05/01/2021
Jika orang Asia Tenggara mencukur rambut, itu berarti dia sedang bersedih atas suatu peristiwa. Di Aceh dan negeri-negeri Melayu, para kawula laki dan perempuan mencukur rambut ketika sultan mereka mangkat.
Mencukur rambut bisa p**a wujud praktik keberagamaan orang Asia Tenggara. “Pemotongan rambut pria jelas merupakan pertanda yang penting dari kepatuhan pada Islam,” lanjut Reid. Misalnya dalam praktik haji. Ada masanya orang muslim yang naik haji harus mencukur rambutnya, atau ber-tahallul.
Sementara itu di Jawa, Pangeran Diponegoro menganjurkan para pengikutnya untuk mencukur rambut menjadi lebih pendek agar bisa membedakan diri dari orang-orang Jawa yang “murtad” ke Belanda.
Orang-orang dari negeri Barat turut mengubah konsep lawas orang Asia Tenggara terhadap rambut. Revolusi industri abad ke-18 telah memunculkan kelas pekerja di Eropa. Para buruh pabrik tak boleh berambut panjang sebab identik dengan gelandangan dan kaum kriminal.
Para orang kaya Eropa mencitrakan diri sebagai sosok terhomat melalui potongan rambut pendek. Lelaki terhormat tidak lagi berambut panjang seperti perempuan. Pemakaian wig panjang pada lelaki dewasa juga mulai ketinggalan zaman. Karuan mencukur rambut jadi kebutuhan. Karena tidak tiap orang bisa mencukur rambut, maka menjelmalah ia jadi profesi dan bisnis.
Bersamaan itu, barber shop atau salon rambut perlahan pisah dari segala macam praktik medis. Sebelumnya, para pencukur rambut merangkap p**a sebagai pembedah pasien operasi medis. Di barber shop inilah orang Eropa datang secara khusus untuk mencukur rambutnya, membuat diri mereka kelihatan rapi.