Sang Juara

Sang Juara Berbagi video yang berbau traveling, wisata, matematika, komedi dan banyak lainnya Welcome

06/02/2024

Setuju tidak dengan kalimat:

" Hidup tanpa ada masalah, tidak menyenangkan?? "

Let's ceritakan pengalamanmu yang membuatmu semakin dewasa😅

06/02/2024

1+1=2???
Secara Mathmetic is correct answer. But, how dengan percintaan yang menyatakan, "Satu hati ditambah satu hati hasilnya satu cinta" Atau jika ditulis secara matematis menjadi 1+1=1😂
Tolong jelaskan ini para suhu yang mendahului kami hadir di planet ini😂

10/01/2024

Jangan lupa folow

10/01/2024

Janji manismu menghanyutkan hidupku...
Masa mudamu hilang olehmu
Hari-hariku habis karena menantikan janjimu...
Aku sadar bahwa janjimu hanyalah janji yang tidak akan pernah terwujud.
Tapi, tahukah kamu bahwa begitu banyak yang pengen sekali bertemu denganmu walau mereka mengorbankan segalanya??
Kadang sempatku berpikir, sihir apa yang kaamu gunakan??!
Walau aku tahu buruknya dirimu, tapi selallu saja kangen denganmu...
Aku berharap tak bertemu dengan dirimu lagi...

Sadarlah wahai diriku yang selalu terobsesi dengan janji manismu...

10/01/2024

Sendumu kadang membuat orang merasa terganggu, dan mereka kadang menghinamu...
Namun bagiku kamulah pahlawan tanda jasa...
Banyak orang mengatakan bahwa kamu melakukannya karena ingin pamer suara😂
Atau maybe karena itu memang tugasmu...
Tapi, siapakah yang memberikan tugas sedemikian?
Terdiam aku menyimpan begitu banyak tentang dirimu🙄
Tapi tahukah kamu, banyakk orang yang menantikan senduanmu itu?
Kadang senduanmu yang menurut sebagian orang mengganggu tetapi bagi orang tertentu sangat dinanntikan???
Teruslah bersendu walau tak seorangpun mempedulikanmu 😁

Adakah yang menyukai minum kopi dingin??? Jika ya berarti kita sama. Bagiku, minum kopi pas dingin rasanya kek sampai ke...
08/01/2024

Adakah yang menyukai minum kopi dingin???
Jika ya berarti kita sama.
Bagiku, minum kopi pas dingin rasanya kek sampai keubun2😂😂
Selamat pagi, jangan lupa seruputi kopi pagimu sebelum beraktivitas🤩

Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral di dalam kehidupan manusia. Sebelum memutuskan untuk menikah, ada banyak pert...
08/01/2024

Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral di dalam kehidupan manusia. Sebelum memutuskan untuk menikah, ada banyak pertimbangan yang perlu dipikirkan oleh para pasangan. mulai dari dampak yang akan mereka alami kedepannya mau situasi sosial mereka. Di zaman modern sekarang ini, tidak sedikit yang memutuskan untuk menikah di usia yang terbilang masih cukup muda.

Berbicara mengenai Pernikahan merupakan hal yang didambakan sebagian sejoli yang memadu kasih dan ingin menghabiskan masa hidupnya secara bersama-sama. Banyak orang pandangan masyrakat sosial kita yang mengatakan kalau menikah di usia yang tergolong masih muda itu merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebahagian di hari tua nanti. Sebab, masa muda merupakan masa di mana segela semangat untuk melukan usaha sangat tinggi.

Hal ini pun dialami oleh Remon dan Veny yang memutuskan untuk menikah di usianya yang masih muda. Remon merupakan seorang remaja yang berusia 18 tahun tetapi memiliki tingkat kedewasaan layaknya pria berumur 30 tahunan. Ia merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Dari ketujuh saudaranya itu mereka ada empat orang laki-laki, dan tiga orang anak perempuan. Kedua orang tua mereka selalu membekali mereka dengan ijazah SMA saja, sebab tanggungan dari keluarga itu sangat besar. Mereka selalu diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk memanfaatkan masa mudanya dengan melakukan aktivitas yang sangat berguna serta tidak boleh menyia-nyiakan waktu mudanya itu hanya dengan melakukan hal-hal yang dapat menghambat sekolahnya. Remon yang sudah dibekali dengan didikan yang layaknya orang dewasa pun tidak heran kalau ia terlihat sangat berkomitmen dalam mengambil keputusan terkait kehidupannya di masa mendatang. Kedua orang tuanya selalu mendukung apa pun yang menjadi keputusannya.

Namun lain halnya dengan Veny. Ia merupakan seorang remaja yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya. Hal ini bermula saat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, sehingga membuat psikisnya pun semakin kacau belau. Semenjak kejadian itu, kehidupannya sangat berubah, dari yang dulunya anak yang sangat lugu dan penurut, kini berubah menjadi seorang remaja yang memiliki pergaulan yang sangat bebas. Setiap malam, ia sering mendatangi sebuah bar untuk melampiaskan semua kekesalan yang ada dalam dirinya akibat memikirkan keputusan yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan sangat sering mengonsumsi minuman beralkohol dan ia kini menjadi pecandu minum-minuman keras. Hak asuh Veny sepenuhnya di berikan kepada sang ayah, sebab ia telah menang dalam perkara hak asuh Veny. Kendatipun demikian, Veny tetap memutuskan untuk tidak mengikuti salah satu dari kedua orang tuanya sebab keduanya telah memutuskan untuk menikah dengan orang yang menurut mereka sangat cocok.

Sang ayah tetap memperhatikan sang anak walaupun secara diam-diam, sebab ia menyadari kalau putri semata wayangnya itu tidak akan menerima keputusan yang telah mereka ambil. Namun, hati Veny yang diselimuti rasa benci pun melarikan diri dari rumah dan memutuskan untuk tinggal di kontrakannya. Sanga ayah yang menyadari kalau keputusan yang ia buat itu membuat hati yang putrinya menderita, terpaksa membiarkannya pergi untuk sementara waktu. Tetapi ia selalu mengawasi kontrakan Veny setiap hari, sebab dia masih merupakan ayah dari Veny.

Awal kisahnya sebagai berikut:

Pembacaan hasil Ujian Nasional tak lama lagi akan dibacakan oleh seorang guru yang menjadi panitia dalam acara kelulusan siswa siswi SMA yang dihadiri oleh semua orang tua murid. Para siswa siswa pun semakin deg degan dengan pencapaian yang mereka alami selama tiga tahun itu. Semua anak murid itu berkumpul dengan temannya selama sekolah setelah libur selama beberapa minggu setelah melaksanakan Ujian Nasional (UN). Remon dan kawan-kawannya selama sekolah pun duduk di tempat yang sama untuk mendengar Laporan hasil ujian tersebut. Mereka berusaha menenang satu sama lain agar tetap kuat menerima kenyataan apa pun hasil akan mereka terima nantinya. Ekspresi wajah dari semua siswa siswi yang ada di sana semakin panik di kala seorang guru berkata kalau pecapaian hasil belajar dari semua siswa siswi pada angkatan mereka mengalami penurunan di bandingkan dengan angkatan sebelumnya.

Saat kabar lulus SMA sudah disampaikan oleh sekolah Remon dan kawan-kawannya sangat bahagia sebab mereka dinyatakan lulus dengan pencapaian yang agak memuaskan. Ekspresi wajah dari semua peserta didik yang awalnya sangat tegang, kini berubah menjadi cerita setelah mengetahui kalau mereka dinyatakan lulus 100%, walau pun peringkat sekolah mereka mengalami penurunan tetapi nilai yang diproleh peserta didik cukup memuaskan.

“ guys pokoknya malam ini kita harus merayakan keberhasilan ini… apalagi sebentar lagi kita tidak akan bersama lagi, sebab kita memiliki rencana masing-masing. Untuk itu malam ini kita harus berkumpul dan minum-minum…” ujar salah satu kawannya Remon yang terlihat sangat bersemangat,

“ setuju!!!” ujar yang lainnya dengan penuh bersemangat.

Mereka kemudian mendatangi sebuah kafe untuk merayakan hari yang sangat bahagia itu. Namun karena kafe itu tutupnya jam 10.00 malam, mereka terpaksa harus meninggalkan tempat itu.

“ guys, bagaimana kalau kita join bersama Veny dan kawan-kawannya? Soalnya tadi dia mengajakku untuk ke kontrakannya, dia akan mengadakan pesta besar-besaran dengan temannya.. sekalian cuci mata coy..” sambil berpelukan satu sama lain mereka pun segera mendatangi kontrakan Veny yang terlihat sangat ramai.

“ guys, gua nggak bohong kan? Lihat di sana udah banyak anak-anak yang tengah party…” ujar salah satu temannya Remon yang membuat mereka semakin bersemangat untuk bergabung.

Suasana kontrakan Veny pun semakin ramai sebab mereka kedatangan teman-teman pria dari sekolah mereka. Veny yang sudah terbiasa dengan kehidupannya yakni mengonsumsi minuman keras pun langsung memberikan kepada tamu-tamunya itu.

“ hai, selamat datang… “ ujar Veny menyapa Remon yang dan kawan-kawannya yang baru saja tiba di kontrakannya.

“ iya, makasih yah… ohh yah kamu Veny, kan?” ujar Remon yang agak gerogi saat berpapasan dengan Veny yang terlihat sangat cantik nan sexy.

“ehem… ehmm”

teman-temannya pun menarik tangan Remon yang terus saja menatap Veny tanpa henti.

“sudah, sudah… mari duduk dulu.. kalian tunggu dulu di sini yah biar saya ambilkan barang enak untuk kalian…” ujar Veny sembari berjalan ke kamarnya.

Veny kemudian memanggil beberapa temannya untuk menemaninya ke kamar. Sementara, Remon dan kawan-kawannya yang lain terus saja mengejek satu sama lain terkait masa lalunya waktu awal masuk SMA dulu. Beberapa saat kemudian datang Veny dan teman-temannya membawa 3 karton bir dari dalam kamar untuk disuguhkan.

“guys, pokoknya malam ini kita minum sampai mabuk, oke? Karena malam ini merupakan malam perayaan kelulusan kita sebab kita tidak akan bertemu seperti jaman sekolah lagi, bagaimana?” ujar Veny sembaru membuka karton bir itu.

“ Ven, tolong buatin aku susu saja yah… soalnya aku kagak minum minuman yang seperti ini…” ujar Remon dengan ekspresi wajah agak gugup saat berpapasan dengan Veny.

Veny yang mulai s**a dengannya, pun menyetujui usulan tersebut. Namun, teman-teman Remon pun datang menghampirinya.

“ apa?! Minum susu? Bro, loh yang benar saja… masa udah gede seperti ini masih aja minum susu. Come on bro, jangan buat tongkrongan kita malam ini layaknya tongkrongan balita yang masih aja nyusu..” ujar salah satu teman Remon berusaha mempengaruhinya.

“ betul itu kak, masa kakak kalah sama kami yang anak cewek… pokoknya malam ini harus kita pesta bir,oke?” Ujar salah satu anak cewek yang merupakan sahabatnya Veny.

“ tau loh bro… kan Cuma malam ini aja bro. lagian kita minum Cuma beberapa saja, oke? Kalau kamu mabuk nantinya, kamu nginap aja di rumah kami..” ujar yang lainnya sambil memberikan sebotol bir itu kepada Remon.

“ okelah, ayo cheers..!” ujar Remon yang terlihat terpengaruh oleh bujuk teman-temannya.

“cheers” teriak semua orang sembari mengangkat botol birnya masing-masing.

Veny kemudian berdiri mematikan lampu utama, lalu ia menyalakan lampu ala-ala dikotik dan musik pun di hidupkan. Mereka terlihat sudah mulai mabok, sebab mereka mulai tak terkontrolkan ada yang goyang di depan rumah dan ada p**a yang bergoyang di atas meja. Teman-teman Remon yang lainnya mulai melepaskan bajunya sambil bergoyang dengan baju di hempaskan di atas kepalanya. Semua anak-anak di sana pun mulai mengekspresikan kebahagiannya masing-masing. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang tidak mabuk. Remon yang pertama kalinya mengonsumsi minuman beralkohol itu pun mulai tak terkontrolkan lagi. Jalannya sempoyongan dan ia bersandar di sudut ruangan tersebut. Namun, temannya hanya mengejeknya dengan sebutan anak mami. Hal ini tidak direspon sama sekali olehnya sebab ia nampak tidak kuat lagi untuk berjalan. Veny yang melihat hal itu langsung menghampirinya, sementara temannya yang lain sibuk mengekspresikan kebahagiannya masing-masing.

“ kak, ayo ikut saya… “ ujar Veny sambil menarik tangan Remon yang terlihat tak berdaya itu.

“ mau kemana?” sambil menarik tangannya sebab kepalanya terasa pusing saat berjalan.

“ udah, ikuti saja jangan banyak tanya..” sembari menarik tangan Remon dengan erat.

Remon pun dengan terpaksa mengikutinya, Veny membawanya ke arah belakang. Remon pun semakin bingung dengan apa yuang akan di lakukan oleh Veny sehingga membawanya ke arah belakang.

“ Ven, ngapain kita kemari?” sembari menatap sekelilingnya dengan penuh kebingungan,

“ kamu baru pertama kali minum, yah?” ujar Veny sembari mendorong tubuhnya hingga tersandar di tembok.

Detak jantungnya pun semakin tak karuan, saat wajahnya Veny mendekati wajahnya. Ia tak kuasa menahan gejolakdalam dalam dadanya, sehingga membuat ia tak kuasa berkata sepatah kata pun. Matanya fokus pada bibir Veny yang sangat dekat dengannya. Keduanya nampak canggung untuk memulai aksi pelumatan bibir. Tiba-tiba…

“ ehemm… ets sorry yah aku tidak bermaksud mengganggu kalian, saya hanya ingin melihat makanan soalnya saya sangat lapar…” ujar salah satu teman Veny yang membuat keduanya langsung menjaga jarak di antara keduanya.

“ ohh yah, kamu bilang apa tadi?” ujar Remon berusaha mengalihkan pusat perhatian diantara mereka.

“ aku tadi Cuma mau bilang, seandainya kamu baru pertama kali minum, nggak usah banyak-banyak… dan kalau kepalamu terasa pusing, segera basuh muka biar tidak muntah…” ujar Veny yang merasa kawatir dengannya.

“ ohhh yah, kamar mandimu di mana?” sambil bolak balik kesana kemari .

“ itu kak.. kalau sudah merasa enakan tunggu akau di dalam yah… saya mau carikan makanan untuk dia dulu..” ujar Veny sambil mengarahkan jalan kepada temannya yang minta makan dari tadi.

Keduanya saling tatap menatap dengan tatapan yang penuh arti.

Di dalam kamr mandi, Remon terus saja tersenyum sendiri membayangkan kejadian berpapasan dengan Veny.

“ oh my god, inikah yang di namakan cinta? Kok dari tadi jantungku sangat deg degan?sadar, sadar… “ ujarnya sembari menepuk pipihnya dan tersenyum menatap ewajahnya di cermin. Ia dengan percaya diri keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menemui Veny yang tengah berdiri sandar di tembok menonto teman-temannya yang tengah berjoget.

“ hei, kenapa memilih menjadi penonton?” ujar Remon yang sudah mulai percaya diri mendekati Veny.

“ hey.. bagaimana sekarang, udah enakan?” ujarnya sembari tersenyum menetap Remon yang terlihat sangat rapi. Rambutnya terlihat sudah tertata dengar rapi.

“ yuk, cari udara segar di luar, yuk?” ujar Remon sembari menarik tangan Veny dan mengembailkan sebotol bir itu. Veny pun tersenyum, dan membelalakkan matanya melihat tingkah Remon yang sudah sangat berani meminum bir. Keduanya tersenyum satu sama lain dan langsung duduk di depan kontrakannya Veny.

“ ohh yah Ven, bagaimana rencanamu setelah mengambil ijazah nantinya?” sambil meminum kan bir kedalam mulutnya.

“ aku?, aku juga masih bingung, kak. Soalnya aku lagi lari dari rumah, bahkan saat pembacaan kelulusan di sekolah tadi orang tuaku tidak datang.” Ujar Veny dengan wajah agak kaku sembari meminumkan kembali birnya.

“ maaf yah kalau pertanyaanku membuat merasa terluka… ohh yah kalau kamu mau membagi kisahmu jangan sungkan-sungkan memberitahuku…” ujar Remon yang tidak tega melihat kesedihan yang ada di wajah dari wanita yang ia kagumi itu.

“ Kak, bisa kan kalau kita bertemu lagi habis ini? Soalnya aku agak merasa nyaman saat bersama denganmu…” menatap wajah Remon dengan tatapan yang begitu mendalam.

Remon hanya menganggukan kepalanya, pertanda ia akan bertemu dengannya setelah acara malam ini selesai.

“ Ven, kami p**ang dulu yah… terima kasih dengan traktiranmu tadi,” ujar kawan-kawannya Remon dengan langkah kaki sempoyangan.

Tak lama kemudian, datang juga teman-teman Veny yang meminta diri untuk p**ang. Di sana tersisa Remon dan Veny saja. Mereka kemudian saling membagi cerita terkait dengan kehidupan masing-masing. Karena waktu sudah semakin larut, keduanya memutuskan untuk masuk.

Remon pun mulai memperhatikan Veny yang sangat cantik nan seksi itu. Jantungnya berdebar-debar tak karuan dan pada akhirnya ia memutuskan untuk mendekatinya. Kedua sejoli itu terlihat saling menyukai sehingga komunikasi antara keduanya terlihat sangat akrab. karean dipengaruhi oleh minuman beralkohol itu pun membuat mereka pun berbuat sesuatu yang tak sewajarnya dilakuakan oleh orang yang belum menikah.

Setelah keduanya melakukan hal itu terlihat Remon yang tengah duduk di pojok merasa menyesal atas apa yang telah mereka lakukan. Namun, penyesalan selalu datang diakhir sehingga ia pun terpaksa harus bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan.

“ kak, kamu kenapa berdiri di sana? Apakah kamu merasa menyesal telah melakukan ini denganku?” ujar Veni sambil menutupi tubuhnya dengan selimut menghampiri Remon yang terlihat penuh penyesalan.

“ tidak kok… pokoknya, kamu nggak usah kawatir.. saya berjanji akan bertanggung jawab atas apa yang telah saya perbuat. Kamu mau kan hidup bersama denganku?” ujar Remon yang membuat Veny pun langsung terdiam.

Veny pun hanya menganggukan kepala pertanda kalau ia pun menyetujui hidup bersama dengan Remon. Keesokan harinya Remon bersama Veny menemui kedua orang tuanya untuk membahas masalah pernikahan mereka. Awalnya kedua belah pihak keluarga itu tidak menyetujui usulan mereka sebab mereka masih tergolong sangat muda untuk menempuh hidup berumah tangga. Namun setelah Remon menceritakan semua kejadian yang mereka alami, kedua keluarganya terpaksa menyetujui pernikahan mereka.

Keduanya terlihat sangat bahagia setelah keluarga dari kedua belah pihak merestui hubungan diantara mereka. Sebagai pasangan yang menikah muda tentunya begitu banyak kritikan dan ejekan dari pihak luar terkait pernikahan mereka. Kendatipun demikian mereka terlihat tidak merespon apa pun pandangan dari orang lain, sebab dalam pandangan mereka hidup akan semakin menderita bila mereka selalu terpengaruh oleh kata-kata orang lain.

Remon dan Veny kemudian memutuskan untuk tinggal di kontrakan yang terletak dekat dengan pasar. Sebab dalam pemikirannya, kehidupan di pasar sangat banyak peluang untuk membuka bisnis. Sebagai seorang isteri, Veny selalu mendukung apa pun yang menjadi keputusan sang suami.

“ ayah, ibu, Remon sangat berbahagia sebab ayah dan ibu telah merestui kami untuk menikah dan membangun keluarga sendiri. Saya menyadari kalau keputusanku ini merupakan hal yang tidak pernah di bayangkan olehmu sebab kakak-kakakku tidak pernah memilih untuk menikah muda. Tetapi saya sangat yakin dengan keputusanku ini. Maksud saya sekarang adalah saya ingin minta doa restu darimu, sebab esok kami akan ke kota tinggal di sana dan membuka usaha di sana..” ujar Remon sembari tersungkur di kaki kedua orang tuanya.

“ nak, apakah ini tidak terlalu cepat? Ibu hanya ingin untuk sementara waktu kalian tinggal bersama kami dulu, nanti baru pindah ke kota kalau sudah ada momongan, iya kan pah?” ujar sang ibu yang tanpa sadar menjatuhkan air matanya.

“ emang kamu sudah siap untuk melakukan apa di kota nanti, nak?” ujar sang ayah sembari membaca koran dengan di temani kopi hitam di mejanya itu.

“ ayah, ibu, Remon sudah memikirkan apa yang akan aku lakukan di kota nanti..” ujarnya meyakinkan kedua orang tuanya.

“ yah sudah kalau itu memang jalan yang terbaik menurutmu, ayah dan ibu hanya bisa mendukungmu saja nak…” ujar sang ayah yang sangat bangga melihat komitmen yang sangat kuat dari anaknya.

“ nak, ini ibu hanya punya modal untukmu.. jaga diri dan isterimu baik-baik, yah?” ujar sang ibu sambil meneteskan air matanya mengiringi kepergian sang anak.

Setibanya di kota, Remon bersama sang isteri pun langsung mencari kontrakan yang berada dekat dengan pasar. Hal ini ia lakukan agar ia bisa membangun bisnisnya di pasar nanti. Remon yang menyadari kalau memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya itu pun memberanikan diri untuk mendirikan usaha jualan ikan. Walaupun ia orang yang baru di sana, dengan berbekal ijazah SMAnya dan bermodalkan komunikasi yang baik kepada sesama, hanya dalam waktu beberapa hari saja, ia memilikibanyak kenalan di sana. Jiwa mudanya nampak jelas dengan semangat yang dialami menjalankan bisnis barunya itu. Bahkan matahari belum terbit, ia sudah berada di tempat usahanya untuk mengambil stok ikan.

" Wah.... udah dari tadi, Dek?" ujar seorang nelayan menyapanya sembari merapikan sarung di bahunya.

" hehehe Tidak kok, bang. Baru aja nyampe..." gumam Remon sembari menurunkan ember dari motornya.

" Dek, saya bangga dengan semangatmu. Sebab banyak anak muda seumuranmu diluar sana yang hanya menghabiskan waktunya dengan harta yang diberikan oleh orang tuanya, tetapi abang di situ terlihat sangat memanfaatkan masa mudamu dengan baik. Apalagi matahari belum menunjukan batang hidungnya kamu sudah ada di tempat ini..." ujar nelayan itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Hehehe... soalnya, saya terobsesi dengan kata-kata ibu saya, bang. Ibuku selalu berkata 'Dek, ayo lekas bangun! Biar rejekimu tidak dipatuk sama ayam!'. Awalnya saya hanya menganggap itu sebagai hal untuk menakut-nakuti aku saja. tetapi setelah saya renungi, ternyata perkataan ibuku itu merupakan kiasan, bang" ujar Remon yang sangat ramah dengan nelayan itu.

Nelayan itu menatap wajah Remon dengan penuh bangga sembari mengancungkan jari jempolnya.

" Kalau itu sih bang tergantung dari latarbelakang keluarga kita masing-masing. Contohnya saja saya bang, yang notabene berasal dari keluarga yang berekonomi jauh sekali dibawah kelas rata-rata. Jangankan untuk pamer-pamer, buat makan aja susah bang..." sambungnya lagi.

" Kamu benar-benar anak muda yang sangat mandiri, dek. Saya jadi iri melihat masa mudamu yang begitu kau manfaatkan dengan baik ini. Coba kalau aku sadar dari dulu dek, mungkin aku sudah jadi...." ujar nelayan itu dengan lemah merapikan jalanya dan memas**an ikan itu ke embernya Remon.

" Sudahlah, bang... Nggak usah di sesali lagi... Semua ini mungkin sudah ditakdirkan oleh sang Kuasa jadi kita harus menerima semuanya..." ujar Remon menghibur.

" iya juga sih, dek... Ohhh yah, semuanya sudah penuh yah..." ujar sang nelayan sembari membantu Remon memasang ember di motornya.

Remon kemudian pun langsung berangkat meninggalkan sang nelayan yang masih saja menatapnya dengan penuh bangga.

Kehidupan keluarga mudah itu terlihat sangat bahagia. Namun, seiring berjalannya waktu kebahagiaanya pun mulai terbagi dan tanggung jawab Remon pun semakin bertambah sebab mereka di karunia seorang anak laki-laki. Dengan bertambahnya satu orang personal dalam keluarga mereka membuat kebutuhannya semakin bertambah dan Remon harus bekerja lebih keras lagi agar kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi. Panggilan kakak dan adek pun kini berubah menjadi papa dan mama, sebab kedunya sudah menjadi seorang ayah dan ibu yang sesungguhnya.

Remon tengah seorang diri sembari menghitung penghasilan jualannya selama sebulan. Namun, penghasilan jualan mereka selama sebulanan itu, hanya mampu mencukupi kebutuhan sehari-harinya tidak ada untuk ditabung untuk masa mendatang maupun disaat kritis.

“ pah, kenapa wajahmu terlihat sangat kusut begitu? Papa ada masalah dengan dagangan papah?” ujar sang isteri sembari membawakan segelas the hangat untuk sang suami.

“ iya mah… setelah papah hitung-hitung, penghasilan kita dari penjualan ikan hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kita. Papa jadi bingung terkait biaya pendidikan untuk anak kita nantinya…” ujar Remon sembari menyeruputi teh yang disuguhkan oleh sang isteri.

“ yang sabar yah pah, intinya kebutuhan kita sehari-hari bisa terpenuhi saja…” ujar Veny berusaha menghibur hati sang suami.

“ kamu memang pengertian sama papah, mah” sembari mengelus rambut sang isteri dan memeluknya.

“ ihhh papa bisa ajah deh kalau lagi ada maunya…” sembari mengelitik sang suami.

“ ahh geli mah… ayo mah papah udah pengen nih…’’ sembari menrik tangan sang isteri menuju kamar.

“ etsss, yang sabar pah… si dedek masih belum tidur tuh…” Veny mengguyoni sang suami dengan senyumannya yang sangat menggoda itu.

“ ahh mama,.. ayo “

“ ahhh papah nih loh kalau udah pengen nggak bisa ditunda-tunda..”

Kurang lebih begitulah kebahagian keluarga kecil itu. walaupun banyak masalah yang mereka hadapi, kehidupan keduanya selalu diiringi dengan candaan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan tahun berganti tahun, kini anak mereka pun menginjak sekolah dasar, namun bisnisnya Remon hanya itu-itu saja sementara kebutuhan mereka semakin tahun semakin bertambah. Seperti biasanya Remon selalu mengevaluasi hasil jualannya seharian. Namun kali ini penghasilan mereka semakin berkurang sebab seiring berjalannya waktu, banyak para pesaing dalam berbisnis jualan ikan di tempat pelelangan ikan yang tengah di jalani oleh Remon. Kendatipun demikian, Remon tidak pernah merasa putus asa.

“ mah, akhir-akhir ini penghasilan kita dari jualan ikan semakin berkurang, sehingga mama harus pandai-pandai yah dalam membelanjakan kebutuhan sehari-hari… papa minta maaf kalau papa tidak bisa memberikan kebahagiaan kepadamu..” ujar Remon yang tanpa sadar menjatuhkan air matanya.

“ pah, sudahlah… dengan adanya papa di sampingku, aku sangat bahagia. Jadi, papa nggak usah menyalahkan diri papa sendiri lagi yah..” ujar Veny menenangkan hati sang suami.

“ makasih yah mah.. dulu, waktu pesaing di tempat pelelangan ikan sedikit, penghasilan kita masih stabil, mah.. tapi sekarang susah sekali mah, jangankan untuk memperoleh keuntungan, untuk kembali modal saja sangat susah,mah..” keluh Remon sembali menghitung ulang terus uang yang ada ditangannya itu.

Ia pun memutuskan untuk mencicil sebuah motor untuk dijadikan sebagai alat transportasi jualan ikan keliling. Karena hanya Remon yang melakukan penjualan ikan dengan cara berkeliling kompleks, penghasilannya dari penjualan ikan pun semakin meningkat.

“ Pah, bagaimana dagangan hari ini, apakah rame?” mendekati sang suami yang menghitung uangnya.

“ lihat, mah… semenjak papa, menjual ikan keliling kampung, penghasilan kita semakin meningkat. Bahkan keuntungan satu kali pengambilan ikan bisa dua kali lipat dari modalnya…” tersemyum sembari mengipsa-ipas uang yang ada di tangannya.

“ syukurlah kalau begitu pah.. itu artinya jualan keliling lebih efektif dari pada hanya tinggal di pasar. Pah, mama ada usulan, yah itu kalau papa mau..” membalikan badannya.

“ hey, mah… usulanmu apa.. ayo papa mau dengar usulan dari isteriku tercinta..” menggeletik tubuh sang isteri.

“ pah, bulan depan kan si Junior mau masuk sekolah dasar. Alangkah lebih baik untuk sementara waktu kita nebeng dulu sama ayah dan ibu di kampung. Kan papa jualan ikannya di keliling kampung. Biar kita tidak sibuk-sibuk membayar kontrakan tiap bulan, adan uang yang kita gunakan untuk sewa kontrakan kita tabung aja untuk membangun rumah kita di kampung..” ujar Veny yang begitu semangat.

Menatap wajah sang isteri dengan tatapan yang sangat kaku sehingga membuat sang isteri pun menundukkan kepalanya.

“ ide bagus itu mah…” tersenyum san memeluk sang isteri.

“ihhh papa… bikin mama takut aja deh.. tatapanmu itu loh..” menggelitik tubuh sang suami.

Hal itu sangat mendukung dengan bisnisnya, sebab harga ikan di kampungnya cukup mahal sebab jarak kampungnya dari pasar lumayan jauh kurangb lebih memakan waktu perjalanan kurang lebih 1,5 jam. Peluang seperti ini langsung di manfaatkan oleh Wiliam selagi belum ada kompetitor dalam hal bisnis ikan di kampungnya. Mereka kemudian memutuskan untuk p**ang ke kampung halaman Remon untuk meminta numpang untuk sementara di rumah kedua orang tuannya.

Kedua orang tua dan adik-adik Remon menyambut kedatangan mereka dengan penuh bahagia.

“ wah, cucuku udah besar sekarang… sini cu.. sama kakek..” sambil menggendong Junior yang kini sudah tumbuh menjadi anak yang cerdas.

Sang ayah kemudian menghampiri Remon yang tengah duduk di teras depan rumah.

“bagaimana usahamu di kota, nak?” mendekati sang anak yang tengah melamun.

“ ehhh ayah. Jadi, maksud kedatangan kami kemari begini ayah..” menceritakan semua rencana yang telah ia bahas bersama sang isteri waktu berada di kontrakan semalaman.

Mendengar rencana yang di bahas oleh Remon, sang ayah tidak berkomentar sedikit pun. Ia hanya menatap pemandangan depan rumahnya dengan ekspresi wajah yang sangat sedih.

“ loh, ayah ko diam saja? Jadi, ayah ijin atau tidak kalau untuk sementara waktu kami tingga di sini?” menoleh ke arah wajah sang ayah.

Namun sang ayah terus saja diam, sehingga membuat Remon pun langsung berdiri dan meninggalkan rumah. Sang isteri yang dari tadi sedang berbicara dengan sang ibu pun melihat kejadian tersebut dan hanya diam saja melihat kepergian sang suami. Sang ibu yang melihat menantunya itu bersedih pun langsung menghiburnya.

“nak, kamu yang sabar aja yah.. mungkin ayahmu lagi ingin menguji kesebaran sang anak. Entar juga keduanya baikan kok.. pokoknya kamu nggak usah mikir yang macam-macam..” memeluk tubuh sang menantu yang terlihat sangat sedih.

“ nak, ikut ibu ke dapur yuk..” menarik tangan sang menantu.

Veny pun mengikuti sang mertua ke dalam sebuah kamar. Sang ibu memperlihatkan foto-foto keluarganya dan menceritakan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan dalam rumah itu.

“ nak, ini kamar buat kalian. Untuk sementara kalian tinggal di kamar ini saja yah… “ membereskan barang-barang yang ada di dalam kamar itu sebab terlihat sangat berantakan.

Tengah asyik mereka membereskan kamar itu, sang ayah pun datang menghampiri keduanya.

“ ehemmm.. “ berpura-pura batuk dengan tangan di belakang badanya.

“ ehhh ada ayah… pah, kenapa papa membiarkan Remon pergi begitu saja, pah?” mendekati sang suami yang tengah berdiri di pintu kamar.

“ mah, anak kita sekarang sangat berubah, mah.. dia tidak bisa lagi di ajak bercanda seperti dulu lagi… mama tau kan tradisi bercanda keluarga kita…” ujar sang ayah dengan wajah datar.

“ sudahlah pah… nak, dengar kan?” menatap ke arah wajah Veny yang terlihat sudah mulai mengerti dengan perilaku yang di lakoni sang ayah.

“ mah, pah, nggak usah di pikirin.. urusan Remon biar aku yang jelasin nantinya. Pah, mah, sekali lagi terima kasih banyak karena telah mengijinkan kami untuk sementara numpang di rumah ini untuk sementara waktu..” mendekati kedua mertunya dan mencium tangan keduannya.

“ nggak usah ngomong kayak gitu.. kamu kan anak kami. Masa kami tidak mendukung anaknya.. dasar Remon aja yang tidak mengerti dengan kelakuan ayah dan ibu saja.. pokoknya kamu nggak usah sungkan-sungkan di sini yah..” ujar sang ayah dengan ekspresi wajah agak menyesal telah mengguyoni sang anak yang sangat baper.

Setelah memberes kamar tersebut, Veny pun membantu sang mertua menyiapkan makanan siang. Sementara Junior yang masih kecil yang tidak tau apa-apa tengah asyik bermain dengan adik-adiknya Remon.

Sementara di sisi lain, Remon yang agak kesal dengan sang ayah pun mendatangi rumah kakak sulungnya yang berada di kampung seberang. Sang kakak yang melihat kedatangan sang adik pun sangat bahagia sebab sebelumnya mereka jarang sekali bertemu.

“ adikku, selamat datang.. hey kamu apa kabar?” datang dari dalam rumah menjemput sang adik yang baru saja turun dari motor.

Remon yang masih kesal dengan perlakuan sang ayah, hanya memasang wajah datar menemui sang kakak. Sang kakak yang melihat ekspresi wajah sang adik pun langsung mempersilakannya masuk dan duduk.

“ mah, tolong buatkan kopi untuk adik iparmu dulu… hey, kamu kenapa? Ada masalah dengan isterimu?” mendekati sang adik yang terlihat masih murung.

“ ayah, kak.. dia tidak menyahut saat saya meminta persetujuannya untuk numpang di rumah sementara waktu. Aku hanya minta itu kak, dan aku berjanji akan membangun rumah sendiri tapi diam terus saja diam dengan wajah yang sangat serius..” menangis.

“ oalah… itu toh masalahnya… emang dasarnya kamu yang baper aja dek… minum dulu… “ tersenyum melihat sang adek yang menangis.

Sang kakak yang sudah lama tinggal dengan kedua orang tuanya itu pun menceritakan semua kebiasaan orang-orang rumah. Ia menceritakan kalau mereka sering di juluki keluarga yang penuh becanda. Tidak heran kalau Remon merasa baper, sebab semenjak sekolah ia jarang tinggal bersama kedua orang tuanya, sehingga ia tidak begitu mengetahui kebiasaan orang tua nya lebih khusus sang ayah. Setelah mendengar cerita sang kakak, ia pun mulai tersenyum dan merasa menyesal telah membuat sang ayah kecewa.

“ ohhh yah, dek. Bagaimana kabar isteri dan ponakanku? Apakah mereka datang juga kemari?” berusaha mencairkan suasana.

“ iya kak.. mereka juga datang ke sini. Saya memikirkan perasaan mereka aja kak..”

“ ehhh nggak usah di pikirin, nanti dia juga akan tahu. Pasti ibu sudah menceritakan kepadanya kebiasaan keluarga kita. Setelah minum kita p**ang yah.. sekalian aku melihat ponakanku..” ujar sang kakak.

Setelah suasana hati remon kembali stabil, mereka mulai menceritakan usahanya masing-masing dan rencana kehidupan mereka di masa mendatang. Setelah beberapa lama kemudian, mereka pun p**ang ke rumah sang ayah. Remon yang baru menyadari kalau sang ayah hanya bercanda kepadanya, langsung tersungkur di kaki sang ayah meminta maaf.

“ Mon, sudahlah. Nggak usah di pikirin.. ayah sadar kok ayah yang salah..” menarik tubuh anaknya yang tersungkur di kakinya.

“ tidak ayah.. aku yang salah, aku terlalu cepat mengambil kesimp**an yang salah..” menangis dan mencium tangan sang ayah.

Rumah sang orang tua pun kembali ramai karena kedatangan sang anak yang sudah berumah tangga sendiri datang bersama para cucu-cucunya yang membuat suara canda tawa pun semakin memenuhi rumah itu. Ketiga bapak-bapak itu pun kembali membahas program yang perlu di lakukan untuk membangun keluarganya di masa mendatang. Sang ayah bertindak sebagai motivator yang memberikan ilmu sesuai perkembangan jaman anak-anaknya.

“ anakku, ayah sangat bahagia melihat kalian suadh tumbuh dewasa sekarang, apalagi kalian sudah di anugerahi anak. Itu artinya kalian sekarang sudah menjadi seorang ayah untuk anak-anak kalian. Satu hal yang papa pesan untuk kalian:

"tetaplah menjadi diri sendiri tanpa peduli apa kata orang lain, sebab yang berhak atas hidupmu adalah dirimu sendiri. Selama pilihanmu itu tidak merugikan orang sekitarmu, maka janganlah ragu untuk memilih jalan hidupmu… dan sama satu hal lagi, ayah tidak mau dengar kalau ada anak-anakku yang membiarkan keluarganya di hina oleh orang lain...” ujar sang ayah kepada kedua anaknya yang kini telah menjadi seorang ayah sekarang.

Remon dan kakaknya hanya bisa menatap satu sama lain, sebab perkataan sang ayah membuat mereka sangat kebingungan. nasihat sang ayah kemudian terhenti saat para menantunya datang menghampiri mereka untuk membawakan makan siang. keluarga itu nampak terlihat bahagia berkumpul di meja makan itu, walaupun makanan yang di hidangkan tidak semewah hidangan hotel lima dan tempat tinggal mereka tidak seindah istana, namun karena keluarga itu tidak pernah mengeluh dan selalu mensyukuri apa yang mereka dapatkan hari itu, keluarga terlihat sangat bahagia.

*************

Hai, teman Anda W***y Jito mengundang Anda untuk bergabung dengan Fizz...

armor is a powerful tool for building web applications

Address

Manggarai

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Sang Juara posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Videos

Share


Other Digital creator in Manggarai

Show All

You may also like