18/08/2022
MISTISME SYEKH SITI JENAR - 2
Sun dudu krerehanira/, mung pada tinitah mati/, aneng donya nora lama/, nuli bari urip maning/, nadyan sri Narapati/, kang nimbali marang ingsun/, ingsun tan arsa seba/, wit ingsun urip pribadi/, tan rumasa den- uripi Sultan Demak/[31];
Artinya :
Saya kan bukan hamba mereka. Kita sama-sama akan mati, tetapi tempat tinggal kita di dunia ini tidak lama, segera kita akan hidup kembali. pilihan sang raja sendiri yang memanggil saya, saya tidak sudi menghadap, karena saya hidup dari diriku sendiri (atau, sayalah hidup itu sendiri); saya tidak merasa menerima hidup dari Sultan Demak [31];
Tan kabawah tan kaprentah/, ingsun jumeneng pribadi/, bumi langit darbekingwang/, sanadyan kang surya sasi ya darbek-sun pribadi/, mengko tekana kang ngaku/, kumawa kuma-wasa/, arsa masesa mring mami/, sun tan arsa eh Pangran Bayat wruhanta/[32];
Artinya :
Saya tidak berada di bawahnya dan tidak menerima perintah-perintahnya. Saya berada karena saya sendiri, langit dan bumi milikku, bahkan matahari dan rembulan itu milik saya pribadi. Lalu ada seseorang yang katanya berkuasa dan meraja, yang ingin mengemudikan saya. Bukan Pangeran Bayat, saya tidak sudi, ketahuilah itu baik-baik [32];
Jatine wali narendra/, pada bae lawan mami/, neng donya asipat sawa/, besuk bosok awor siti/, mulane sun tan apri/, rineh sama ning tumuwuh/, lan maning kawuruhana/, kang aran kaula gusti/, sajatine dudu sama ning maungsa/ [33];
Artinya :
Sebetulnya para wali dan raja sama saja dengan saya. Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi busuk dan tercampur tanah. Oleh karena itu saya tidak akan diperintah oleh sesama makhluk. menemukanlah juga, apa yang terjadi kawula-gusti tidak berkaitan dengan sese-orang manusia biasa seperti yang lain-lain [33];
Yeku wus aneng manira/, nora pisah rina wengi/, namung ing mengko kewala/, ana aran kwula gusti/, suwene ingsung mati/, benjing yen ingsun wus idup/, sirna gusti kaula/, mung kari urip pribadi/, langgeng meneng aneng anane priyangga/ [34];
Artinya :
Kawula dan gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawula lenyap, yang tinggal hanya mungkin sendiri, ketentraman langgeng dalam Ada sendiri [34];
Eh sira Pangeran Bayat/, lamun sira tan udani/, jatine wuwus manira/, pantes lamun sira maksih/, kerem neng jaman pati/, ing kene keh kang tinemu/, lalangen warna-warna/, maneka amilangeni/ tan wruh lamun pakartine pancadriya / [35];
Artinya :
Hai Pangeran Bayat, bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera [36];
[Bersambung]
https://youtu.be/7LW7HrZTiqk