Koniq Riyadi

Koniq Riyadi Pesan sepatu&jersey bola Dan futsal
(1)

Seperti Cerdas tapi hanya berasumsi.
23/08/2024

Seperti Cerdas tapi hanya berasumsi.

📍Dampak media sosial Cristiano Ronaldo sungguh luar biasa! 🐐🌐
22/08/2024

📍Dampak media sosial Cristiano Ronaldo sungguh luar biasa! 🐐🌐

22/08/2024

Ronaldo's channel will be trending on YouTube every day
22/08/2024

Ronaldo's channel will be trending on YouTube every day

Hanya 1 hari
22/08/2024

Hanya 1 hari

Chanel YouTube Cristiano Ronaldo baru saja membuat sejarah.🏆 PALING CEPAT mencapai 1 juta pelanggan: 1 jam 29 menit🔥 PAL...
21/08/2024

Chanel YouTube Cristiano Ronaldo baru saja membuat sejarah.

🏆 PALING CEPAT mencapai 1 juta pelanggan: 1 jam 29 menit

🔥 PALING CEPAT mencapai 100K pelanggan: 22 menit

🥵 Saluran paling banyak berlangganan dalam sehari: 4 juta lebih

🤌 Sebagian besar Pelanggan diperoleh dalam satu Jam, Menit, Kedua & Hari

CRISTIANO tidak mengejar rekor, rekor mengejarnya 🐐🐐🐐

21/08/2024
21/08/2024

Menyaksikan langsung perkembangan subscriber c. Ronaldo di YouTube barunya

Episode 2: Kesempatan EmasBeberapa minggu telah berlalu sejak Farhan dan teman-temannya mulai menggalang dukungan untuk ...
21/08/2024

Episode 2: Kesempatan Emas

Beberapa minggu telah berlalu sejak Farhan dan teman-temannya mulai menggalang dukungan untuk mempertahankan lapangan desa. Mereka berhasil mendapatkan tanda tangan dari banyak warga, tetapi pihak pengembang tetap bersikeras. Ketika harapan mulai pudar, sebuah kesempatan tak terduga datang menghampiri Farhan.

Pada suatu sore, lapangan desa yang biasanya sepi mulai ramai oleh anak-anak yang sedang bermain sepak bola. Di tepi lapangan, seorang pria paruh baya berdiri mengamati permainan mereka dengan seksama. Pria itu adalah Pak Surya, seorang pencari bakat dari klub sepak bola terkenal di Jakarta yang kebetulan sedang mengunjungi saudaranya di desa.

Farhan tidak menyadari kehadiran Pak Surya. Seperti biasa, ia bermain dengan penuh semangat, menunjukkan keahlian dan ketekunannya.
Setelah permainan selesai, Pak Surya mendekati Farhan

(Farhan sedang duduk di tepi lapangan, mengelap keringat dari wajahnya dengan kaosnya. Pak Surya mendekatinya dengan senyuman ramah.)

Pak Surya: (berbicara dengan tenang) "Permainan yang bagus, Nak. Kamu punya bakat besar."

Farhan: (terkejut, kemudian berdiri dan menjawab dengan sopan) "Terima kasih, Pak. Saya hanya berusaha bermain sebaik mungkin."

Pak Surya: (menatap Farhan dengan penuh minat) "Bakat seperti ini jarang ditemukan di desa kecil. Kamu berasal dari sini?"

Farhan: (mengangguk) "Iya, Pak. Sejak kecil saya bermain di lapangan ini bersama teman-teman saya."

Pak Surya: (tersenyum) "Namamu siapa?"

Farhan: "Farhan, Pak."

Pak Surya: "Farhan, saya Pak Surya. Saya bekerja sebagai pencari bakat di sebuah klub sepak bola di Jakarta. Saya sudah melihat banyak pemain muda berbakat, tapi ada sesuatu yang berbeda pada permainanmu. Kamu bermain dengan hati."

Farhan: (tersipu malu, tapi juga terkejut mendengar pernyataan itu) "Terima kasih, Pak. Tapi saya cuma anak desa. Mimpi saya memang ingin jadi pemain sepak bola, tapi…."

Pak Surya: (memotongnya dengan nada tegas namun lembut) "Jangan meremehkan dirimu sendiri, Farhan. Mimpi itu bisa jadi kenyataan, asal kamu siap bekerja keras untuk meraihnya. Bagaimana kalau kamu ikut seleksi di akademi sepak bola kami di Jakarta? Saya bisa membantu mengatur semuanya."

Farhan: (terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya) "Seleksi di Jakarta? Akademi sepak bola?"

(Farhan memandang lapangan desa yang sudah menjadi bagian dari hidupnya selama ini. Pikiran tentang pergi ke Jakarta, meninggalkan keluarganya, dan mengejar mimpinya mulai memenuhi benaknya.)

Farhan: (setelah jeda sejenak) "Tapi, Pak... keluarga saya di sini. Saya juga masih sekolah. Bagaimana saya bisa meninggalkan semuanya?"

Pak Surya: (tersenyum penuh pengertian) "Saya tahu ini keputusan besar, Farhan. Tapi ini adalah kesempatan yang jarang datang. Kamu bisa membicarakannya dengan keluargamu dulu. Jika mereka setuju, saya akan mengatur jadwal seleksi untukmu."

(Pak Surya memberikan kartu nama kepada Farhan dan pergi meninggalkannya yang masih terdiam di tepi lapangan, berusaha mencerna semua yang baru saja terjadi.)

Malam itu, Farhan duduk di ruang tamu bersama kedua orang tuanya. Ia memegang kartu nama Pak Surya di tangannya, ragu-ragu untuk memulai pembicaraan. Ayah dan ibunya sudah mengetahui bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Farhan.

Akhirnya, dengan keberanian, Farhan menceritakan tentang tawaran dari Pak Surya.

Farhan: (dengan hati-hati) "Ayah, Ibu... tadi sore, ada seseorang yang datang ke lapangan. Dia bilang dia pencari bakat dari klub sepak bola di Jakarta."

Ibu Farhan: (menatap anaknya dengan penuh perhatian) "Lalu, apa yang dia katakan, Nak?"

Farhan: "Dia bilang saya punya bakat, dan dia menawarkan saya kesempatan untuk mengikuti seleksi di akademi mereka di Jakarta."

(Ayah Farhan terdiam, lalu menatap Farhan dengan mata yang serius.)

Ayah Farhan: "Seleksi di Jakarta? Itu jauh, Farhan. Bagaimana dengan sekolahmu? Dan siapa yang akan membantu kami di sini?"

Farhan: (berusaha tenang meski hatinya gelisah) "Saya tahu, Yah. Tapi ini adalah kesempatan yang mungkin tidak akan datang lagi.
Saya janji akan tetap fokus pada sekolah, dan saya akan bekerja keras untuk tidak mengecewakan Ayah dan Ibu."

Ibu Farhan: (dengan suara lembut) "Farhan, kami tahu kamu punya mimpi besar. Tapi kami juga khawatir. Jakarta bukan tempat yang mudah, dan kamu akan jauh dari kami. Apa kamu sudah benar-benar memikirkan ini?"

Farhan: (mengangguk dengan tegas) "Saya sudah memikirkannya, Bu. Saya ingin mencoba. Ini adalah kesempatan untuk mewujudkan mimpi saya. Saya tidak ingin menyesal karena tidak mencoba."

(Ayah Farhan diam sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.)

Ayah Farhan: "Baiklah, Farhan. Jika ini yang benar-benar kamu inginkan, Ayah tidak akan menghalangimu. Tapi ingat, di mana pun kamu berada, jangan lupakan dari mana asalmu. Tetaplah rendah hati dan berikan yang terbaik."

Farhan: (tersenyum lega dan penuh rasa syukur) "Terima kasih, Ayah. Saya janji tidak akan mengecewakan Ayah dan Ibu."

Keesokan harinya, Farhan menghubungi Pak Surya dan memberitahunya bahwa ia bersedia mengikuti seleksi di Jakarta. Pak Surya dengan cepat mengatur jadwal dan mengirimkan informasi detail tentang seleksi tersebut. Dalam beberapa hari, Farhan sudah berada di dalam bus yang menuju Jakarta, meninggalkan desanya untuk pertama kalinya.

Di dalam bus, Farhan melihat keluar jendela, mengingat lapangan desa dan teman-temannya. Meski gugup dan sedikit takut, hatinya dipenuhi dengan harapan dan semangat untuk meraih impiannya.

Sesampainya di Jakarta, Farhan disambut oleh hiruk-pikuk kota besar yang jauh berbeda dari desanya yang tenang.
Pak Surya membawanya ke akademi sepak bola, tempat ia akan menghadapi tantangan yang sesungguhnya, bersaing dengan pemain lain yang lebih berpengalaman dan memiliki fasilitas yang jauh lebih baik.

(Pak Surya dan Farhan tiba di akademi sepak bola. Mereka disambut oleh pelatih utama, Coach Andi, yang terlihat tegas namun berwibawa.)

Coach Andi: (menyambut Farhan dengan tatapan tajam) "Selamat datang di akademi, Farhan. Saya dengar kamu punya bakat. Tapi di sini, bakat saja tidak cukup. Kamu harus bekerja lebih keras daripada yang lain. Siap untuk tantangan ini?"

Farhan: (mengangguk dengan penuh keyakinan) "Siap, Coach."

Episode ini diakhiri dengan Farhan yang memulai sesi latihan pertamanya di akademi sepak bola. Ia menyadari bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dengan setiap tetes keringat yang jatuh di lapangan, Farhan semakin yakin bahwa ia telah mengambil langkah pertama menuju mimpi besarnya.



21/08/2024

Tangerang city

Episode 1: Mimpi di Lapangan DesaDi sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang remaja bernama Farhan. Setiap har...
20/08/2024

Episode 1: Mimpi di Lapangan Desa

Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang remaja bernama Farhan. Setiap hari setelah pulang sekolah, Farhan selalu berlari menuju lapangan desa yang berdebu, satu-satunya tempat ia bisa mengekspresikan cintanya pada sepak bola. Meski hanya lapangan sederhana dengan rumput liar dan gawang yang mulai berkarat, bagi Farhan, tempat itu adalah dunianya.Ia selalu bermain dengan teman-temannya, meskipun kadang hanya ada satu bola tua yang penuh tambalan. Namun, itu tak pernah menghentikan semangat mereka. Mereka bermimpi suatu hari bisa bermain di stadion besar seperti para pemain idola mereka yang hanya bisa mereka lihat di televisi.

Dialog:

(Farhan dan teman-temannya bermain sepak bola di lapangan desa, sore menjelang senja)

Farhan: (mengoper bola ke Ali) "Ayo, Ali! Oper ke aku lagi! Kita cetak gol terakhir sebelum maghrib!"

Ali: (menendang bola dengan keras ke arah Farhan) "Ini, Han! Ambil bola ini! Tunjukkan trikmu!"

Farhan: (melakukan trik menggiring bola melewati dua pemain lawan, lalu menendang ke arah gawang, dan bola masuk dengan sempurna) "Golll! Yes! Kita menang lagi!"

Asep: (berlari menghampiri Farhan dan mengacak-acak rambutnya) "Kamu selalu jadi pahlawan, Han! Pantas saja semua anak di desa ini ingin berada di timmu."

Farhan: (tersenyum sambil mengelap keringat dari dahinya) "Kemenangan ini bukan cuma karena aku. Kalian semua hebat. Kalau kita terus latihan, siapa tahu, kita bisa jadi pemain sungguhan suatu hari nanti."

Ali: (tertawa sambil duduk di rumput) "Pemain sungguhan? Kita? Bermain di stadion besar? Yang benar saja, Han. Lapangan ini saja hampir runtuh, kita cuma punya satu bola tua. Bagaimana kita bisa jadi pemain besar?"

Farhan: (duduk di samping Ali dan menatap langit yang mulai gelap) "Mimpi itu gratis, kan? Aku selalu percaya kalau kita berusaha keras, kesempatan itu pasti akan datang. Mungkin bukan besok, tapi suatu hari nanti."(Teman-temannya tersenyum, terinspirasi oleh optimisme Farhan. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan harapan di hati mereka.)

Malam itu, setelah makan malam sederhana dengan keluarganya, Farhan berbaring di kasurnya yang kecil, menatap atap rumah yang mulai lapuk. Di luar, suara jangkrik mengisi malam yang tenang. Ia memikirkan kata-kata Ali. Bermain di stadion besar? Di kota? Bagaimana mungkin anak desa sepertinya bisa meraih mimpi sebesar itu?
Namun, Farhan menolak menyerah. Ia tahu bahwa sepak bola adalah satu-satunya hal yang benar-benar membuatnya hidup. Ia memejamkan mata dengan tekad yang kuat: besok ia akan berlatih lebih keras lagi.

(Pagi hari di rumah Farhan. Ayahnya sedang duduk di teras rumah, memeriksa tanaman di kebun kecil mereka. Farhan keluar dengan membawa sepatu bolanya.)

Ayah Farhan: (melirik Farhan sambil menghela napas) "Farhan, kamu mau kemana lagi pagi-pagi begini?

Tidak ada hari tanpa sepak bola, ya?"

Farhan: (tersenyum kecil) "Latihan, Yah. Aku ingin jadi lebih baik. Siapa tahu suatu hari nanti ada yang melihat bakatku."

Ayah Farhan: (menggelengkan kepala perlahan) "Sepak bola tidak akan memberimu nasi, Nak. Kita ini orang desa. Fokuslah pada sekolahmu. Hanya itu yang bisa menjamin masa depanmu."

Farhan: (menunduk sebentar, lalu menatap ayahnya dengan tekad) "Aku tahu, Yah. Tapi sepak bola juga penting buatku. Aku janji tidak akan melupakan sekolah. Aku hanya butuh kesempatan untuk mengejar mimpi ini."

(Ayah Farhan diam sejenak, lalu tersenyum tipis. Ia memahami semangat putranya, meski hatinya khawatir.)

Ayah Farhan: "Baiklah, tapi jangan sampai lupa tanggung jawabmu yang lain. Ibu dan aku hanya ingin yang terbaik untukmu."

Farhan: (tersenyum lebar) "Terima kasih, Yah. Aku tidak akan mengecewakan Ayah dan Ibu."

Hari-hari berlalu, dan Farhan semakin giat berlatih. Namun, di balik kegigihannya, ada masalah yang mulai muncul di desa. Pemerintah berencana untuk mengambil alih lapangan desa dan mengubahnya menjadi kompleks perumahan baru.

Para warga protes, namun keputusan tampaknya sudah bulat.Bagi Farhan dan teman-temannya, berita ini bagaikan mimpi buruk. Lapangan itu adalah tempat mereka tumbuh, tempat mimpi mereka berkembang. Kehilangan lapangan berarti kehilangan tempat mereka untuk bermimpi.

Dialog:

(Farhan dan teman-temannya berkumpul di lapangan, membicarakan kabar tersebut.)

Asep: "Bagaimana ini, Han? Kalau lapangan ini hilang, kita mau latihan di mana?"

Ali: (menendang tanah dengan frustrasi) "Ini tidak adil! Lapangan ini adalah milik kita. Apa yang akan terjadi dengan semua mimpi kita?"

Farhan: (menatap lapangan dengan mata berkaca-kaca, lalu berbicara dengan tegas) "Kita tidak boleh menyerah. Kita harus berjuang untuk mempertahankan lapangan ini. Ini bukan hanya tentang sepak bola, tapi tentang mimpi kita semua."

Asep: (mengangguk setuju) "Kita harus bicara dengan kepala desa. Mungkin masih ada yang bisa kita lakukan."

(Dengan semangat dan harapan, Farhan dan teman-temannya memutuskan untuk tidak menyerah. Mereka berencana untuk mengumpulkan tanda tangan warga dan mengajukan protes kepada pihak yang berwenang. Bagi mereka, lapangan desa ini adalah segalanya.)

Episode 1 ini berakhir dengan Farhan yang berdiri di tengah lapangan desa, memandang ke arah langit yang mulai memerah saat matahari terbenam. Di dalam hatinya, ia berjanji untuk mempertahankan tempat ini, tempat di mana semua mimpinya dimulai.



PELUANG USAHA 1200 tusuk x Rp.1000Yang mau jualan Sempol ayam Saya siap suplai, berlaku untuk seluruh Indonesia.1. Gerob...
20/08/2024

PELUANG USAHA

1200 tusuk x Rp.1000

Yang mau jualan Sempol ayam
Saya siap suplai, berlaku untuk seluruh Indonesia.

1. Gerobak
2. Alat-alat
3. Saos
4. Sempol ayam mentah
Dan bimbingan berwirausaha.

Silahkan chat saya guys.
085216343438

Jamie Vardy ke supporter totenham
20/08/2024

Jamie Vardy ke supporter totenham

Prediksi Starting XI dan kedalaman Skuad Timnas Indonesia 🇮🇩 pada matchday pertama Kualifikasi Piala Dunia Putaran ketig...
20/08/2024

Prediksi Starting XI dan kedalaman Skuad Timnas Indonesia 🇮🇩 pada matchday pertama Kualifikasi Piala Dunia Putaran ketiga Grup-C melawan Arab Saudi 🇸🇦

Optimis bisa curi poin🔥


🇮🇩

Truested seller, insyaallah 🙏
20/08/2024

Truested seller, insyaallah 🙏

Tentang rezekiTidak ada yang pasti,Kamu pekerja? Kamu bisa dipecat.Kamu pengusaha? Kamu bisa bangkrut.Kamu konten kreato...
19/08/2024

Tentang rezeki

Tidak ada yang pasti,
Kamu pekerja? Kamu bisa dipecat.
Kamu pengusaha? Kamu bisa bangkrut.
Kamu konten kreator? Kamu bisa dismonetisasi
Kamu siapa? Kamu tidak bisa menjamin rezeki itu.

Rezeki itu Hak Nya Allah.
Terserah Allah, Allah yang atur.

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Artinya:

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya, sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Tugas kita hanya berusaha dan berdoa meminta kepada Allah SWT. Perkara hasil biar Allah SWT yang menentukan.

19/08/2024

Mallorca ditahan imbang sama real Madrid 😱

18/08/2024

Lewandowski 2 goal
Lamine Yamal 1 assist

Two former rivals, two former from Barcelona and Real Madrid
17/08/2024

Two former rivals, two former from Barcelona and Real Madrid

Mbappe on Instagram : family 🤍 real Madrid
17/08/2024

Mbappe on Instagram : family 🤍 real Madrid

Info kontrakan di ikn guys
17/08/2024

Info kontrakan di ikn guys

Pernah bermimpi menjadi pemain timnas setelah Indonesia dikalahkan Bahrain 11-0
17/08/2024

Pernah bermimpi menjadi pemain timnas setelah Indonesia dikalahkan Bahrain 11-0

15/08/2024

Training

15/08/2024

Backstage

Gelar pertama bersama klub terbaik di dunia!!!! Ayo maju lagi!!!! Hala Madrid! 🤍🤍🤍
14/08/2024

Gelar pertama bersama klub terbaik di dunia!!!! Ayo maju lagi!!!!
Hala Madrid! 🤍🤍🤍

Address

Desa Kandang RT 018 RW 004 Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang
Pemalang
52311

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Koniq Riyadi posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Koniq Riyadi:

Videos

Share

Category


Other Video Creators in Pemalang

Show All

You may also like