Berita Dunia Aceh

Berita Dunia Aceh Jangan Lupa Shalat lima waktu

Kota Bireuen, Aceh sempat menjadi ibu kota negara selama satu minggu sejak 18 Juni 1948
17/08/2024

Kota Bireuen, Aceh sempat menjadi ibu kota negara selama satu minggu sejak 18 Juni 1948

08/07/2024

Banyak yang bilang, suku aceh itu ada hubungannya dengan suku champa, emang iya ? coba kita bahas asal usulnya suku Aceh

Asal usul suku Aceh darimana sih ?

Etnis Aceh (bahasa Aceh: اورڠ اچيه, translit. ureuëng Acèh) merupakan suatu kelompok etnis yang berasal dari ujung utara p**au Sumatra, khususnya di wilayah Provinsi Aceh, Indonesia. Mereka terikat dalam kebudayaan, bahasa, dan latar belakang sejarah yang sama. Etnis Aceh memiliki beberapa eksonim yang bervariasi, diantaranya yaitu Lam Muri, Lambri, Achin, Asji, A-tse dan Atse.

Pada masa modern, etnis Aceh terkenal sebagai para pedagang yang ulung dan juga mayoritas etnis Aceh kini merupakan pemeluk agama Islam. Secara tradisional, etnis Aceh hidup secara matrilokal dan komunal, mereka tinggal di permukiman yang disebut gampong. Masa keemasan peradaban etnis Aceh berpuncak pada masa sekitar abad ke-16 hingga abad ke-17, seiring dengan masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam.

Bukti-bukti arkeologis terawal penghuni Aceh adalah dari masa pasca Plestosen, di mana mereka tinggal di pantai timur Aceh (daerah Langsa dan Tamiang), dan menunjukkan ciri-ciri Australomelanesid. Mereka terutama hidup dari hasil laut, terutama berbagai jenis kerang, serta hewan-hewan darat seperti babi dan badak. Mereka sudah memakai api dan menguburkan mayat dengan upacara tertentu.

Legenda rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh pertama berasal dari suku Mante & Suku Lhan, Suku Mante merupakan etnis lokal yang merupakan bagian dari Suku Alas & Suku Karo, sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan suku Semang yang bermigrasi dari Semenanjung Malaya atau Hindia Belakang (Champa, Burma). Suku Mante pada mulanya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya. Ada p**a dugaan secara etnologi tentang hubungan suku Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia atau Dravida di lembah sungai Indus dan Gangga, namun hal tersebut belum dapat ditetapkan oleh para ahli kepastiannya.

Ketika Kerajaan Sriwijaya memasuki masa kemundurannya, diperkirakan sekelompok suku Melayu mulai berpindah ke tanah Aceh. Di lembah sungai Tamiang yang subur mereka kemudian menetap, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan suku Tamiang. Setelah mereka ditaklukkan oleh Kerajaan Samudera Pasai (1330), mulailah integrasi mereka ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan dialek tetap terdapat kedekatan dengan budaya Melayu.

Suku Minang yang bermigrasi ke Aceh banyak yang menetap di sekitar Meulaboh dan lembah Krueng Seunagan. Umumnya daerah subur ini mereka kelola sebagai persawahan basah dan kebun lada, serta sebagian lagi juga berdagang. Penduduk campuran Aceh-Minang ini banyak p**a terdapat di wilayah bagian selatan, yaitu di daerah sekitar Susoh, Tapaktuan, dan Labuhan Haji. Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun bahasa Aneuk Jamee, yaitu dialek khusus mereka sendiri.

Akibat politik ekspansi dan hubungan diplomatik Kesultanan Aceh Darussalam ke wilayah sekitarnya, maka suku Aceh juga bercampur dengan suku-suku Gayo, Nias, dan Kluet. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh yang berasal dari berbagai keturunan itu terutama ialah dalam bahasa Aceh, agama Islam, dan adat-istiadat khas setempat, sebagaimana yang dirumuskan oleh Sultan Iskandar Muda dalam undang-undang Adat Makuta Alam.

Jadi gitu kurang lebihnya ya asal-muasal suku / etnis Aceh.

Jangan lupa follow saya untuk mendapatkan informasi.

ABUYA SYEKH HAJI MUHAMMAD WALYAbuya Syekh Muhammad waly Al- khalidy , beliau menanamkan dirinya dalam kitab miliknya den...
04/03/2024

ABUYA SYEKH HAJI MUHAMMAD WALY

Abuya Syekh Muhammad waly Al- khalidy , beliau menanamkan dirinya dalam kitab miliknya dengan "
SYEKH H. MUHAMMAD WALY AS- SYAAFI'I MAZHABAN WA ASY'ARI I' TIQADAN WA NAQSYABANDY MASYRABAN ". Maknanya saya yang bernama Muhammad Waly dalam masalah khilafiyah hukum fiqih Syafi'i Mazhab saya / bukan Maliki , Hambali, dan lain - lain , dan Ahlussunah yang dibawa Abu Hasan Al- Asy' Ari i'tiqad / keyakinan saya terhadap Allah dan rasul dan apa yang dibawa oleh Syekh Bahauddin Naqsyabandy / tidak Qadiri dan Syathari dari Abdullah Syathari tempat minum saya. Maka perbuatan/pekerjaan anggota saya dalam peribadatan dan mu'amalah adalah menurut Mazhab Syafi'i, dan didalam ingatan/ keyakinan dalam mengarungi kehidupan Saya beri'tiqad Ahlussunah wali jamaah seperti ajaran Asy'ari yaitu kita perlu usaha tapi usaha kita tidak dapat mengubah / mengadakan dan meniadakan , Dan dalam bersikap, berkepribadian/ berthariqat yaitu dengan Thariqat Naqayabandy yang dipelopori oleh Syekh Bahauddin Naqsyabandy, senantiasa bermuraqabah / kerlingan hati kepada hadrat ilahi dengan melupakan wujud selain Allah, bermuraqabah ma'iyyah لاموجودبحق الاالله ، inilah makna pada ayat قل هو الله.

Orang yang hatinya berjalan, kemauannya berjalan dan berada dihadrat ilahi hilang wujudnya dengan pantulan cahaya makrifat ahadit zat dengan muraqabah ma'iyyah.

Apakah anda sebagai Mursyid dan khalifah faham tentang ajaran Thariqat anda ?

Maka oleh karena itu Abuya Syekh H Muhammad waly terlihat bagus dalam perbuatan, tingkah laku , aqidah dan di barengi dengan sikap kepribadian serta tidak lupa kepada Allah setiap nafas dalam menjalani kehidupan. Abuya Syekh H Muhammad waly membuat tulisan yang bernama PERMATA INTAN DAN INTAN PERMATA untuk menerangkan Aqidah , menulis Nadham obat hati untuk fana wujud kita didalam wujud Allah, dengan memohon supaya kita sampai kepada Dzural Haqiqah / gunung hakikat yaitu maqam yang tidak ada makhluk pada maqam tersebut/ makrifat. Dan menulis fatawa mengenai hukum Syara' dalam masalah khilafiyah Mazhab Syafi'i dan Tanwirul Anwar untuk menyatakan beda Antara Aqidah dengan Tasawuf atau dalam pemahaman hakikat dalam kita bermakrifat, agar terjadi keseimbangan antara syariat dengan hakikat. Jangan sampai kita bertassawuf / berthariqat, tapi masih terlihat wujud didalam pengamalan, pada hal tasawuf/ Thariqat untuk menghilangkan wujud diri.

Kalau kita mendakwahkan diri sebagai murid Abuya Syekh Muhammad waly, maka kita harus dapat mengikuti Sunnah beliau sebagaimana yang tersebut diatas. Kalau tidak, maka jangan katakan " saya anak atau murid Abuya muda waly yang disayangi".

Demikianlah, semoga kita semuanya baik sebagai anak anak jasmani atau anak rohani dapat memahami Sunnah beliau didalam kehidupan untuk membawa ummat beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wataala. Semoga dapat dimaklumi oleh kita semua.

Wallahu aklam bisawam

Wassallam.

“Ketika seorang sufi masuk ke kedai minuman, kedai itu ruang ibadahnya. Tetapi ketika seorang pemabuk masuk ke ruang iba...
21/11/2023

“Ketika seorang sufi masuk ke kedai minuman, kedai itu ruang ibadahnya. Tetapi ketika seorang pemabuk masuk ke ruang ibadahnya, ruang itu menjadi kedai minumannya. Apa pun yang hendak dilakukan di dunia, hati ialah tolak ukurnya.”

-Maulana Shamsuddin Tabrizi atau Shams al-Tabriz - beliau adalah guru Mursyid Rabbani kepada Maulana Jalaluddin Rumi Qaddasallahu Sirrahu.

Beliau tergolong dalam kelompok (wali) malamatiyah.
Malamatiyah menyembunyikan hakikat diri sebagai ahli sufi dan memiliki ilmu sebenar hingga biasanya kesalahan dan kekurangan diri terserlah serta ada kalanya dipertontonkan secara sengaja.

Shams al-Tabriz yang beraliran Ahli Sunnah Wal Jamaah (ASWJ) dan bermazhab Shafie, tidak terpisah daripada wilayah syariat dan pada masa sama berada di bawah kolong langit hakikat yang menuju ke arah makrifat hakiki, iaitu mengenal Allah S.W.T.

🇵🇸

لاَ اِلَهَ اِلاّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ اللهِ
الصلاة والسلام عليك يا رسول الله وعلى الك واصحبك ياحبيب الله
بسم الله الله الله الله الحق
صلوا على حبيب الله! ﷺ ❕
جَزَىٰ ٱللَّهُ عَنَّا سَيِّدَنَا مُحَمَّدَاً ﷺ مَا هُوَ أَهْلُهُ. يارب صل علی محمد، وافتح من الخير کل مغلق

24/07/2023

Assallamu'alaikum

Wahai pejalan Ruhani, mengapa hati mu masih resah akan Rizqi dan masa depan, jika hidup ini adalah kehidupan dari-Nya

mengapa hatimu masih ada rasa kecewa apa yang telah menimpamu, jika yang menimpamu itu adalah bentuk cinta dan kasih sayang-Nya

Dan mengapa hatimu masih ada rasa sakit dan dendam pada orang yang menyakitimu, jika semua yang datang padamu itu atas kehendak-Nya

Ingat, semua yang terjadi di alam smesta ini adalah hijab, bila engkau masih melihat itu semua dengan nafsu dan keakuamu, karena semua yang datang itu hanya untuk menguji keyaqinan dan kesabaranmu,
Sadar dan syukuri agar IMAN di hatimu akan membawa pada kenikmatan

diri

14/01/2023

Rekan2 semua tolong dibantu Chanel YouTube Razak aulia ya

21/12/2022

Tolong dibantu postingan
Chanel YouTube kita :
Razak aulia

10/02/2022

MERAH JOHAN, ANAK RAJA LINGGA ACEH TENGAH ADI GENALI SULTAN PERTAMA ACEH DARUSSALAM DENGAN GELAR SULTAN ALAIDIN JOHANSYAH

Gayo artinya Indah
Orang gayo berasal dari melayu tua yang datang ke Sumatera gelombang pertama dan menetap di pantai timur Aceh antara daerah aliran sungai Jambo Aye, Sungai Peureulak dan Sungai Temiang. Kemudai menyusur daerah aliran ketiga sungai itu berkembang ke Serbejadi, Lingga dan Gayo Luwes. Mereka berusaha di sector pertanian sub sector perladangan, perburuna, perikanan, perternakan dan kehutanan secara amat sederhana dan membangun kerjaan Lingga dengan ibukotanya Buntul Lingga yang terletak di pinggir sebuah anak sungai di hulu sungai Jambo Aye.

Sejak masa itu sampai sekarang, orang Gayo bermukim di enam kabupaten dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kecamatan Lukup Serbejadi Kabupaten Aceh Timur, Kecamatan Pulo Tige Kabupaten Temiang, sebagian wilayah kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Gayo Luwes dan di Kabupaten Bener Meria.

Ketika sebuah angkatan da’wah Islam berjumlah 100 orang terdiri dari orang-orang Arab, Persia dan India di pimpin oleh Nakhoda Syahir Nuwi dari Teluk Kambey Gujarat berlabuh di Teluk Perelak pada tahun 173 H atau 800 M. orang-orang gayo membaur dengan mereka dalam proses pemerintahan dan kemasyarakatan, diikat oleh tali persaudaraan Islamiah. Selama periode itu, semua orang Gayo mulai memeluk Islam yang sebelumnya animisme. Ahmad Syarif dinobatkan menjadi Merah (Raja) Islam Lingga Pertama pada tahun 181 H atau 808 M.

Pada tahun 225 H atau 840 M, kerajaan Peureulak diresmikan menjadi Kerajaan Islam dipimpin oleh Sutan pertama Sayid Maulana Aziz Syah berasal dari Arab Qabilah Quraisy.

Pada tahun 375-379 H atau 986-990 M pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Malik Ibrahim Syah, Kerajaan Islam Peureulak diserang oleh Kerajaan Sriwijaya. Sebagian pemimpin dan rakyat Peureulak bergerilya dan hijrah ke Lukup, Samarkilang, Serule, Lingga, Penarun dan Isaq bergabung dengan orang-orang gayo yang sejak lama telah bermukim disana. Setelah Sriwijaya dikalahkan oleh Mojopahit pada tahun 379 H atau 990 M, sebagian pemimpin dan rakyat Kerajaan Islam Peureulak kembali ke Peureulak dan sebagian menetap di Serule, Lingga dan Isaq.

Salah seorang pemimpin Kerajaan Peureulak bernama Merah Malik Ishaq Syahir Nuwi, keturunan Pangeran Syahir Nuwi dari Persia dan Puteri Siyam, bermukim di Lembah salah satu anak sungai Jambo Aye pada masa Kerajaan Islam Perlak dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah tahun 365-377 H atau 976-988 M. program prioritas Merah Malik Ishaq membangun mesjid dan zawiyah (dayah), dimana dipelajari 32 mata pelajaran ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi secara padu. Kemudian negeri itu terkenal dengan nama Isaq berasal dari nama Malik Ishaq.

Anak Merah Malik Ishaq satu-satunya bernama Merah Mersa, meneruskan usaha ayahnya mengembangkan Islam dan membangun Negeri Isaq, Lingga dan Takengon. Anak Merah Mersa ada enam orang.

Merah Putih dan Merah Hitam yang lazim disebut Merah Dua membangun Negeri Meureudu di Pidie Timur. Nama Meureudu berasal dari Meurah Dua

Merah Bacang, adik Merah Putih dan Merah Hitam membangun Negeri Seunagan di Aceh Barat

Merah Jernang adik Merah Bacang membangun negeri serbejadi Lukup Aceh Timur

Merah Ibrahim, adik Merah Jernang membangun Negeri Daya Aceh Barat

Merah Pupuk adik Merah Jernagn membangun Negeri Daya Aceh Barat

Meurah Mege melanjutkan usaha kakeknya Merah Ishaq dan ayahnya Merah Mersa di Negeri Isaq.

Salah seorang cucu Merah Mersa atau cicit Merah Malik Ishaq ialah Adi Genali, anak Merah Ibrahim menjadi Sultan Kerajaan Islam Lingga yang dinobatkan oleh ulama besar Kerajaan Islam Peureulak Syekh Sirajuddin pada tahun 550 H atau 1125 M yang menetap di Serule sebagai penasehat Kerajaan Islam Lingga dengan sebutan Cik Serule

Adi Genali mempunyai empat orang anak, seorang puteri dan tiga orang putera :

Siti Lela yang pop**ar dalam kerajaan Islam Lingga disebut Datu Beru. Beliau dimakamkan di pemakaman Kerajaan Islam Lingga di Buntul Lingga

Merah Lingga yang kemudian menjadi Raja Lingga menggantikan ayahnya.

Sibayak Lingga yang membangun negeri Sibayak di dataran tinggi pegunungan Sibayak Karo dan mengembangkan Islam di Aru.

Merah Johan atau Johansyah menjadi sultan pertama kerajaan Aceh Darussalam denga gelar Sultan Alaidin Johansyah

Fungsi tersebut beliau raih melalui proses sebagai berikut :

· Adi Genali dan Cik Serule sepakat untuk melanjutkan pendidikan Johansyah ke Zawiyah Cot Kala di Bandar Perlak, setelah beberapa tahun diajar dan dididik oleh Syekh Sirarjuddin (Cik Serule) dengan harapan kelak dapat menggantikan ayahnya memimpin Kerajaan Islam Lingga dengan lebih baik.

· Johansyah yang tampan itu, berakhlak mulia, rajin dan cerdas, sehingga setelah Johansyah menyelesaikan pendidikan pada Zawiyah Cot Kala, Guru Besar Zawiyah tersebut Syekh Abdullah Kan’an dengan persetujuan Sultan Kerajaan Islam Perlak, mengangkat Johansyah menjadi guru Zawiyah itu.

· Selain sebagai guru, Johansyah dipercayakan p**a untuk beramal membantu Kerajaan Islam Perlak dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran. Berkaitan dengan jabatan yang kedua ini, Johansyah dipanggil p**a dengan lakab Merah Johan.

· Pada tahun 600 H atau 1204 M, Kerajaan Benua Cina yang dipimpin oleh seorang puteri Cina Laksamana Liang Khie menaklukkan Kerajaan Indera Jaya ibu kotanya Panton Bie, tetangga Kerajaan Indra Purba ibu kotanya Lamuri. Raja bersama sejumlah pembesar, tentara dan rakyat Kerajaan Indra Jaya mengungsi dan mendirikan Kerajaan Indra Jaya Baru di sebelah barat Gunung Geruthee. Laksamana Liang Khie mengangkat dirinya menjadi Maharaja Kerajaan Indra Jaya yang telah merubah namanya menjadi Kerajaan Seudu.

· Kerajaan Seudu kemudian diperintah oleh keturunan Laksamana Liang Khie bernama Nian Nio. Laksamana yang cantik dan berani itu melanjutkan keinginan Liang Khie untuk menguasai kerajaan-kerajaan Indra Jaya, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purba yang terpecah belah di wilayah Aceh Besar sekarang, yang menyebabkan Nian Nio dengan mudah menguasai mereka.

· Laksamana Nian Nio mulai menyerang ibukota Kerajaan Indra Purwa dan akan dilanjutkan ke Kerajaan lainnya. Karena itu Maharaja Kerajaan Indra Purba mengirim utusan yang dipimpin oleh Hulubalang Barata kepada Kerajaan Islam Peureulak untuk meminta bantuan. Sultan Kerajaan Islam Peureulak Makhdum Alaidin Malik Muhammad Syah dan Perdana Menteri Kamaluddin menerima perutusan dari Kerajaan Purba itu dengan baik.

· Setelah melalui musyawarah yang matang dengan Majelis Syura, Sultan Alaidin menyatakan kepada Hulubalang Barata, bahwa Kerajaan Islam Peureulak bersedia membantu Kerajaan Indra Purba dari serangan Kerajaan Seudu.

· Dalam program dan kebijakan Kerajaan Islam Perlak sejak lama telah ditetapkan, bahwa setiap langkah dan usaha harus dilaksanakan dengan tema Dakwah Islamiah. Untuk itu dilaksanakan seleksi dan latihan anggota pasukan, sehingga bukan hanya terampil dalam bidang peperangan tetapi juga terampil dalam berbagai aspek kehidupan menurut ajaran Islam.

· Sebanyak 500 orang pasukan tentara Kerajaan Islam Peureulak ditambah dengan utusan Kerajaan Purba, mengikuti pelatihan selama tiga bulan di Pusat Latihan Cot Kala Peureulak. Selama pelatihan, Hulubalang Barata melapor secara berkala kepada Maharaja Kerajaan Indra Purba di Bandar Lamuri mengenai system pelatihan dan kesan-kesan selama berada di wilayah Kerajaan Islam Peureulak. Utusan Kerajaan Purba merasa simpati dan mendorong mereka menganut Islam tanpa paksaan. Namun hal itu tidak mereka laporkan kepada Maharaja Indra Purba, karena Maharaja dan seluruh rakyat kerajaan-kerajaan di kawasan Aceh Besar menganut agama Budha.

· Pada hari kamis 27 Rajab 570 H, bertepatan dengan 1180 M, 500 prajurit pilihan Kerajaan Islam Peureulak yang terdiri dari 400 prajurit dan 100 perwira diantaranya 75 prajurit dan 18 perwira perempuan dengan upacara khidmat diberangkatkan ke Bandar Lamuri ibu kota Kerajaan Indra Purba, dipimpin oleh Syekh Abdullah Kan’an sebagai Panglima dan Merah Johan sebagai Wakil Panglima. Pasukan ini bernama Angkatan Syiah Hudan. Raja Lingga Adi Genali mengirim 100 prajurit Kerajaan Lingga dan bergabung dengan Angkatan Syiah Hudan di Jalin untuk membantu Kerajaan Indra Purba dari serangan Kerajaan Seudu.

· Program Angkatan Syiah Hudan adalah melaksanakan da’wah bil lisan dan da’wah bil hal secara padu. Syekh Abdullah Kan’an membangun Zawiyah Kan’an di Bandar Lamuri dan menjelaskan ajaran Islam secara kaffah : keimanan, ibadah, semua jenis amal saleh termasuk sistim pergaulan, memelihara kebersihan dan menganekaragaman usaha pertanian dari lading dan ternak dengan kelapa, lada, pala, kopi dan lain-lain. Sementara Merah Johan memipmpin pelatihan penduduk Indra Purba yang berusia 18 sampai 40 tahun mengenai taktik dan strategi peperangan mempertahankan diri dan menyerang perwira dan prajurit pasukan Syiah Hudan tiap waktu shalat berjama’ah diawali dengan azan dan iqamah dan ditutup dengan zikir dan do’a.

· Keterpaduan kedua sisitim dakwah Islamiyah dimaksud menarik simpati pemimpin dan rakyat Kerajaan Indra Purba, Indra Patra, Indra Purwa dan Indra Puri, sehingga mereka menyatakan diri memeluk Islam yang sebelumnya menganut agama Budha dan memperkuat pasukan angkatan Syiah Hudan dengan membentuk pasukan gabungan.

· Maharaja Indra Purba mengangkat Syekh Abdullah Kan’an menjadi penasehat Kerajaan Indra Puba dan Merah Johan menjadi Panglima Gabungan Angkatan Perang Kerajaan Indra Purba dan Kerajaan Islam Peureulak. Merah Johan memanfaatkan seluruh potensi masyarakat dan alam untuk meraih kemenangan melawan serangan angkatan perang Kerajaan Seudu.

· Kerajaan Seudu menyerang besar-besaran Lamuri ibu kota Indra Purba. Meurah Johan menyusun empat pasukan terpadu yang diutuskan pada empat arah untuk mempertahankan ibu kota Bandar Lamuri dan merebut ibu kota Kerajaan Seudu Bandar Panton Bie dan Lingke dimana Maharani Nian Nio berkedudukan. Penetapan tempat kedudukan dan pemberian nama Liengkie oleh Nian Nio adalah untuk mengabdikan nama leluhurnya Maharaja Laksamana Liang Khie.

· Hampir satu tahun Syekh Abdullah Kan’an dan Merah Johan membina masyarakat Indra Purba, mempersiapkan fisik dan mental untk mempertahankan dan membalas serangan angkatan perang Kerajaan Seudu. Dan terjadi pertempuran antara pasukan gabungan Kerajaan Islam Peureulak dan Kerajaan Indra Purba melawan pasukan Kerajaan Seudu selama tiga bulan, yang paling sengit di Kuala Naga dan Liengkie, akhirnya Nian Nio dapat ditawan dan Kerajaan Seudu menyatakan kekalahannya.

· Pada hari Rabu 14 Rajab 601 H, Kerajaan Indra Purba menyelenggarakan upacara menyambut kemenangan itu, pembesar-pembesar Kerajaan Indra Purba menyatakan secara resmi memeluk Islam, Syekh Abdullah Kan’an shalat syukur atas nikmat Allah yang tidak ternilai itu. Merah Johan diakadnikahkan dengan puteri Maharaja Indra Purba bernama Indra Kesuma.

· Nian nio termenung murung membisu dalam rumah tahanan Kerajaan Indra Purba memendam cinta terhadap Merah Johan yang gagah tampan. Terjadilah cinta segitiga antara Indra Kesuma, Nian Nio dan Merah Johan. Syekh Abdullah Kan’an merundingkan cara penyelesaian cinta segi tiga itu dengan Maharaja dan Permaisuri Kerajaan Indra Purba. Masalah ini amat pelik dirasakan oleh mereka karena bermadu merupakan keadaan yang paling pahit dirasakan oleh seorang isteri, apalagi belum sampai satu bulan Merah Johan menikah dengan Indra Kesuma. Namun untuk kepentingan dakwah Islam dan untuk persatuan Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Seudu dan Kerajaan lainnya, Maharaja , Permaisuri dan Puteri Kerajaan Indra Purba, Indra Kesume isteri pertama Merah Johan, menyetujui pernikahan Merah Johan dengan Nian Nio dengan syarat bahwa Nian Nio terlebih dahulu menganut agama Islam. Syekh Abdullah Kan’an memimpin pengislaman Nian Nio dan menikahkannya dengan Merah Johan di Istana Kerajaan Seudu Panton Bie. Sejumlah pembesar dan rakyat Kerajaan Seudu yang setia kepada Nian Nio memeluk agama Islam.

· Pada tanggal 28 Sya’ban 601 H, diselenggarakan musyawarah besar di Istana Kerajaan Indra Purba di ibukota Bandar Lamuri. Pesertanya sebanyak 1000 orang terdiri dari para wakil Kerajaan Seudu, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri, Indra Purba dan sejumlah peninjau dari Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Lingga. Dua isteri Merah Johan Indra Kesuma dan Nian Nio dengan amat harmonis memimpin para petugas untuk mempersiapkan musyawarah besar itu. Setelah Maharaja Indra Purba membuka dan menjelaskan tujuan musyawarah, Syekh Abdullah Kan’an menyampaikan pidato yang intinya : memproklamir-kan berdirinya kerajaan Aceh Darussalam, menjelaskan dasar-dasar Kerajaan dan melantik Merah Johan menjadi Sultan Kerajaan Aceh Darussalam.

PIDATO SYEKH ABDULLAH KAN’AN :

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji hanya untuk Allah, Pencipta dan Pemilik semesta alam Salawat dan salam untuk penghulu kita Rasulullah Muhammad SAW.

Saudara-saudara yang kami muliakan,

Hari ini kita menutup musyawarah akbar Kerajaan Seudu, Indra Purwa, Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purba serta diikuti oleh wakil dari Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Kerajaan Islam Lingga. Kita telah sepakat untuk mendirikan satu Kerajaan Islam Aceh dengan nama Kerajaan Aceh Darussalam

Kita telah sepakat p**a bahwa dasar Kerajaan Aceh Darussalam adalah Islam. Kalau Al-qur’an menjadi pedoman hidup manusia dan dasar Kerajaan, maka dunia ini menjadi surga, karena keadilan dan kebenaran, persaudaraan dan kasih saying, persamaan dan hak azasi manusia menjadi raja.

Kita juga telah sepakat bahwa ibu kota Kerajaan Aceh Darussalam di bangun baru di antara Kerueng Naga dan Kuala Naga, untuk mengenang pertempuran sengit dan menentukan antara pasukan Kerajaan Indra Purba yang dipimpin oleh Meurah Johan dan pasukan Kerajaan Seudu yang dipimpin oleh Laksamana Nian Nio. Ibu kota baru itu kita beri nama Banda Aceh Darussalam.

Kita juga telah sepakat bahwa Meurah Johan ditetapkan menjadi Sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam dengan gelar Sultan Alaidin Johansyah.

Kita berharap pada suatu masa, Kerajaan Samaindra dan Kerajaan Indra Jaya serta Kerajaan Islam Peureulak, Pase, Benua dan Kerajaan Islam Lingga akan bersatu dalam Kerajaan Aceh Darussalam yang besar ini dan akan mengembangkan dakwah Islamiyah ke seluruh Nusantara Indonesia.

Atas nama peserta musyawarah, pada haru Jum’at tarekh 1 Ramadhan 601 H, saya menyatakan berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam dan meresmikan Meurah Johan menjadi Sultan Aceh Darussalam.

Kita berdo’a, semoga Allah SWT melindungi dan memberi petunjuk kepada kita semua. Amiin ya Arhamarrahimiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

PIDATO SAMBUTAN MEURAH JOHAN GELAR ALAIDIN JOHANSYAH :

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji kami persembahkan kepada-Mu ya Allah Raja segala Raja. Engkau beri Kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau sukai dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Segala kebaikan berada dalam tangan-Mu dan Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Kami bersyukur kepada Allah SWT karena dengan iradah-Nya, hari ini kami diresmikan menjadi Khadim dari kerajaan-Nya.

Kami berjanji akan berusaha melaksanakan semua ajarannya dalam segala cabang kehidupan umat.

Sebagai manusia, kami adalah orang yang lemah, hanya Al-Haq Allah SWT adalah kekuatan mutlak. Kejahatan sebesar apapun tidak akan sanggup bertahan dihadapan Al-Haq. Kami adalah tangan Al-Haq yang akan membela rakyat tertindas dan mematahkan leher kezaliman.

Dalam kerajaan Aceh Darussalam, yang menjadi rajanya adalah kebenaran, keadilan, persaudaraan, persamaan, keikhlasan dan cinta kasih. Siapapun tidak boleh memperkosa dasar-dasar ini. Segala unsur bangsa dan segala jenis darah yang berada dalam Kerajaan Aceh Darussalam akan diperlakukan sama, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Tinggi rendah seseorang diukur dengan taqwa. Hanya rakyat yang cerdaslah yang dapat memelihara dan melaksanakan dasar-dasar ini.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan rakyat kami meresmikan Zawiyah Kan’an sebagai pusat pendidikan Islam dan Kerajaan Aceh Darussalam.

Demikianlah sambutan dan harapan kami, semoga Allah SWT memperkenankannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Lampiran :

Skema silsilah Sultan Kerajaan Peureulak, Lingga dan Aceh Darussalam.

ASLI NASKAH PANITIA PEKAN KEBUDAYAAN ACEH KE-IV KABUPATEN ACEH TENGAH (belum di edit maupun direvisi

18/01/2022

𝙎𝙚𝙟𝙖𝙧𝙖𝙝 𝙏E𝙉𝙂𝙆𝙐 𝘼𝘽𝙄 𝙃𝘼𝙉𝘼𝙁𝙄𝘼𝙃 𝙎𝘼𝙈𝘼𝙇𝘼𝙉𝙂𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝘼𝙄𝙍 𝙎𝙐𝙈𝙐𝙍𝙉𝙔𝘼.

TEUNGKU ABI HANAFIAH.
WALIYULLAH YANG SELALU
DI KENANG UMMAT.
------------------
TUNGKU ABI MERUPAKAN :
PINPINAN MUDI MESRA GENERASI KE YANG TIGA.

TUNGKU ABI HANAFIAH BIN ABBAS, Merupakan Salah seorang ulama besar dari Bireuen yang begitu besar jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Atau yang sering Di Laqab TUNGKU ABI.

Beliau merupakan salah seorang pimpinan Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga sebelum kepemimpinan abon Aziz bin Muhammad Shaleh.(menantunya). Namun, banyak diantara masyarakat yang kurang mengenal sosok dan sejarah hidup Teungku Abi, padahal jasa dan pengabdiannya kepada umat sangatlah besar.

TEUNGKU ABBAS, orang tua dari TEUNGKU ABI HANAFIAH menurut satu riwayat merupakan keturunan Arab yang bersambung nasabnya dengan Sayyidina ABU BAKAR SIDDIQ.
Namun karena kondisi masa penjajahan, nasab ini disembunyikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Hal ini menyebabkan bukti yang valid mengenai mata rantai keturunan TEUNGKU ABI tidak dapat ditemukan.
TEUNGKU ABBAS pergi ke Aceh bersama sembilan orang dari Mekkah sehingga mereka diistilahkan dengan kelompok sembilan.
TEUNGKU ABI menuntut ilmu dan belajar agama di IE LEUBUE pada TUNGKU SYIK DI PASI.

Setelah beberapa lama belajar pada Tgk. Chik di Pasi, TGK ABI melanjutkan pendidikannya untuk belajar ke Tanjongan pada :
TGK IDRIS.
Tgk Idris memiliki tiga orang anak yaitu : Tgk Syihabuddin,
Tgk Abdul Hamid dan Juwairiah. Karena tertarik dengan Teungku Abi, maka Tgk. Idris akhirnya menikahkan putri beliau Juwairiah dengan Teuku Abi.

Dari pernikahannya dengan Juawairiah, TEUNGKU ABI memiiki enam orang anak yaitu : TGK AMANUDDIN,
BADRIAH,
TGK MAHYEDDIN,
TGK AYAH (GUREE) JALALUDDIN, (mertua waled Nu)
FATIMAH, dan AISYAH.

TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS merupakan pimpinan dayah MUDI Mesra Samalanga (1927-1935). Abdul Hamid bin Idris adalah orang tua dari Dr. Humam Hamid dan Ahmad Farhan Hamid. Dr. Humam Hamid pernah menjadi calon gubernur Aceh.
Dan Farhan Hamid pernah menjabat sebagai wakil ketua MPR RI. Aisyah merupakan Ibunda TU Bulqaini Tanjongan, Sekjen HUDA sekarang.

TGK ABI BELAJAR KE MEKKAH

Namun di awal-awal pernikahannya, TEUNGKU ABI sempat merasa malu dengan ibu mertuanya Ummi Fatimah karena keliru dalam membaca kitab. Ummi Fatimah menegur Teungku Abi seraya membaca matan bait Alfiyah untuk menunjukkan bahwa bacaan TEUNGKU ABI menyalahi kaidah ilmu Nahwu.

Karena merasa malu dengan keterbatasan ilmunya, akhirnya TEUNGKU ABI pergi ke Mekkah untuk semakin memperdalam ilmu nya. Di Mekkah TUNGKU HANAFIAH sempat menimba ilmu dan mengambil pengijazahan THARIQAT PADA SAYYID ABU BAKAR SYATTA, pengarang kitab I’anatuth Thalibin.

THARIQAT YANG DIPEROLEH DARI SAYYID ABU BAKAR SYATTA inilah yang kemudian diijazahkan kepada :
Abu Usman Ali Kuta Krueng (Abu Kuta). Sedangkan thariqat yang diijazahkan kepada :
ABU SEULIMUM oleh Teungku Abi bersanad kepada mertuanya TEUNGKU IDRIS.

TEUNGKU ABI juga sosok yang menjadi rujukan dalam penetapan hukum. Ketika diadakan acara muzakarah, biasanya TEUNGKU ABI hanya sibuk berzikir.
Saat sudah ada keputusan, peserta muzakarah bermusyawarah dengan TEUNGKU ABI untuk meminta pendapat TEUNGKU ABI.

Terkadang meraka harus kembali membahas sati persoalan hingga empat kali sehingga baru mendapat persetujuan Teungku Abi. TEUNGKU ABI sosok yang paling dihormati di wilayah utara dan timur Aceh sebagaimana dihormatinya Abu Krueng Kale di wilayah barat, Banda Aceh dan sekitarnya.

MEMIMPIN DAYAH MUDI MESRA

Samalanga Berdasarkan beberapa tulisan yang menceritakan sejarah kepemimpinan MUDI Mesra, pada umumnya menyebutkan TEUNGKU ABI memimpin dayah MUDI setelah Tgk Syihabuddin (Abang Ipar nya Teungku Abi) meninggal dunia.

Namun berdasarkan riwayat yang lain dayah ini sebenarnya diserahkan langsung oleh Tgk. Syihabuddin untuk dikelola oleh TEUNGKU HANAFIAH BIN ABBAS dimasa hidupnya TGK SYIHABUDDIN.

Karena dayah MUDI ini merupakan dayah kerajaan yang sudah berdiri sejak masa Sultan Iskandar Muda, ABON CHIK SAMALANGA bertanya kepada Tgk Syihab :
“EK JEUT MAN DAYAH NYOE TA YUE DUEK BAK TEUNGKU ABI..?
”(Apakah bisa Tgk. Abi dijadikan sebagai pimpinan dayah ini ?).

Mendengar pertanyaan ini,
TGK SYIHABUDDIN BERKATA :
“MEUNYE HAN JEUT PANE MUNGKIN LON PEU JEUT KEU PARUI LON”
(Kalau memang tidak bisa bagaimana mungkin beliau menjadi sebagai adik ipar saya). Jawab Tgk syihabuddin.

Akhirnya kepemimpinan MUDI Mesra dipimpin oleh TEUNGKU KASIM. Di masa kepemimpinan TGK ABI, tidak banyak perubahan dari segi pembangunan asrama dari masa sebelumnya.

Hanya saja jumlah pelajar sedikit bertambah yang dulunya 100 orang putra kini menjadi 150 orang, sedangkan jumlah santriwati kurang lebih berjumlah 50 orang, sama seperti masa sebelumnya saat masih dipimpin oleh Tgk Syihabuddin bin Idris.

Meskipun jumlah muridnya tidak terlalu ramai, namun banyak dari murid TEUNGKU ABI menjadi Ulama yang sebagiannya juga memperdalam ilmu di tempat yang lain.
Diantara murid-murid TGK ABI ADALAH Abon Aziz dan juga ayah beliau TGK MUHAMAD SHALEH,
ABU SEULIMUM,
ABON MUHAMMAD AMIN ARBI TANJONGAN,
TGK MUHAMMAD JAMIL dan juga menantunya TGK ABDUL MUTHALLEB (abu di muluem) atau yang biasa dipanggil :
ABU IE LUENG,
ABU KUTA KRUENG dan beberapa nama yang kemudian hari menjadi ulama.

Disamping itu ada juga teungku-teungku yang belajar pada TEUNGKU ABI diwaktu-waktu tertentu.
ABU HAMID ARONGAN misalnya diamanahkan oleh gurunya ABUYA JAILANI (kota fajar) agar selalu mengunjungi TEUNGKU ABI untuk beristifadah (mengambil faidah) pada beliau.

Dan ternyata ABU ARONGAN ketika p**ang dari Kuta Fajar paling tidak dalam sebulan selalu berkunjung dan belajar pada TEUNGKU ABI sesuai wasiat gurunya.

TUNGKU ABI ADALAH, GURU IDOLANYA ABU SEULIMUEM.

ABU WAHAB SEULIMUM adalah murid TGK ABI yang sangat mengidolakan gurunya. Hampir setiap pengajian beliau menyebut nama gurunya Tgk. Abi Hanafiah. Banyak kenang-kenangan yang beliau peroleh pada masa menuntut ilmu di dayah MUDI dan belajar pada TGK ABI

Ketika Abu Wahab Selimum marah, anak-anaknya terkadang mengingatkan Abu, “Abu, Teungku Abi han tom bungeh-bungeh”
(Abu, Teungku Abi tidak pernah marah).

Dengan seketika Abu Wahab terhentak saat mendengar disebut nama gurunya Teungku Abi. Begitulah kecintaan abu Wahab yang begitu mendalam kepada sosok gurunya TGK ABI. Salah satu wasiat Teungku Abi kepada Abu Seulimum,
“GATA TA WOE U GAMPONG SEUMEUBEUT MANTONG, BEK JAK MITA KAYA” (Kamu ketika p**ang kampung fokuskan diri untuk mengajar, jangan sibuk mencari kekayaan).

AL KISAH
Ini Kisahnya Pada suatu ketika saat Abu Wahab sudah memiliki dua orang anak, beliau pergi membersihkan kebun, tiba-tiba tangan nya terkena parang (golok). Saat itu beliau langsung terbayang wajah Teungku Abi dan nasehat beliau agar jangan mencari kaya.

Maka mulai saat itu, Abu Wahab sama sekali tidak lagi berfikir soal mencari rezeki, beliau fokus untuk seumeubeueet (mengajar) seperti diwasiatkan oleh Teungku Abi. Disamping belajar ilmu agama, abu Seulimum juga sempat belajar ilmu bela diri pada TEUNGKU ABI.
TEUNGKU ABI dikenal jago bela diri dan beliau memiliki thariqat yang diambil dari gurunya dari desa Meuko, Ulee Gle. Selain kepada Abu Wahab Seulimum, ilmu bela diri ini juga diajarkan kepada Tgk. Muhammad Jamil.

TIDAK SETUJU DENGAN PEMBERONTAKAN

Salah satu sikap politis yang ditunjukkan oleh TGK ABI adalah beliau tidak setuju dengan pemberontakan DI/TII, karna menurut beliau tidak boleh hukumnya memberontak kepada pemerintah yang sah. Ketika Indonesia baru merdeka, ABU KRUENG KALEE PERNAH BERKUNJUNG KE MESJID RAYA SAMALANGA dalam rangka mengadakan rapat bersama para Ulama guna mengambil sikap tentang penentuan nasib Aceh.

ABU KRUENG KALEE, Tgk ABI dan beberapa ulama lainnya sepakat agar Aceh mendirikan negara nya sendiri. Namun hal itu tidak disetujui oleh Abu Daud Beureueh. Pada saat itu Abu Krueng Kale dan ulama lainnya menawarkan solusi lain kalau Aceh dijadikan Negara Bagian dengan membayar pajak kepada pemerintah Indonesia, namun lagi-lagi Abu Daud Bereueh tidak setuju.

Perbedaan sikap politik ini membuat suasana tegang antara pihak Abu Krueng Kale, TGK ABI dengan Abu Daud Beureueh. Namun akhirnya Aceh bergabung dengan Indonesia karena Abu Daud Beureueh tetap ngotot dengan keputusannya.

Ketika Abu Daud Beureueh menggerakkan pemberontakan DI/TII, Teuku Abi menolak untuk ikut terlibat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Abu Krueng Kale. Dalam hal ini, Teungku Abi menilai pemberontakan kepada pemerintah yang sah tidak dibolehkan dalam agama.

Mereka sebenarnya telah lebih dahulu mengusulkan agar Aceh berdiri sendiri, namun ketika keputusan yang diambil adalah bergabung dengan Indonesia, maka taat kepada Pemerintah sudah menjadi bagian dari kewajiaban.

TUNGKU ABI ADALAH ULAMA
YANG ZUHUD DAN SEDERHANA.

TEUNGKU ABI dikenal sebagai sosok yang zuhud dan hidupnya sederhana. Beliau sering berkhulwah (mengasingkan diri) memfokuskan diri dalam beribadah kepada Allah Swt.
TGK ABI juga sering berpuasa.

Salah satu kebiasaan TEUNGKU ABI, beliau selalu berbuka puasa di dayah dan mengajak santri menemaninya setelah Ummi Juwairiyah menyiapkan makanan buka puasa kepada TEUNGKU ABI, makanan itu selalu dibawanya ke dayah agar suasana keakraban dengan santri lebih terasa. Bila ada orang yang menyumbangkan kain sarung kepada TEUNGKU ABI, beliau akan memakainya walau hanya satu kali.

Setelah itu sarung-sarun itu dihadiahkan kepada orang lain. TEUNGKU ABI juga memiliki gaji karena menjabat jabatan Qadhi. Jabatan qadhi ini wilayahnya sedikit lebih besar dari KUA karena mencakup wilayah Samalanga, Ulim dan Peudada.

Setiap tanggal 5 awal bulan yang biasanya TGK ABI gajian, banyak masyarakat yang datang ke rumah TGK ABI karena mereka sudah tau Tgk Abi akan membagi-bagikan gajinya kepada masyarakat.

Hingga Dewasa TEUNGKU ABI terkadang juga enggan menerima harta waqaf. Bagi TEUNGKU ABI menerima harta waqaf adalah amanah yang tanggung jawab nya sangat besar.

TEUNGKU ABI khawatir kalau anak cucunya tidak dapat mengelola tanah WAQAF ini dengan baik seperti yang diinginkan oleh pihak pewaqaf. Karena itu, Teungku Abi lebih memilih sikap hati-hati (ihtiyath) degan tidak sembarang menerima harta waqaf.

TAWADHU’ DAN RENDAH DIRI

TEUNGKU ABI tidak terlalu berharap kemuliaan di sisi manusia. TGK ABI tidak ingin orang-orang menjadi repot karena harus memuliakan beliau. Bila orang-orang tau TEUNGKU ABI ingin pergi ke pasar Samalanga,
di desa Kandang orang-orang sudah menghentikan sepedanya untuk menunggu lewatnya TEUNGKU ABI.

Hal ini menunjukkan besarnya penghormatan masyarakat kepada ulama pada masa itu. Oleh karena itu, Teungku Abi sengaja mencari jalan-jalan tikus melalui lorong-lorong rumah agar orang-orang tidak menjadi terganggu dan sibuk menunggu kedatangannya.

TEUNGKU ABI juga tidak merasa malu untuk bertanya kepada murid-muridnya. biasanya ketika ada persoalan tertentu yang tidak bisa dijawab, TGK ABI ikut mengajak murid-muridnya pergi bersama-sama untuk bertanya kepada ABU DI ULEE CE'UE yang yang akrab disapa :
TEUNGKU ‘ARABI.

Hal ini menunjukkan betapa tawadhu’nya Teungku Abi yang tidak merasa malu untuk belajar bersama-sama muridnya. Sikap tawadhu’ ini banyak juga ditunjukkan dalam hal-hal lainnya.

SUMUR TEUNGKU ABI

Salah satu hal yang membuat nama TEUNGKU ABI selalu terdengar hingga sekarang adalah sumur yang dido’akan oleh TEUNGKU ABI hingga sekarang menjadi sumber air minum bagi santri-santri yang belajar di dayah MUDI MESRA.sekarang terletak di dalam mesjid.

Sumur ini dido’akan oleh TEUNGKU ABI agar layak diminum oleh santri dan menyehatkan.
ALHAMDULILLAH, Santri dayah MUDI tidak perlu memasak air atau membeli air minum isi ulang karena air sumur yang dido’akan oleh TEUNGKU ABI cukup untuk seluruh santri MUDI yang kini mencapai 7000 orang.

Dulunya sumur ini dapat dilihat dengan jelas, namun setelah perluasan Mesjid Raya Samalanga pada awal 2010, sumur ini sedikit tertutup karena sudah masuk dalam bagian mesjid. Walau demikian, sumur ini tidak diganggu dan masih difungsikan hingga sekarang.

MENINGGAL DUNIA TEUNGKU HANAFIAH BIN ABBAS PADA TAHUN 1958.
Jasad beliau dikebumikan dibelakang Mesjid Raya Samalanga. Setelah TEUNGKU ABI MENINGGAL, dayah ini sempat ditawarkan untuk dipimpin oleh anaknya TEUNGKU AMANUDDIN, namun beliau menolaknya.

Akhirnya jabatan pimpinan dayah ini diserahkan kepada :
ABON ABDUL AZIZ BIN MUHAMMAD SHALEH, yang merupakan menantu beliau.
Abon Abdul Aziz bin Muhammad Shaleh menikah dengan Fatimah binti Hanafiah, anak ke-5 dari Tgk. Hanafiah bin Abbas.

DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA.

Dayah MUDI Mesjid Raya ini telah didirikan seiring dengan pembangunan Mesjid Raya yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).
Pimpinan dayah ini yang pertama dikenal dengan nama :
TUNGKU FAQEH ABDUL GHANI. Namun sayang khazanah ini tidak tercatat, berapa lama beliau memimpin lembaga ini, dan siapa penggantinya kemudian.

Barulah pada tahun 1927, dijumpai secara jelas catatan tentang kepemimpinan Dayah ini. Dari tahun ini Dayah dipimpin oleh al-Mukarram TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS dengan para santri masa itu berjumlah 100 orang putra dan 50 orang putri.

Mareka diasuh oleh lima orang tenaga pengajar lelaki dan dua orang guru putri. Sesuai dengan kondisi zaman pada masa itu, bangunan asrama hunian para santri merupakan barak-barak darurat yang dibangun dari bambu dan rumbia.

SETELAH TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS wafat pada tahun 1935 Dayah dipimpin oleh adik ipar beliau al-Mukarram :
TGK HANAFIAH BIN ABBAS atau lebih dikenal dangan Laqab : TUNGKU ABI.

Jumlah pelajar pada masa kepemimpinan beliau sedikit meningkat menjadi 150 orang putra dan 50 orang putri. Kondisi fisik bangunan asrama dan balai pengajian tidak berbeda dengan yang ada pada masa kepemimpin TGK H. SYIHABUDDIN BIN IDRIS, masih berbentuk barak-barak darurat.

Dalam masa kepemimpinan beliau, tugas memimpin dayah sempat diperbantukan kepada TGK M SHALEH selama dua tahun, yaitu ketika beliau berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji dan menimba ilmu pengetahuan.

Setelah TGK H. HANAFIAH WAFAT (1964 M) pesantren tersebut dipimpin oleh salah seorang menantu beliau, yaitu : TGK ABDUL AZIZ BIN M. SHALEH.

Almukarram yang kerap disapa dengan panggilan ABON ini digelar “AL-MANTIQI” karena spesialisasi beliau dalam bidan logika. Beliau adalah murid dari ABUYA MUDA WALI pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqin DARUSSALAM LABUHAN HAJI ACEH SELATAN.

Semenjak kepemimpinan beliau, pesantren tersebut terus bertambah muridnya terutama dari Aceh dan Sumatera. Dari segi sarana dan prasarana pun sudah mengalami perkembangan. Pembangunan tempat penginapan mulai diadakan perubahan dari barak-barak darurat kepada asrama semi permanen berlantai dua dan asrama permanen berlantai tiga.

Untuk pelajar putri dibangun asrama berlantai dua yang dapat menampung 150 orang sandri di lantai dua, sedangkan lantai dasar digunakan untuk mushalla.

Setelah TGK ABDUL ’AZIZ BIN M. SHALEH wafat pada tahun 1989, pergantian kepemimpinan dayah ini ditetapkan melalui kesepakatan para alumni dan masyarakat.

Setelah melalui permusyawaratan, para alumni mempercayakan kepemimpinan dayah kepada salah seorang menantu Abon, yaitu :
TGK H. HASANOEL BASHRY BIN H. GADENG. (ABU MUDI).

Beliau adalah murid senior lulusan dayah itu sendiri yang sudah berpengalaman mengelola kepemimpinan dayah semenjak ABON mulai sakit-sakitan.

Di masa kepemimpinan ABU MUDI, dayah tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Jumlah pelajar yang menuntut ilmu pada dayah tesebut semakin bertambah. Para pelajar ini datang dari berbagai daerah baik dari dalam maupun dari luar Provinsi Aceh.

PIMPINAN DAYAH MUDI MESJID RAYA DARI MASA KE MASA :
1. TGK FAAEH ABDUL GHANI.
(tidak ada data, tahun berapa).
2. TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS (1927-1935)
3. TGK HANAFIAH BIN ABBAS (1935-1964)
4. TGK ABDUL `AZIZ BIN M. SHALEH (1964-1989)
5. TGK HASANOEL BASHRI BIN H. GADENG (1989-sekarang).

sumber Mudi mesra.

Address

Meureudu
23451

Telephone

+6285270411212

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Berita Dunia Aceh posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Berita Dunia Aceh:

Share


Other Meureudu media companies

Show All

You may also like