18/12/2024
Pelajaran dari Kisah Viral Bocah SD Penjual Bakso Tahu di Garut
Kisah bocah berusia tujuh tahun di Garut, Jawa Barat, yang menjual bakso tahu demi uang jajan, mendadak viral di media sosial. Bagaimana tidak, sambil mengenakan seragam dan memakai tas sekolah, bocah bernama Erwin Utama itu memikul gerobak bakso tahu.
Mengutip detikcom, saat ini Erwin masih duduk di kelas dua sekolah dasar di Madrasah Iftidaiyyah (MI) Al-Muttaqien, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug. Erwin mulai berdagang setelah kedua orang tuanya bekerja di luar kota. Saat ini, Erwin tinggal bersama sang bibi, Kokom.
Setiap hari, Erwin berjualan mulai pukul tujuh pagi. Sembari menuju ke sekolah yang terletak sekitar 200 meter dari rumah, Erwin menyusuri kampung-kampung sekitar untuk menggaet pembeli.
Dagangan itu bukanlah milik Erwin, melainkan milik tetangganya. Erwin hanya mendapat upah dari sang pemilik. Rata-rata per harinya, dia hanya memperoleh upah Rp5 ribu.
"Diburuhan (diberi upah) Rp5-6 ribu," ucap dia.
Erwin mengaku, berdagang adalah keinginannya agar tak merepotkan sang bibi. Semua itu dilakukan Erwin dengan ikhlas. Erwin mengaku tetap bersemangat jualan meskipun terkadang teman-teman menertawakannya.
"Henteu isin (enggak malu)," ujar Erwin.
Meski kisah Erwin dianggap sejumlah orang menginspirasi, patut diingat Erwin sesungguhnya masuk dalam kategori pekerja di bawah umur. Menurut data UNICEF, ILO, dan Bank Dunia, diperkirakan ada 168 juta anak-anak berusia 5 - 17 tahun yang menjadi pekerja.
Padahal, menjadi pekerja di usia dini membawa banyak dampak bagi anak-anak itu sendiri. Berdasarkan penelitian mengenai dampak psikososial pekerja anak di Yordania, terungkap bahwa anak bersekolah yang juga bekerja memiliki masalah psikososial dibandingkan mereka yang tidak bersekolah sambil bekerja.
Sementara di Indonesia, Konvensi Hak Anak (KHA) dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, yang merupakan perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, secara tegas menyatakan prinsip dalam mewujudkan pemenuhan hak dan perlindungan anak, yang meliputi hak hidup, tumbuh kembang dan hak partisipasi serta kepentingan terbaik bagi anak
Nah, sebagai orang tua, apa saja yang bisa kita lakukan untuk anak? Kegiatan menyenangkan yang dilakukan bareng orang tua bisa jadi kenangan manis di benak anak, lho. Tak perlu kegiatan mewah, sekadar main di taman atau menghabiskan waktu bersama anak saja bisa jadi pengalaman menyenangkan dan tak terlupakan buat anak.
Selain itu, waktu yang berkualitas sama si kecil salah satunya bisa didapat ketika kita menaruh gadget dan benar-benar fokus sama anak. Kata psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo, yang akrab disapa Anas, saat kita jauhkan gadget sementara, fokus melakukan sesuatu sama anak bisa dilakukan.
Sementara melihat kondisi Erwin, sulit rasanya dia bisa menghabiskan quality time bersama orang tuanya yang bekerja di luar kota. Kita doakan semoga kehidupan Erwin lebih baik ke depannya.