08/07/2022
Pariwisata Sebagai "Prime Mover" Pembangunan Ekonomi Daerah.
lpplrkmt - Borong, Paroki ST. Hubertus Sok, Keuskupan Ruteng menggelar festival budaya dan pameran ekonomi kreatif yang dipadukan dengan prosesi Arca Bunda Maria, bertempat di Pantai Ligota (05-06) Juli 2022.
Pelaksanaan festival menampilkan atraksi khas adat Manggarai seperti Sanda, Mbata, Main Mangka, musik tradisional seperti Tinding, Gambus, juga beberapa tarian kreasi dari umat setempat.
Pelaksanaan festival budaya ini merupakan implementasi dari ditetapkannya tahun 2022 sebagai Pastoral Pariwisata Holistik oleh Keuskupan Ruteng, dengan mengusung tema Berpartisipasi, Berbudaya, Berkelanjutan.
Agustinus Harum, Panitia festival dalam laporannya mengatakan secara holistis mencakupi berbagai aspek kesejahteraan masyarakat dan terintegrasi dengan kebutuhan ciptaan Tuhan. Konsep ini kemudian oleh Paroki Sok diwujudkan dalam sebuah aksi nyata dengan melibatkan partisipasi umat atau warga berkolaborasi dengan aksi dengan pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dengan mengedepankan pariwisata budaya dan religi "bangun pariwisata tidak cukup hanya destinasinya saja tepat juga manusi serta budayanya" kata Agus.
Festival Budaya dan Pameran Ekraf dibuka oleh Sekda Manggarai Timur, Bony Hasudungan. "tempat ini kedepannya akan menjadi lokasi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Maka dari itu peluang ini mesti ditangkap oleh warga dengan memaksimalkan potensi yang ada, sehingga memberikan dampak bagi peningkatan ekonominya" Demikian Sekda Bony Hasudungan dalam sambutannya mewakili Pemda Manggarai Timur.
Festival Budaya diawali dengan perayaan ekaristi kudus berupa misa Inkulturasi dalam bahasa Manggarai. Misa dipimpin Pater Agustinus Syukur CMF dari kongregasi Claretian. Konselebran lainnya yang hadir yakni Pastor paroki Sok Pater Gabriel, CMF, Pater Vester CMF, Pater Nikko CMF perwakilan Dewan Kongregasi Claretian wilayah Indonesia Timor Leste, Romo Festo Pr, Pastor Paroki Nanga Lanang.
Pater Gusti CMF pada Homilinya menekankan pada aspek Kebahagiaan yang hakiki seseorang. Hak ini hanya dapat diperoleh jika manusia mampu menjaga keseimbangan hidupnya dengan menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, alam dan Tuhan sang pencipta, terutama terhadap nilai-nilai budaya yang telah diwariskan leluhur.
Selain atraksi budaya yang ditampilkan selama festival berlangsung, disisi panggung juga terdapat stand pameran ekonomi kreatif. Para penjual berasal dari warga setempat dengan menu pangan lokal yaitu pisang, shorgum, jagung, umbi-umbian, jantung pisang yang dikelola menjadi kerupuk dan makanan ringan.
Festival Budaya dan Pameran Ekraf ditutup dengan Misa Inkulturasi yang dipimpin oleh Vikaris Keuskupan Borong, Romo Simon Nama Pr.
Peliput: Hendrik G. Fandi