,
seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.
Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan Mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka,
tetapi, Sebenarnya merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, dan membahagiakan kita
Kita berhutang banyak pada anak-anak kita.
Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap dan bermain dengan mereka?
Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka.
Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.
Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.
Anak-anak yang terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.
Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri.
Anak-anak yang barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.
Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.
Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka:
"Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan"
Selamat memeluk anak-anak kita.