A Adyatama

A Adyatama Sharing - Syair - Syiar - Tausiyah - Quotes - Puisi - Seni / DreadRock Art

01/03/2020

Sudahkah kita berbuat kebaikan hari ini walau sekedar memberi makan seekor kucing? Ingatlah.. Sekecil apapun kebaikan kita, jika diberikan dgn tulus ikhlas maka Allah akan melipat gandakan balasan kebaikan kita.

A.Adyatama

Urip iku urup. Nanging yen urup,  ojo rumongso urup dewe. Urupono liya sing isih durung urup. Lan ojo sok rumongso urup ...
04/12/2019

Urip iku urup.
Nanging yen urup, ojo rumongso urup dewe.
Urupono liya sing isih durung urup.
Lan ojo sok rumongso urup sing paling padang.

30/10/2019

Ayah, ibu...
Jangan titipkan aku sama kakek/ nenek.
Kasihanilah mereka yg dulu udah ngerawat ayah / ibu..
Apalagi mereka sudah tua tak lagi kuat untuk mengejarku disaat aku berlarian kesana kesini yah, bu... 😢
------------------------------------

*MENITIPKAN ANAK KE ORANG TUA*

Jangan titipkan anak kepada orangtua (nenek,kakek) sebab islam tidak menganjurkannya...

Bagi pasangan suami istri yang bekerja, pengasuhan anak menjadi salah satu hal yang cukup membingungkan..

Apalagi jika kedua-duanya bekerja dari pagi hingga malam, berangkat gelap pulang gelap.
Dititipkan ke pembantu khawatir salah asuh maka tak sedikit orang tua yang kemudian menitipkan anak-anaknya kepada orang tua atau mertua.
Sekilas memang orang tua yang dititipi anak tidaklah keberatan karena setiap kakek dan nenek pasti senang bersama cucu-cucunya.
Akan tetapi faktanya tidaklah selalu demikian apalagi tingkah anak-anak balita seringkali membutuhkan upaya lebih untuk menjaganya.
Malah sebagai orangtua, anda akan mendapat dosa jika menitipkan anak kepada orangtua.

Berikut pandangan islam mengenai tindakan menitipkan anak kepada orang tua

*Hukum menitipkan anak ke orangtua*

Menitipkan anak kepada orang tua bukanlah tindakan yang tepat apalagi mengasuh dan menjaga cucu, bukanlah pekerjaan ringan maka jika hal ini dilakukan justru menjadi kezaliman kepada orang tua.

Apakah bijak membebani orang tua yang sudah uzur dengan tanggung jawab yang membutuhkan kekuatan fis*k dan mental seperti itu?

Orang tua yang sudah sepuh sudah seharusnya diperlakukan dengan baik dan lemah lembut

Sebagaimana yang dipesankan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’: 23)

Ayat ini menegaskan bahwa orang tua yang sudah berusia lanjut memerlukan perlakuan khusus, berkata-kata pun harus berhati-hati agar tidak melukai perasaan mereka.
Orangtua yang lanjut usia fis*knya tidak bagus.
Orang lanjut usia pastinya mengalami berbagai perubahan mulai dari fis*k hingga ps*kologi.
Ada kalanya perubahan tersebut menjadikan mereka lebih sensitif dan mudah tersinggung.

Tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak semestinya ada pada pundak orang tuanya, bukan kakek dan neneknya ataupun guru-guru di sekolah.

Inilah yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin diantara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahwa kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud dengan pemimpin dalam hadits ini adalah orang yang dipercaya untuk mengurus apa yang dibawah kepemimpinannya dan juga akan melakukan hal-hal yang baik bagi yang dipimpinnya.
Jika ia lalai menjalankan kepercayaan itu maka ia akan bertanggung jawab terhadap kelalaiannya. Begitu juga anak-anak, pada hakikatnya dia adalah amanah yang Allah percayakan kepada setiap orang tua.
Jika orang tua melalaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya yang mengakibatkan terjadinya hal-hal yang kurang baik terhadap anaknya maka orang tualah yang akan dimintai pertanggung jawaban apalagi jika alasan melalaikan tanggung jawab tersebut hanya karena ingin mengejar karir atau ambisi pribadi.

Pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anak.
Digambarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Bapak dan ibunyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR. Bukhari)

Hadits nabi ini menggambarkan besarnya peran kedua orang tua dalam mengarahkan anak, bukan saja baik atau buruknya agama anak tapi juga bisa menjadikan anak pindah agama.

Memang biasanya nenek atau kakek pastilah senang dengan cucu-cucunya tapi jika sudah menitipkan sepanjang hari, setiap hari, setiap minggu maka ini namanya bukan lagi menyenangkan tapi sudah membebani, merepotkan, dan menyusahkan.
Oleh karena itu setiap orang tua hendaknya kembali memikirkan apa motifnya menitipkan anak-anak kepada kakek atau neneknya sebab jika sampai menyusahkan maka orang tua bisa terkena dua kesalahan:

1. Kesalahan karena mengabaikan kewajiban mendidik anak.
2. Kesalahan menganiaya orang tua (mertua/kakek & nenek).

Akan tetapi jika menitipkan anak-anak kepada kakek dan neneknya itu bersifat insidentil atau sesekali dan itu pun hanya sebentar sehingga tidak menyusahkan bahkan membuat senang hati kakek dan neneknya maka tentu saja hal ini bisa menjadi amal shalih karena bagian dari menyenangkan orang tua.

*SALAM RAHAYU*
Jangan lupa berbuat baik dimanapun berada.

*A.ADYATAMA*

Hukum Menghadiahkan al-FatihahApa hukum menghadiahkan bacaan al-Fatihah kepada mayit? Apakah pahalanya sampai?Jawaban:Bi...
23/10/2019

Hukum Menghadiahkan al-Fatihah
Apa hukum menghadiahkan bacaan al-Fatihah kepada mayit? Apakah pahalanya sampai?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebelumnya kita perlu memahami bahwa ditinjau dari bentuk pengorbanan hamba, ibadah dibagi menjadi 3,

Pertama, ibadah murni badaniyah, itulah semua ibadah yang modal utamanya gerakan fis*k.

Seperti shalat, puasa, dzikir, adzan, membaca al-Quran, dst.

Kedua, ibadah murni maliyah. Semua ibadah yang pengorbanan utamanya harta.

Seperti zakat, infaq, sedekah, dst.

Ketiga, ibadah badaniyah maliyah. Gabungan antara ibadah fis*k dan harta sebagai pendukung utamanya. Seperti jihad, haji atau umrah.

Ulama sepakat bahwa semua ibadah yang bisa diwakilkan, seperti ibadah maliyah atau yang dominan maliyah, seperti sedekah, atau haji, atau ibadah yang ditegaskan bisa diwakilkan, seperti puasa, maka semua bisa dihadiahkan kepada mayit.

Imam Zakariya al-Anshari mengatakan,

وينفعه أي الميت من وارث وغيره صدقة ودعاء، بالإجماع وغيره

Sedekah atau doa baik dari ahli waris maupun yang lainnya, bisa bermanfaat bagi mayit dengan sepakat ulama. (Fathul Wahhab, 2/31).

Keterangan lain disampaikan Ibnu Qudamah,

أما الدعاء والاستغفار والصدقة وقضاء الدين وأداء الواجبات فلا نعلم فيه خلافاً إذا كانت الواجبات مما يدخله النيابة

Doa, istighfar, sedekah, melunasi utang, menunaikan kewajiban (yang belum terlaksana), bisa sampai kepada mayit. Kami tidak tahu adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama, apabila kewajiban itu bisa diwakilkan. (as-Syarhul Kabir, 2/425).

Sementara itu, ulama berbeda pendapat untuk hukum mengirim pahala ibadah yang tidak bisa diwakilkan kepada mayit, seperti bacaan al-Quran. Kita akan sebutkan secara ringkas,

Pertama, madzhab hanafi

Ulama hanafiyah menegaskan bahwa mengirim pahala bacaan al-Quran kepada mayit hukum dibolehkan. Pahalanya sampai kepada mayit, dan bisa bermanfaat bagi mayit. Dalam

Imam Ibnu Abil Izz – ulama Hanafiyah – menuliskan,

إن الثواب حق العامل، فإذا وهبه لأخيه المسلم لم يمنع من ذلك، كما لم يمنع من هبة ماله له في حياته، وإبرائه له منه بعد وفاته. وقد نبه الشارع بوصول ثواب الصوم على وصول ثواب القراءة ونحوها من العبادات البدنية

Sesungguhnya pahala adalah hak orang yang beramal. Ketika dia hibahkan pahala itu kepada saudaranya sesama muslim, tidak jadi masalah. Sebagaimana dia boleh menghibahkan hartanya kepada orang lain ketika masih hidup. Atau membebaskan tanggungan temannya muslim, yang telah meninggal.

Syariat telah menjelaskan pahala puasa bisa sampai kepada mayit, yang itu mengisyaratkan sampainya pahala bacaan al-Quran, atau ibadah badaniyah lainnya. (Syarh Aqidah Thahawiyah, 1/300).

Kedua, madzhab Malikiyah

Imam Malik menegaskan, bahwa menghadiahkan pahala amal kepada mayit hukumnya dilarang dan pahalanya tidak sampai, dan tidak bermanfaat bagi mayit. Sementara sebagian ulama malikiyah membolehkan dan pahalanya bisa bermanfaat bagi mayit.

Dalam Minah al-Jalil, al-Qarrafi membagi ibadah menjadi tiga,

Ibadah yang pahala dan manfaatnya dibatasi oleh Allah, hanya berlaku untuk pemiliknya. Dan Allah tidak menjadikannya bisa dipindahkan atau dihadiahkan kepada orang lain. Seperti iman, atau tauhid.
Ibadah yang disepakati ulama, pahalanya bisa dipindahkan dan dihadiahkan kepada orang lain, seperti ibadah maliyah.
Ibadah yang diperselisihkan ulama, apakah pahalanya bisa dihadiahkan kepada mayit ataukan tidak? Seperti bacaa al-Quran. Imam Malik dan Imam Syafii melarangnya. (Minan al-Jalil, 1/509).
Selanjutnya al-Qarrafi menyebutkan dirinya lebih menguatkan pendapat yang membolehkan. Beliau menyatakan,

فينبغي للإنسان أن لا يتركه، فلعل الحق هو الوصول، فإنه مغيب

Selayaknya orang tidak meninggalkannya. Bisa jadi yang benar, pahala itu sampai. Karena ini masalah ghaib. (Minan al-Jalil, 7/499).

Ada juga ulama malikiyah yang berpendapat bahwa menghadiahkan pahala bacaan al-Quran tidak sampai kepada mayit. Hanya saja, ketika yang hidup membaca al-Quran di dekat mayit atau di kuburan, maka mayit mendapatkan pahala mendengarkan bacaan al-Quran. Namun pendapat ini ditolak al-Qarrafi karena mayit tidak bisa lagi beramal. Karena kesempatan beramal telah putus (Inqitha’ at-Taklif). (Minan al-Jalil, 1/510).

Ketiga, Pendapat Syafiiyah

Pendapat yang masyhur dari Imam as-Syafii bahwa beliau melarang menghadiahkan bacaan al-Quran kepada mayit dan itu tidak sampai.

An-Nawawi mengatakan,

وأما قراءة القرآن، فالمشهور من مذهب الشافعي، أنه لا يصل ثوابها إلى الميت، وقال بعض أصحابه: يصل ثوابها إلى الميت

Untuk bacaan al-Quran, pendapat yang masyhur dalam madzhab as-Syafii, bahw aitu tidak sampai pahalanya kepada mayit. Sementara sebagian ulama syafiiyah mengatakan, pahalanya sampai kepada mayit. (Syarh Shahih Muslim, 1/90).

Salah satu ulama syafiiyah yang sangat tegas menyatakan bahwa itu tidak sampai adalah al-Hafidz Ibnu Katsir, penulis kitab tafsir.

Ketika menafsirkan firman Allah di surat an-Najm,

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

“Bahwa manusia tidak akan mendapatkan pahala kecuali dari apa yang telah dia amalkan.” (an-Najm: 39).

Kata Ibnu Katsir,

ومن وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي، رحمه الله، ومن اتبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم

“Dari ayat ini, Imam as-Syafii – rahimahullah – dan ulama yang mengikuti beliau menyimpulkan, bahwa menghadiahkan pahala bacaan al-Quran tidak sampai kepada mayit. Karena itu bukan bagian dari amal mayit maupun hasil kerja mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/465).

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan beberapa dalil dan alasan yang mendukung pendapatnya.

Keempat, Pendapat Hambali

Dalam madzhab hambali, ada dua pendapat. Sebagian ulama hambali membolehkan dan sebagian melarang, sebagaimana yanng terjadi pada madzhan Malikiyah. Ada 3 pendapat ulama madzhab hambali dalam hal ini,

Boleh menghadiahkan pahala bacaan al-Quran kepada mayit dan itu bisa bermanfaat bagi mayit. Ini pendapat yang mayhur dari Imam Ahmad.
Tidak boleh menghadiahkan pahala bacaan al-Quran kepada mayit, meskipun jika ada orang yang mengirim pahala, itu bisa sampai dan bermanfaat bagi mayit. Al-Buhuti menyebut, ini pendapat mayoritas hambali.
Pahala tetap menjadi milik pembaca (yang hidup), hanya saja, rahmat bisa sampai ke mayit.
Al-Buhuti mengatakan,

وقال الأكثر لا يصل إلى الميت ثواب القراءة وإن ذلك لفاعله

Mayoritas hambali mengatakan, pahala bacaan al-Quran tidak sampai kepada mayit, dan itu milik orang yang beramal. (Kasyaf al-Qana’, 2/147).

Sementara Ibnu Qudamah mengatakan,

وأي قربة فعلها وجعل ثوابها للميت المسلم نفعه ذلك

Ibadah apapun yang dikerjakan dan pahalanya dihadiahkan untuk mayit yang muslim, maka dia bisa mendapatkan manfaatnya. (as-Syarhul Kabir, 2/425).

Ibnu Qudamah juga menyebutkan pendapat ketiga dalam madzhab hambali,

وقال بعضهم إذا قرئ القرآن عند الميت أو اهدي إليه ثوابه كان الثواب لقارئه ويكون الميت كأنه حاضرها فترجى له الرحمة

Ada sebagian ulama hambali mengatakan, jika seseorang membaca al-Quran di dekat mayit, atau menghadiahkan pahala untuknya, maka pahala tetap menjadi milik yang membaca, sementara posisi mayit seperti orang yang hadir di tempat bacaan al-Quran. Sehingga diharapkan dia mendapat rahmat. (as-Syarhul Kabir, 2/426).

Menimbang Pendapat

Seperti yang disampaikan al-Qarrafi, bahwa kajian masalah ini termasuk pembahasan masalah ghaib. Tidak ada yang tahu sampainya pahala itu kepada mayit, selain Allah. Kecuali untuk amal yang ditegaskan dalam dalil, bahwa itu bisa sampai kepada mayit, seperti doa, permohonan ampunan, sedekah, bayar utang zakat, atau utang sesama mannusia, haji, dan puasa.

Sementara bacaan al-Quran, tidak ada dalil tegas tentang itu. Ulama yang membolehkan mengirimkan pahala bacaan al-Quran kepada mayit mengqiyaskan (analogi) bacaan al-Quran dengan puasa dan haji. Sehingga kita berharap pahala itu sampai, sebagaimana pahala puasa bisa sampai.

Sementara ulama yang melarang beralasan, itu ghaib dan tidak ada dalil. Jika itu bisa sampai, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat akan sibuk mengirim pahala bacaan al-Quran untuk keluaganya yang telah meninggal dunia.

Beberapa keluarga tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Khadijah, Hamzah, Zainab bintu Khuzaimah (istri beliau), semua putra beliau, Qosim, Ibrahim, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Zainab, mereka meninggal sebelum wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun tidak dijumpai riwayat, beliau menghadiahkan pahala bacaan al-Quran untuk mereka.

Saran

Melihat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang masalah menghadiahkan pahala amal badaniyah kepada mayit, kita bisa menegaskan bahwa masalah ini termasuk masalah ikhtilaf ijtihadiyah fiqhiyah, dan bukan masalah aqidah manhajiyah (prinsip beragama). Sehingga berlaku kaidah, siapa yang ijtihadnya benar maka dia mendapatkan dua pahala dan siapa yang ijtihadnya salah, mendapat satu pahala.

Dari ‘Amru bin Al-‘Aash radliyallaahu ‘anhu: Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ وَاحِدٌ.

“Apabila seorang hakim menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan benar, baginya dua pahala. Dan apabila ia menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan keliru, baginya satu pahala”. (HR. Bukhari 7352 & Muslim 4584)

Kaitannya dengan ini, ada satu s*kap yang perlu kita bangun, ketika kita bersinggungan dengan masalah yang termasuk dalam ranah ijtihadiyah fiqhiyah, yaitu mengedepankan s*kap dewasa, toleransi dan tidak menjatuhkan vonis kesesatan. Baik yang berpendapat boleh maupun yang berpendapat melarang.

Masing-masing boleh menyampaikan pendapatnya berdasarkan alasan dan dalil yang mendukungnya. Sekaligus mengkritik pendapat yang tidak sesuai dengannya. Sampai batas ini dibolehkan.

Dan perlu dibedakan antara mengkritik dengan menilai sesat orang yang lain pendapat. Dalam masalah ijtihadiyah, mengkritik atau mengkritisi pendapat orang lain yang beda, selama dalam koridor ilmiyah, diperbolehkan. Kita bisa lihat bagaiamana ulama yang menyampaikan pendapatnya, beliau sekaligus mengkritik pendapat lain. Namun tidak sampai menyesatkan tokoh yang pendapatnya berbeda dengannya.

Terkadang, orang yang kurang dewasa, tidak siap dikritik, menganggap bahwa kritik pendapatnya sama dengan menilai sesat dirinya. Dan ini tidak benar.

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah com)

06/10/2019

Asal usul kidung kacer mbah marijan.
Yg mana kidung ini untuk menjinakkan gunung yg akan meletus, ternyata tidak banyak org yg tau kalau bersumber dari Al Quran jika diterjemahkan, di Surah Al Hasyr.

KH Achmad Chalwani, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, sekaligus Mursyid tarekat Qadiriyyah/Naqsyabandiyyah Berjan Purworejo, dalam bukunya Risalah Doa dan Shalawat yang diterbitkan oleh KESAPP (2017), pada hal. 34 memuat "Doa Menjinakkan Gunung". Berikut doanya:

لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Lau anzalnâ hâdzal qur’âna 'alâ jabalin lara-aitahû khâsyi‘an mutashaddi'an min khasy-yatillâh, watilkal amtsâlu nadlribuhâ lin nâsi la’allahum yatafakkarûn

Artinya, “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir” (QS. Al-Hasyr: 21).

وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wa idz nataqnal jabala fauqahum ka-annahu dhullatun wa dhannû wâqi'un bihim. Khudzû mâ âtainâkum biquwwatin wadzkurû mâ fîhi la'allakum tattaqûn.

Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al-A'raf:171).

Dalam bukunya, Kiai Chalwani tidak memberikan keterangan lebih lanjut berapa kali dan kapan dibaca. Hal ini—hemat penulis—bisa diartikan penting dibaca sesering mungkin bagi yang tinggal di lereng gunung, atau ketika gunung erupsi. Bagi pendaki, seperti penulis yang kadang mendaki bersama sobat NU Backpacker, misalnya, dibaca ketika hendak dan atau sewaktu melakukan pendakian.

Sebagai tambahan, KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) pernah bercerita dalam suatu ceramahnya pada Haul Syekh Subakir di lereng Gunung Tidar beberapa bulan lalu, bahwa ia penasaran dengan Si Pawang Gunung Merapi, almarhum Mbah Marijan, perihal apa yang ia lakukan ketika Gunung Merapi erupsi.

Usut-punya usut, kiai gondrong dari Yogyakarta itu menemukan fakta yang agak mencengangkan: Mbah Marijan (ketika dulu masih hidup) mengambil kendang kemudian merapalkan Kidung Kacer. Setelah disimak dengan seksama, arti dari Kidung Kacer tersebut ternyata terjemah Jawa dari Surat al-Hasyr: 21 di atas.

"Karena lidah orang Jawa dulu sulit melafalkan Al-Hasyr, maka jadilah Kacer," jelas mantan asisten Gus Dur tersebut. Wallahu A'lam.

Dear ukhti...Buat apa sih kau bercadar tetapi masih gemar selfi ??Buat apa sih kau berusaha menutupi seluruh aurat, teta...
30/09/2019

Dear ukhti...

Buat apa sih kau bercadar tetapi masih gemar selfi ??

Buat apa sih kau berusaha menutupi seluruh aurat, tetapi hatimu masih telanjang, sehingga merasa paling baik dari yg belum menutup aurat.

Buat apa sih berusaha menyendiri dari publikasi, merasa paling tersakiti, merasa paling dijauhi, apakah hanya ingin menyandang gelar Al Ghuroba ?...

Wahai ukhti, jadilah perhiasannya dunia yg murni dan bagus. Karena sebagus apapun perhiasan itu jika hanya balutan diluar saja maka itu hanyalah perhiasan imitasi (palsu).

🙏🙏

30/09/2019

Santri kreatif

29/09/2019

Ojo sok rumongso apik banjur jalukane jodo sing apik...
Oleho sing durung apik iku yo rapopo, sing ngerti apik opo ora manungso iku yo sopo..
Kok s*k ngoyo golek sing apik... Ngoco diri dis*k, ngaji diri dis*k sing khatam slur...

28/09/2019

Syiar & Syair Gus Imm Perahu Kanjeng



Biasakan nonton sampai selesai biar gak gagal paham...

25/09/2019

Gus Imm - Perahu Kanjeng - Syair Bernyawa - Gebangsari

🙏🙏

24/09/2019

Santriwati kreatif...

24/09/2019

Urip kudu ngerti posisi diri.

23/09/2019

Tasrifan yuk..

23/09/2019

Ambyaaar mblo...

22/09/2019

Nabi iku santai. Tak seperti umatnya (kita). Dimana kita dalam menghadapi segala sesuatu harus segera selesai walau harus dikerjakan dgn menguras tenaga...
Bahkan berdakwah saja kita tak bisa santai.

21/09/2019

Pendekar sejati itu tidak hidup didalam pengakuan dirinya pendekar.

Sayangilah sesama makhluk Allah.Satu ekor lalatpun yg kau tolong bisa menghantarkan ke surga.Tetapi keilmuanmu bisa saja...
17/09/2019

Sayangilah sesama makhluk Allah.
Satu ekor lalatpun yg kau tolong bisa menghantarkan ke surga.
Tetapi keilmuanmu bisa saja menghambatmu masuk surga.

17/09/2019

Jangan bertele tele dalam hal ingin menikah..
Seperti pacaran selain membuang waktu yg seharusnya mngkin kau sudah menikah dgn jodohmu, tp kau masih saja seneng2 dgn pacar yg belum tentu berjodoh.
Lebih baik arahkan tembakanmu tepat sasaran dgn cara lamar dia.
Diterima tidak urusan belakang lur..

Katanya sudah hijrah..Postingannya dakwah..Tapi setiap hari kok banyakan di sosmed alimnya daripada di dunia nyata ??Dik...
15/09/2019

Katanya sudah hijrah..
Postingannya dakwah..
Tapi setiap hari kok banyakan di sosmed alimnya daripada di dunia nyata ??

Dikit dikit apa yg dilakukan dishare, upload..
Giliran pas lagi keadaan gak berjilbab, gak pegang kitab, gak dimajelis, gak berani share...

Hijrah apa pencitraan sih ??




Allahumma sholli 'alaa muhammad....

"ANU"Suatu kata yg singkat namun sangat sulit dijelaskan apa itu anu.Yg tau artinya silahkan dianu.
15/09/2019

"ANU"
Suatu kata yg singkat namun sangat sulit dijelaskan apa itu anu.

Yg tau artinya silahkan dianu.

Kalau lagi berbahagia, jangan lupa orang sekitarmu boss...
12/09/2019

Kalau lagi berbahagia, jangan lupa orang sekitarmu boss...

Makane to kangmas, mbakyu..Yen dolanan sosmed iku sing jujur.Yen jomblo, munio jomblo...Yen duwe bojo, munio duwe bojo.....
11/09/2019

Makane to kangmas, mbakyu..
Yen dolanan sosmed iku sing jujur.
Yen jomblo, munio jomblo...
Yen duwe bojo, munio duwe bojo...

Yen ono sing ngrayu jomblo iku ngono rapopo. Lha yen wis duwe bojo, terus akune kok gak ono poto bojone, yen di rayu wong trus baper. Bojone weruh... Gegerr...
Ngomonge dudu salahku mass/ dek.... Wong iku wae sing ngrayu2...

Intine ojo kulino nyalahno wong liyo dis*k to lah.. Koreksi awake dewe dis*k.

Jadilah manusia yg tidak membalas dendam kejahatan dgn kejahatan.Tapi balaslah kejahatan dgn kebaikan.Agar kejahatan itu...
11/09/2019

Jadilah manusia yg tidak membalas dendam kejahatan dgn kejahatan.
Tapi balaslah kejahatan dgn kebaikan.
Agar kejahatan itu hancur dgn sendirinya terkikis oleh kebaikanmu yg tak kalah kokoh.

"A.Adyatama"

Jikalau sudah sungguh² meNgaji, maka kau akan mampu menemukan kerendahan hati.Jika sudah Ngaji kok masih belum bisa mene...
10/09/2019

Jikalau sudah sungguh² meNgaji, maka kau akan mampu menemukan kerendahan hati.
Jika sudah Ngaji kok masih belum bisa menemukan kerendahan hatimu sendiri. Yasudah kau hanya akan pintar merendahkan org lain karena merasa sudah Ngaji.



Ojo pisan pisan dadi wong sing sok rumongso apik.
09/09/2019

Ojo pisan pisan dadi wong sing sok rumongso apik.

Address

Bajang Balong Ponorogo
Ponorogo
63461

Telephone

+6289697242745

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when A Adyatama posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Category