23/05/2024
KISAH KEUTAMAAN HARI JUM'AT
Pada zaman Syeh Malik Bin Dinar hidup dua orang Majusi bersaudara (penyembah api). Sang adik telah menyembah api selama 35 tahun, sedangkan kakaknya telah menyembah api selama 73 tahun.
Pada suatu hari, si adik berkata pada kakaknya, "Kak, kita telah bertahun-tahun menyembah api, bagaimana kalau sekarang kita menguji diri kita, apakah tidak terbakar, ataukah tetap akan terbakar seperti orang yang tidak menyembahnya. Apabila kita tidak terbakar, maka kita lanjutkan menyembahnya, akan tetapi jika kita masih terbakar, lebih baik kita mencari agama lain saja.''
Mereka lalu menyalakan api, dan sang adik berkata "Kak, apakah aku yang akan mencoba, ataukah engkau ?"
"Engkau saja yang melakukannya" jawab kakaknya.
Kemudian si adik memasukkan tangannya ke dalam kobaran api, tetapi api itu tetap membakar jarinya sehingga ia langsung menjerit dan menarik kembali tangannya seraya berkata "Aku telah menyembahmu selama 35 tahun, tetapi engkau masih tetap menyakitiku"
Ia kemudian berkata pada kakaknya "Kak, mari kita menyembah satu tuhan yang maha pengampun saja, yang seandainya walau kita telah bermaksiat selama 500 tahun sekalipun, ia tetap mau mengampuni kita dengan beribadah dan istighfar walaupun hanya sekali saja."
Sang kakak setuju dengan usulan adiknya. Dan mereka sepakat untuk belajar agama terhadap Syeh Malik Bin Dinar. Dan kemudia mencari Syeh Malik Bin Dinar hingga akhirnya menemukan beliau sedang mengisi suatu majlis ilmu di hadapan banyak orang, di sebuah desa dekat kota Bashroh.
Di saat mereka melihat syeh Malik, sang kakak berkata "Dik, aku telah berubah pikiran, aku akan pulang saja, karena aku takut keluarga dan tetanggaku akan marah padaku, sedangakan kebanyakan usiaku telah di habiskan untuk menyembah api. Dan dari pada mereka marah, lebih baik aku menyembah api lagi."
Mendengar ucapan kakaknya, si adik bermaksud menasehati "Jangan lakukan kak, ingatlah kemarahan mereka akan berahir, tetapi siksa api neraka tak akan pernah berakhir." Tetapi kakaknya tetap tidak mau mendengar nasehat adiknya, akhirnya ia pergi dan tidak jadi untuk memeluk agama islam.
Setelah itu, sang adik bersama istri dan anak-anaknya mendatangi majlis Syeh Malik dan duduk bersama orang-orang untuk mendengar nasehat dari Syeh malik Bin Dinar.
Di saat Syeh malik telah selesai, sang adik berdiri dan menghadap beliau, lalu menceritakan pengalamannya dan meminta beliau agar memperkenalkan islam padanya serta keluarganya. Akhirnya mereka semua masuk islam, dihadapan orang-orang yang menyaksikan mereka dengan tangis haru.
Saat ia hendak meninggalkan tempat itu, Syeh Malik berkata "Tunggulah sebentar, aku akan mengumpulkan beberapa harta benda dari sahabat-sahabatku, mungkin itu bisa bermanfaat padamu"
Dia lalu menjawab "Maaf syeh, saya tidak ingin menukarkan akhirat dengan dunia."
Mereka lalu mencari tempat tinggal baru, hingga mereka tiba di sebuah tempat sepi, dan di sana ada sebuah rumah yang telah di tinggalkan oleh pemiliknya. Akhirnya mereka tinggal di situ.
Keesokan harinya, istrinya berkata "Mas, pergilah kepasar, dan carilah pekerjaan, lalu belikanlah kami sesuatu yang bisa dimakan."
Ia kemudian pergi kepasar namun tak ada satu orangpun yang mau mempekerjakannya, akhirnya ia pergi kesebuah masjid, dan beribadah di sana sampai malam hari. Lalu pulang kerumah dengan tangan hampa.
Sesampainya dirumah, istrinya bertanya "Mas bagaimana dengan pekerjaanmu hari ini ?"
"Maaf dik, seharian aku bekerja pada seorang majikan, namun hari ini aku tidak di beri upah, mungkin esok ia akan memberiku upah" Jawab suaminya menenangkan sang istri.
Dan pada malam itu mereka semua tidur dalam keadaan lapar.
Keesokan harinya, sang suami kembali pergi ke pasar itu, namun seharian ia mencari pekerjaan, tetap tidak ada yang mau mempekerjakannya. Dan ia kembali mendatangi masjid yang kemarin untuk beribadah di sana dengan khusuk samapai malam hari.
Sesampainya di rumah, ia kembali ditanya oleh istrinya " Mas, apa hari ini majikanmu itu tetap tidak membayarmu.?"
Dia lalu menjawab "Bersabarlah dik, ia tidak membayarku hari ini, insyaallah akau akan meminta upahku yang kemarin dan tadi siang semuanya di bayar besok, dan kebetulan besok adalah hari jum'at" Akhirnya mereka harus kembali tidur dalam kelaparan pada malam itu.
Keesokan harinya, dia kembali mencari pekerjaan ke pasar itu, tetapi untuk mendapatkan sebuah pekerjaan memang sangatlah sulit, ia tetap tidak menemukan sebuah pekerjaanpun. Ia kemudian pergi ke masjid itu lagi, dan mengerjakan sholat dua rokaat, lalu berdoa seraya mengangkat kedua tangannya "Ya Allah ya tuhanku, engkau sungguh telah memuliakan hamba dengan mahkota islam serta memberi petunjuk dangan mahkota hidayah. Dengan kemuliaan agama yang telah engkau berikan dan kemuliaan hari yang telah engkau catat di sisimu sebagai hari yang agung -Hari Jum'at- hamba mohon hilangkanlah ke sulitan nafkah kami serta berikanlah hamba rezki dari jalan yang tidak di sangka. Sungguh hamba merasa malu pada keluarga hamba dan hamba takut keyakinan mereka akan berubah karena mereka masih baru memeluk islam." Dia lalu melanjutkan solatnya kembali.
Saat tengah hari, dia mau mengerjakan sholat jum'at, sedangkan anak-anaknya sudah tidak kuat menahan lapar, tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahnya, saat istrinya membukakan pintu, ternyata ada seorang pemuda yang sangat tampan membawa sebuah nampan dari emas yang ditutup dengan kain emas.
Pemuda itu berkata "Ini adalah upah suamimu selama dua hari bekerja dengan kami, dan katakan padanya untuk lebih meningkatkan pekerjaannya khususnya pada hari ini -hari jum'at- karena pada hari jum'at, pekerjaan kecil sekalipun akan kami upah dengan besar"
Istri muallaf itu lalu mengmbil nampan tersebut, dan ketika dibuka ternyata didalamnya terdapat seribu koin uang dinar (mata uang emas) dia lalu membawa sebuah koin untuk di tukar ke pasar, dan saat uang itu di timbang, uang itu jadi semakin bertambah berat. Lalu sang penukar uang yang merupakan orang nasrani itu melihat ke ukiran di uang tersebut, ia menyadari bahwa uang itu berasal dari akhirat dan bertanya darimana mendapatkan uang itu. Wanita tersebut menceritakan semua kisahnya dari awal. Kamudian penukar uang itu berkata "Ajarkan aku tentang islam" akhirnya ia memeluk agama islam juga. Dan ia menukar sebuah uang emas itu dengan seribu uang perak lalu berkata "Belanjakanlah uang itu, dan jika telah habis, segera beritahu saya.
Setelah lelaki muallaf itu selesai dari solat, ia kembali pulang dengan tangan hampa, namun sebelum sampai di rumah, ia mengelar sebuah kain lalu diisi dengan tanah sambil berkata dalam hatinya "Seandainya istriku bertanya apa yang ada dalam kain ini, maka akan aku jawab ini berisi tepung". Namun sesampainya didepan rumah, ia heran karena rumahnya telah dihiasi serta ia mencium aroma makanan dari dalam rumah itu. Ia lalu meletakkan gumpalan kain itu di samping pintu agar tidak di ketahui istrinya.
Ia kemudian bertanya pada istrinya apa yang telah terjadi, dan istrinya bercerita semua kejadiannya kemudian ia bersujud sukur. Lalu istrinya bertanya "Mas apa yang engkau bawa dalam kain itu ?"
"Janganlah engkau tanyakan isinya dik." Jawabnya malu.
Istrinya kemudian membuka gumpalan kain itu dan dengan seizin Allah kain yang awalnya berisi tanah itu isinya berubah menjadi tepung. Muallaf itu lalu kembali bersujud sukur, dan ia semakin rajin beribdah sampai akhir hayatnya.
Ulama' berkata, "Angkatlah tanganmu pada hari jum'at dan bedoalah Ya Allah, dengan kemuliaan hari jum'at ini, ampunilah dosa-dosa hamba dan hilangkanlah semua kesulitan hamba" karena saat muallaf itu berdoa dan bertawasul dengan kehormatan hari jum'at, Allah mengabulkan doanya dan memberikannya rezki dari jalan yang tidak pernah ia sangka. Maka begitupulalah kita hendaknya jika berdoa pada hari jum'at juga bertawasul dengan kemuliaan hari jum'at.
SUMBER: Al-Mawaidz Al-Usfuriyah hal: 5-6