Hela Jo, Jo Hela Cipt: NN Courtesy: Adryan Renga, Kepala Desa Ndetundora II, Ende.
HELA JO, JO HELA
Video yang teman-teman My Flores nonton berikut ini adalah video kiriman dari Kepala Desa Ndetundora II, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende Bapak Ardyan Renga.
Sekadar informasi, pada Januari 2021, My Flores pernah melakukan pengambilan video tentang ubi nuabosi termasuk mewawancarai Bapa Desa dan warga Nuabosi yang mengandalkan ubi sebagai sumber penghasilan. Ubi merupakan komoditi utama yang dibudidaya oleh masyarakat Nuabosi sejak tahun 1954. Tanah subur bekas letusan gunung api rupanya dimanfaatkan dengan baik oleh warga masyarakat Nuabosi untuk menanam ubi.
Dalam video ini, beberapa warga sibuk mencangkul lahan baru untuk nantinya ditanami ubi. Aktivitas mencangkul ini dilakukan secara gotong royong melibatkan warga desa sambil menyanyikan lagu yang konon dipopulerkan umat muslim di pesisir pantai yang sedang menarik sampan.
βCeritanya dulu saat narik sampan, keluarga muslim selalu mengundang kita yang dari Nuabosi untuk tarik sampan dan syair lagu ini yang terus dinyanyikan oleh kami di Nuabosi hinga saat iniβ, terang Bapa Adryan.
"Syair lagu ini dinyanyikan agar bisa menarik keluarga- keluarga lain yang mendengar dari kejauhan untuk langsung datang dan bersama-sama bergotong royong karena orang tua dulu kalau bekerja kebun biasanya tidak diundang secara resmi dari rumah ke rumah". Bapak Adryan menambahkan.
βHelaβ dalam bahasa Ende berarti tarik. βHela joβ berasal dari frasa βhela rajoβ. Rajo artinya sampan besar. Jadi, βhela joβ berarti tarik sampan besar.
Lebih lanjut, Bapak Adryan menjelaskan bahwa syair lagu ini hanya dilantunkan saat cangkul kebun yang melibatkan banyak orang dengan tujuan untuk memompa semangat sekaligus memperkuat hubungan persaudaraan antarwarga.
Silakan klik link di bawah ini untuk info lebih detil tentang ubi Nuabosi π
https://youtu.be/6Qkwm0QPMsA
Ada yang tahu ini permainan apa?
Lokasi: Kampung Tradisional Bena, Bajawa.
Mari kita mengawali pagi dengan semangat seperti burung yang satu ini. Kita mendengarkan kicauan burung endemik Flores yang terkenal memiliki suara sangat lantang di antara burung-burung lainnya ditambah dengan variasi suara yang unik dan tak terkalahkan. Siapa lagi kalau bukan Kancilan Flores atau burung bernama latin Pachycephala nudigula.
Video ini diambil ketika mimin hendak pulang dari Puncak gunung Kelimutu setelah menikmati sinar matahari pagi dengan suguhan danau 3 warna Kelimutu yang begitu eksotis. Keindahan danau ini semakin lengkap ketika mendengar sekaligus melihat langsung sosok di balik hewan yang sangat mendominasi hutan sekitar Gunung Kelimutu.
Sebagai anak Flores, kita patut berbangga karena Flores sangat kaya akan alam flora dan fauna. Tugas kita sebenarnya mudah dan sederhana, kita cukup menjaga dan melestarikannya dan untuk yang satu ini mimin berharap agar kampanye tentang stop pemburuan satwa harus terus kita lakukan.
#myflores
#cultureandnature
#kancilanflores
#tamannasionalkelimutu
Proses Pembuatan Parang di Desa Mata Wae Kec. Satar Mese, Manggarai
Nikmati cerita belakang layar video "kisah inspiratif" guru muda yang sukses beternak ayam kampung. Video tersebut merupakan video yang paling banyak ditonton dengan jumlah 2.2k lebih. Jumlah yang tiap hari terus bertambah. Ini merupakan pemacu semangat agar kami terus berkarya dan menampilkan kisah kisah inspiratif lainnya dari tanah kita, pulau Flores.
Silahkan klik link untuk nonton video selengkapnya π
https://youtu.be/wiZvQiTVamg
Selamat menikmati!
#myflores #kisahinspiratif #cultureandnature
Lepo Lorun Traditional Ikat Weaving
Lepo Lorun, βHouse of Weavingβ
Setiap kali tiba di Maumere dari arah Barat, hal yang selalu saja muncul dalam benak adalah Lepo Lorun. Tempat yang berlokasi di daerah Nita berjarak 12 km dari kota Maumere ini menjadi satu dari banyaknya atraksi wisata saat berkunjung ke Maumere. Bagi yang belum mengenal tempat ini, jangan kawatir, mimin akan bagikan ceritanya.
Lepo Lorun adalah rumah tenun yang di dalamnya terdapat komunitas penenun tradisional lengkap dengan sarana rumah adat kampung Nita bernama "lepo gete ihin niur" dan rumah mini homestay serta rumah belajar atau "workshop". Lepo Lorun mengembangkan ekonomi kreatif dan pemberdayaan perempuan berbasis warisan tenun ikat tradisional.
Lokasinya yang cukup dekat dari jalan raya trans Flores dan berada dalam lindungan pepohonan besar dengan keadaan tanah yang begitu subur, hawa sejuk yang jauh berbeda dengan suhu di kota Maumere yang sangat panas seakan menunjukan kepada mimin betapa komunitas ini begitu hidup dan mencintai setiap kerja dalam rangka melestarikan budaya khususnya menenun.
Sang pendiri bernama Alfonsa Horeng adalah sosok di balik keberadaan komunitas yang sudah berusia 19 tahun ini. Begitu banyaknya penghargaan baik daerah tingkat nasional dan internasional menjadi buah dari kerja keras dan konsistensi dalam berkarya.
Tanah berukuran sekitar satu hektar ini dipadati dengan keragaman tanaman tropis seperti kelapa, bambu, kakao, pisang, kemiri, kenari, aneka tanaman penghasil warna alam seperti kunyit, mengkudu, dan nila, dan bahan baku kain berupa tanaman kapas. Di Lepo Lorun diproduksi kain tenun khas Sikka, Maumere dan juga kain tenun dari beberapa kabupaten di wilayah Flores yang memiliki warna, motif, dan pola yang memiliki kekhasan masing-masing.
Bagi anda yang berkunjung ke Maumere, Lepo Lorun bisa masuk dalam daftar kunjungan anda karena tempat ini siap memperkenalkan kepada anda kerja kreatif penuh semangat dari kaum penenun lokal yang mereka lakukan setiap hari. Selain berw
Setelah menonton video singkat di bawah ini, mimin dan mungkin saja teman-teman akan mendapatkan pelajaran baru utamanya tentang cara bertahan hidup ketika anda tersesat di tengah hutan atau sedang bekerja di kebun, saat hendak memasak, anda lupa membawa korek api. Tidak perlu panik karena video singkat ini akan memberitahu anda cara membuat api menggunakan bambu dengan cara gergaji atau yang dikenal dengan metode "bamboo fire saw".
Video yang diambil di Dusun Dokar, Desa Umauta, Kec. Bola, Kab. Sikka ini sudah mengingatkan kita bagaimana nenek moyang kita pada zaman dahulu memanfaatkan bahan sederhana yang berada di sekitarnya agar bisa bertahan hidup. Dewasa ini, aktivitas ini hampir pasti tak lagi kita temukan karena semuanya tersedia dengan sentuhan teknologi canggih.
Cara membuat api menggunakan metode ini tergolong simpel namun akan menguras banyak energi anda. Caranya sangat mudah, anda tinggal menyiapkan bambu kering kemudian digesekan dengan bambu atau kayu kering lainnya ditambah dengan serbuk, ranting kering dan daun kering untuk memicu timbulnya nyala api. π₯
Ingat! Ini hanya untuk kebutuhan memasak e bukan untuk bakar hutan hehe. Semoga bermanfaat infonya teman-teman. Ikuti terus cerita My Flores berikutnya. Salam sehat!
Lokasi: Dusun Dokar, Kec. Bola, Maumere, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Wologai village in short video (video taken in 2018)
Musik "Jai" Bajawa
"Flores, Island of Music"
Selain keberagaman budaya, Flores juga dikenal sebagai pulau dengan musik yang berbeda dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya, salah satunya yaitu musik "Ja'i" dari Bajawa yang sudah banyak dikenal bukan hanya di daerahnya sendiri tapi juga di tingkat nasional sampai internasional. Hentakan musik yang menggema mengiringi para penari "Ja'i" semakin menambah semarak pesta.
Selamat berakhir pekan dan mari menguatkan imun dengan olah fisik n mental. Molo si!
"Oe Pesawat" π£οΈβοΈ
Siapa yang masa kecilnya seperti Atik yang teriak saat pesawat terbang melintas di udara dekat dengan rumah atau tempat kita bermain?
Anda dan saya juga sama, aksi ini kerap kali saya lakukan semasa kecil berharap pesawat bisa buang bombon, uang, atau ikut terbang bersama pesawat itu. Sesuatu yang sangat konyol tapi itulah anak kecil, bebas berekspresi dan membuat segala yang dipikirkan mudah dan menyenangkan.
Jadi apa yang Atik lakukan kali ini memberi efek berbeda, ia membuat saya terharu dan air mata tak terelakkan mengalir tipis di pipi. Tidak, Atik tidak sedang bermaksud membuat saya dan orang-orang di sekitarnya sedih karena ia dan teman-temannya asyik menikmati pesawat yang barusan lewat.
Jadi begini ceritanya teman-teman, saat itu Atik sedang asyik bermain masak-masakan (Ende gaen) dengan teman-temannya di samping pondok, sementara mamanya sedang masak makanan siang bagi para pekerja yang jumlahnya 40an orang, mereka sedang mengetam padi di sawah milik Bapa Titus.
Atik yang sekarang berusia lima tahun tiba-tiba meninggalkan teman-temannya untuk memanggil pesawat yang sedang melintas di udara itu, ia begitu semangat, teriakannya bisa saja terdengar oleh sang Pilot tapi mungkin pilot itu tak menghiraukannya karena kalau mau turun, turun di mana?
Ah! masa sampai segitunya pikiranku.
Begini teman-teman, belum sampai seminggu Bapa Atik meninggalkan keluarga dan kampung Wakos untuk pergi merantau ke Kalimantan untuk mengais rezeki. Sang Bapak pergi bersama dengan adik dan kakaknya serta beberapa orang warga kampung Wakos.
Hal itu belum diketahui Atik karena ia diberitahukan oleh mamanya bahwa sang Bapak sedang pergi ke Borong untuk berbelanja.
Atik selalu saja bilang kepada siapa saja yang bertanya tentang keberadaan Bapaknya bahwa Bapak sedang pergi ke Borong beli kue, ia pulang sebentar. Adiknya Jef (lih. Postingan my Flores tentang Jef) mengamini pernyataan itu, ia juga menyampaikan hal yang sama bila ditanya demikian.
Natas Niang Sale "Carep" bercerita
Jadi seperti ini kisahnya. Saat itu cuaca di sore hari tak menentu, hujan tak juga turun meski tanda-tandanya sudah terlihat jelas, Briant datang sambil menenteng sepasang sepatu di tangannya.
Ia mengajak teman-temannya bermain bola, namun dengan berbagai alasan tak satupun dari mereka yang ingin mengikutinya.
Briant menghubungi temannya yang lain lewat telepon tapi ia mendapatkan jawaban yang tak diharapkannya.
Ia memutuskan untuk menuju lapangan bola milik biara Somascan yang tak jauh dari rumahnya, ya kalau jalan kaki dari rumahnya 5 menit sudah sampai.
Sesaat setelah masuk melalui gerbang biara, Briant langsung disambut oleh seorang tukang bangunan yang sedang memahat kayu untuk dipasang di dapur tempat para Frater memasak makanan babi.
"Nana, ngo awo Gunung Ranaka Frater so bo", ungkap Bapak itu. Para Frater yang biasa main bola setiap jam 4 sore ternyata sudah pergi ke Gunung Ranaka.
Briant tampak sangat kesal, niat besarnya untuk berolahraga di sore itu kandas. Ia kembali ke rumah dengan sangat kecewa, niatnya mempraktikkan cara mengolah bola seperti Ibra yg berhasil lolos ke Liga Champions musim depan saat berhasil menaklukkan Atlanta, tak bisa ia lakukan.
Ketika hampir tiba di rumah, rasa kesalnya akhirnya terobati ketika teriakan dari arah "Mbaru Gendang" seakan memanggilnya segera mendekat.
Ternyata di sana ada beberapa anak sedang bermain bola. Meski secara postur ia tak tertandingi tapi baginya bermain bola di sore itu harus terwujud.
Sebagai fans setia I Rossoneri, julukan AC Milan yang baru saja lolos ke Liga Champions setelah 7 tahun, pertandingan bersama anak-anak dimaknai sebagai bentuk selebrasi kemenangan.
Wohe bercerita
#myflores
#myfloresofficial
#youtubemyflores
#cultureandnature
#florescultureandnature
Sesaat sebelum My Flores meninggalkan Wohe menuju Ruteng, kami yang seharian menjelajah alam Wohe, Kec. Wae Ri'i, Kab. Manggarai kembali dibuat tertegun dengan matahari yang seolah-oleh berpamitan pulang ke peraduan.
Burung-burung bernyanyi yang entah kenapa muncul di akhir cerita, bapa dan mama melangkah sambil memikul beban untuk dibawa ke rumah sebagai oleh-oleh hasil garapan sehari di kebun.
Piring, Senduk, dan mok dalam βrokaβ tak kalah menunjukkan suara meyakinkan mama bahwa mereka tak kemana-mana, aman dalam rangkulan.
Hari sudah sore, mari pulang, saatnya istirahat.
Ternyata ini rahasia di balik rasa kopi yang istimewa.
#myfloresofficial
#youtubemyflores
#florescultureandnature
#myflores
Jefri in Batman kit
#myfloresofficial
#youtubemyflores
#florescultureandnature
#myflores
Hampir setiap Minggu di kampung Wakos diadakan pertandingan sepak bola. Pemain-pemain dari kampung tetangga seperti Riwu, Lelak, Lamba, Ntangis, dan Wangkung hadir di lapangan sekolah Tilir II yang ukurannya hampir sama dengan ukuran lapangan stadion pada umumnya namun yang berbeda adalah lapangan di Wakos tidak datar, anda akan selalu mendengar pemain mengucapkan βetaβ (atas) βwaβ (bawah). βAmi eta main eβ (kami dari atas) begitu ungkap pemain saat berebutan posisi sebelum kickoff pertandingan.
Kok omong bola? π€
Nah kegiatan mingguan ini menjamur sampai ke anak-anak Wakos. Setiap harinya mereka bermain dengan bola sebagai medianya, tak terkecuali anak perempuan dan laki-laki, semua pegang bola.
Tak seperti anak-anak itu, Jefri (3 tahun) hanya duduk memperhatikan teman-temannya bermain. Duduk, diam, dan tidak ada senyum atau reaksi apa begitu. Kering! Sesuatu yang sangat langka.
Jefri adalah anak bungsu dari Bapa Anes dan mama Atik. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang cukup jauh dari pusat keramaian kampung. Bersama dengan saudarinya yang sekarang berusia 5 tahun, Jefri sering ditinggalkan berdua di rumah saat orangtuanya bekerja di sawah. Mungkin ini yang membuat Jefri asyik dalam kesendiriannya atau saja Jefri mencari tempat aman saat berubah menjadi Batman? Heheh
Dalam kesempatan berbeda ayahnya menuturkan bahwa anaknya sangat pendiam dan tidak rewel. βsaat saya dan istri ke sawah, kita tidak terlalu cemas saat Jefri ditinggalkan seharian di rumah, sekali bilang jangan nakal, ia akan tetap di rumahβ.
Dalam hati ku berkata; βJef, nanti kalau su masuk sekolah, kamu siap jadi Ketua Kelas sampai tamat, catat nama-nama yang ribut di kelas".
Almost every Sunday in Wakos village, a soccer match is held. Players from neighboring villages such as Riwu, Lelak, Lamba, Ntangis, and Wangkung come at the Tilir II school pitch in which it is almost the same size as the st