Nalar Pinggiran

  • Home
  • Nalar Pinggiran

Nalar Pinggiran Berdzikir, Berpikir dan Bertutur

Dari Brazil saya mengungkit Pendidikan Kaum Tertindasnya Fraeire. Lalu, saya memperjumpkan dengan gagasan Ivan Illich Da...
09/06/2024

Dari Brazil saya mengungkit Pendidikan Kaum Tertindasnya Fraeire. Lalu, saya memperjumpkan dengan gagasan Ivan Illich Dari Moskow, tentang "Pedagogy Libertarian".

Di Indonesia, saya Menyuguhkan Kecemerlangan Gagasan Bang Eko Prasetyo yg tertebar dlm Karya2nya, "orang Miskin di larang sekolah", "Guru mendidik itu melawan " dan Yang Paling Mutakhir dari Kecemerlangan Gagasan Bang Eko adalah "Kampus Hari Ini ; Mahal, menindas dan Kehilangan Integritas".

Tak Luput, dari bahan suguhan kemarin malam. gagasan dari Tokoh seperti Hasan Hanafi, Imam Khomeini, K.H. Ahmad Dahlan, Umberto Ueko, Al Ghazali, Kuntowijoyo, Cak Nur dan Islam sebagai Suluh peradaban Di Masa Umayyah, Abbasyiah dan Cordoba.

sejak dulu, saya Selalu menempatkan Tokoh2 yg Mensubsidi Bara Api Perlawan sebagai Role Model Dalam Melahirkan Budaya Kritisisme di tengah carut marutnya sistem pendidikan kita.

**

Kampus Hari Ini : Mahal, Menindas dan Kehilangan Integritas.

Kehancuran tradisi intelektual adalah tanggung jawab kampus dalam membentuk mahasiswa yang dangkal. kampus memproduksi orang-orang yang khawatir akan pekerjaan dan situasi yang akan terjadi di masa depan. Akhirnya, orang-orang tidak percaya bahwa kampus dapat mengantarkan kepada suatu perubahan.

Benazir Bhuto mendaku, Saat paling indah dari sebuah kapal adalah ketika di tambatkan di dermaga. Dia cantik bermandikan cahaya. Tetapi, jangan pernah lupa, bahwa Kapal tidak pernah di buat untuk di tambatkan di dermaga.

Kapal di buat untuk menghajar dan membelah lautan.

Demikianlah Mahasiswa, Tugas dan tanggung jawabnya untuk memberikan sumbangsih kepada republik ini, dalam menjawab gelombang dan lautan problem yang di hadapi bangsa ini.

**

Sudahi Menerka manis Pada Kualitas Kecapan. Sebab, Perjumpaan berkualitas adalah Manis yg sesungguhnya.

Kecemasan Hanya ada pada Akal Yang Kosong - Kosong percakapan - Perjumpaan - Tamasya intelektual.

Sudah sepatutnya, anak Muda membiarkan tempurung kepala Mereka mengalah menahan Beban Akal. Agar, tak menjadi Mayat Hidup.

Jangan pernah berpikir sendiri untuk perubahan. Nanti, kalian beronani dgn dirimu. Ada begitu banyak generasi. Berbagilah. Sebab, Illmu adlh Cahaya. Boleh jadi ilmu atau sains merupakan salah satu cara Tuhan mencahayai wujud2 potensial agar mengaktual.

21/08/2023

-HANYA MAIN CATUR-

ghulibatir-ruum - Bangsa Romawi telah dikalahkan".

"fiii adnal-ardhi wa hum mim ba'di gholabihim sayaghlibuun - di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang".

"fii bidh'i siniin, lillaahil-amru ming qoblu wa mim ba'd, wa yauma-iziy yafrohul-mu-minuun - dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman".

Q.S. Ar Rum yang saya nukil diatas, turun pada periode Mekkah ketika jumlah kaum Muslimin masih sangat Sedikit. Menceritakan tentang Pertarungan antara kerajaan PERSIA DAN ROMAWI.

Dalam Banyak riwayat dan Literatur yang menceritakan, bahwa Dalam rentan dakwah 13 tahun Yang di Lakukan Oleh Rosulullah SAW di Mekkah, Jumlah kaum Muslim saat itu sangat sedikit. Bisa kita cek Validitas Sejarahnya, saat Hijrah Rosulullah SAW ke madinah, Kurang lebih 200 Orang. Yang Hijrah Ke Habasyah , sekitar 85 orang dan yang masuk Islam dari Ahli Yastrib (penduduk Madinah sebelum Hijrah Rosulullah ke madinah), sekitar 70 Orang.

Artinya Kurang lebih 350 orang saja Kaum Muslimin saat Q.S. Ar Ruum ini di turunkan Allah sebagai Informasi kepada Rosulullah SAW dan Kaumnya.

Pertarungan antara Persia Vs Romawi ini, Berdasarkan Informasi Q.S. Ar Ruum, di menangkan oleh Persia. Tetapi, Dalam Rentan waktu 3 sampai 9 Tahun (Al Bidh'i), terjadi Pembalikan Keadaan - Situasi, Romawi Lagi yang menang.

Pertanyaan mendasarnya, Apa Hubungan atau Apa Gunanya Allah Memberikan Informasi kepada Kaum Muslimin - Komunitas yang Kecil di Mekkah tentang Pertarungan Dua Gajah (Persia dan Romawi). Toh, Faktanya Jazirah Adalah Wilayah yang tidak terhubung hidupnya secara Lansung dengan Persia maupun Romawi.

Lantas, mengapa cerita ini penting untuk di ketahui oleh Komunitas Kecil di Jazirah (Kaum Muslimin), sehingga Allah perlu untuk menginformasikan kepada mereka?.

Hari ini, kita bukan lagi bercerita tentang pertarungan Persia dan Romawi. Tetapi, cerita tentang pertarungan dua Gajah (CHINA VS AMERIKA). Dua gajah bersiteru, Apakah kita harus mengetahui situasinya?. Apakah p***eteruan mereka akan berdampak kepada kita?. Apakah Kecenderungan Dua Gajah akan mempegaruhi Pilpres kita kelak?.

Salah satu Diskursus Modern dalam Ilmu Politik, yaitu Hubungan Internasional (HI) adalah diskurus yang telah di kabarkan AL Qur'an, 1400 tahun yang Lalu. Bahkan, mungkin anak HI sekalipun tidak tahu itu.

Secara sadar dan sengaja, saya tidak menuntaskan Uraian diatas. Agar kita sama-sama berpikir dan Membaca posisi kita sebagai apa ; HITAM KAH, PUTIH KAH, PENONTON KAH ATAU BANGKIT DAN MENGATAKAN SAYA INDONESIA?.



- POETRA FAJAR DAN POETRA SUBUH, SAMA-SAMA PENYUKA PAGI -  Soekarno, "Orang boleh benci pada seseorang. orang boleh dend...
17/08/2023

- POETRA FAJAR DAN POETRA SUBUH, SAMA-SAMA PENYUKA PAGI -

Soekarno, "Orang boleh benci pada seseorang. orang boleh dendam pada seseorang. boleh.
Entah apalagi".!

"kamu tahu aku kadang-kadang bingung dengan politiknya Hatta. aku kadang-kadang saling gebuk dengan Hatta. Tetapi menghilangkan Hatta dalam teks proklamasi itu tindakan pengecut".

Ketika soekarno dengan demokrasi terpimpimnya sedang jaya dan kuat,
Hatta mengambil jarak. Ia mengambil jarak sebagai sahabat politik. tetapi, bukan sebagai sahabat soekarno. Tentu, dua hal yang berbeda, antara Sahabat politik dan sahabat sejati.

Suatu hari dalam suatu peringatan hari kemerdekaan, Ketua Central commite partai komunis indonesia : Dipa Nusantara Aidit, Membaca teks proklamasi tanpa menyebut nama Hatta : berbahagiakah Soekarno?.

Alih-alih memuji Aidit dan PKI-nya, Soekarno malah meradang.

Dalam konteks hubungan politik yang tak ramah mesra itu, Peran AS mulai memberitakan sisi negatif Soekarno. karena Soekarno berjarak dengan Hatta secara garis politik, bahkan memiliki garis demarkasi yang sangat jelas. Hatta kemudian di datangi seorang wartawan AS untuk meminta Apologi, yang menyudutkan Soekarno.

Alih-alih mengikuti Frame wartawan tersebut. Justru Hatta marah dan mengeluarkan pernyataan yang terkenal, "Seburuk-Buruknya Soekarno Dia adalah Presiden Saya. Titik".

Tahun 1928 Soekarno minta Izin pidato pada kantor polisi Hindia Belanda di Solo. Di Ijinkan. tetapi tidak boleh ada Kata "Merdeka" dalam Pidatonya. Soekarno memutarnya akalnya, dengan Lantang, ia berpidato : " Rakjat Indonesia, kami harus seperti orang belanda di negeri Belanda".

Tepuk tangan membahana, karena Rakyat yang mendengar tahu itu bahwa maknanya sama dengan kata "Merdeka".

Ketika dalam masa pengasingan di Banda, Hatta kadang menggunakan perahu untuk keperluan mobilitas. Perahu itu di warnai merah putih, corak yang sensitif bagi pihak kolonial. Hatta ditegur dengan warna perahu merah putih itu.

Jawab Hatta sederhana : "Lautnya .... Biru".
(Merah Putih Biru adalah bendera Belanda)

Begitulah Kualifikasi SEORANG PEMIMPIN :).

MERDEKA...ENTAHLAH..!

Pinggiran

-MEMBANGUN INTEGRITAS-Budaya dan Tradisi acap kali di salah pahami. Padahal, kesamaan Budaya dan tradisi adalah sebuah p...
12/07/2023

-MEMBANGUN INTEGRITAS-

Budaya dan Tradisi acap kali di salah pahami. Padahal, kesamaan Budaya dan tradisi adalah sebuah perilaku yang di setujui oleh komunal untuk menjadi standar kesamaan.

Sementara, perbedaan antara Tradisi dan budaya. Tradisi di turunkan secara vertikal. Artinya kita belajar dari bapak kita. Bapak kita belajar dari kakek kita, dst. sedangkan, Budaya transmisinya Horizontal, kita bisa belajar dari siapa saja. misalnya, Pesbuk, Tiktok dan IG itu bukan tradisi. Tetapi sebuah budaya. Sebab, saya yakin generasi kita ini tidak ada satu pun orang yang memakai Pesbuk, Tiktok atau IG, yang belajar dari bapaknya. Justru, tak jarang bapaknya yang belajar dari anaknya.

Mungkin saja periode berikutnya setelah era generasi kita, akan menjadi sebuah Tradisi, karena anak kita akan bertanya sama kita - bagaiamana cara menggunakan pesbuk, IG, Pesbuk, dst.

Integritas adalah perilaku yang sesuai dengan sebuah Value - Nilai yang di adopsi oleh seseorang. Integritas selalu lahir dari sebuah keputusan manusia.

Ada sebuah nilai atau hukum yang di adopsi manusia (bisa nilai agama, bisa Hukum negara atau nilai keluarga). Lalu, nilai tersebut di gunakan untuk membedakan mana benar dan mana salah. Misalnya begini, Makan babi menurut ajaran Islam adalah Haram - salah. Tetapi, menururt Hukum negara, tidak melanggar hukum. Artinya setiap segmen nilai, punya kriteria berbeda untuk membedakan mana benar dan mana salah.

Manusia mengambil nilai. Lalu, di gunakan untuk membedakan mana benar dan mana salah. Ketika manusia mampu menggunakan Nilai untuk membedakan mana benar dan mana salah. Hal itu menunjukkan, bahwa manusia tersebut memiliki Moralitas.

Moralitas, jika di lakukan secara benar. Maka, di sebut Etik.

Artinya, Nilai adalah tolak Ukur. Moral adalah kemampuan kita menggunakan tolak ukur untuk membedakan mana salah dan mana benar. Lalu, Etik adalah kemampuan kita mengkonsistensi tolak ukur untuk membedakan benar dan salah secara benar.

Nah, Koruptor atau orang yang mengkorupsi sesuatu, Mengkolusi sesuatu dan Melakukan nepotisme. Sebenarnya, mereka tahu, bahwa perbuatan tersebut adalah salah. Artinya dia memiliki moral, karena dia bisa membedakan mana benar dan salah. Tetapi, mereka tidak punya etik, karena dia tidak melakukan sesuai yang moralnya perintahkan. Mereka melanggar moralitasnya sendiri.

Padahal, Semakin dia konsisten menggunakan etika, yang sesuai dengan moralitasnya perintahkan. Maka integritasnya semakin tinggi. Maksudnya, integritas adalah agregasi dari keputusan terhadap moralitas yang mereka percayai.

Keputusan melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan moralitas dalam jangka waktu panjang di sebut integritas. Tetapi, kuncinya manusialah yang membuat keputusan tersebut, seperti mau korupsi atau tidak. Sebab, Yang terlihat di luar adalah aksinya, sedangkan yang terjadi di dalam adalah keputusan kognisi intelektualnya.

Semua keputusan kognisi intelektual akan tergantung dengan perasannya. Misalnya, Ketika kita menembak lawan jenisnya dan kita di terima. Secara Otomatis, Hari itu kita sangat gembira dan senang.

Di saat kita bergembira dan senang, kita di Hina atau di maki-maki. Maka, Kecenderungan kita tidak akan marah. Logika kita tahu bahwa kita di hina, kita di maki-maki. tetapi perasaan kita sedang dalam gembira. Maka, keputusan logika kita menjadi berubah.

Artinya, di bawah intelektual, ada yang namanya perasaan - Feeling yang kerap membuat keputusan logika kita berubah pada kejadian yang sama.

Di bawah Feeling, ada yang namanya In Emosion. Feeling dan emosi berbeda. Feeling yang kita pahami adalah yang kita rasakan. Sedangkan, in Emosion adalah energi yang bergerak.

Energi dari mana?. dari Fisiologi manusia.

Kita merasakan ketika kita hidup, ada energi bergerak - jantung bergerak, nafas bergerak, ada darah berputar.

Di sinilah titik kita membangun budaya, bukan pada kognitif intelektual. Sebab, kognitif intelektual berada tiga tingkat diatas emosi. Emosion terdapat pada diri manusia dan terdapat pada interaksi kita pada manusia dan alam semesta.

Bagaimana membangun energi yang bergerak diantara manusia?. Salah satu contohnya, kita di suruh membangun integritas sesuai dengan semua peraturan yang ada. Tetapi, teman kita atau pimpinan kita melanggar dan tidak di hukum. Tentu, Kita tidak akan mau membangun integritas.


sunyi
Pinggiran

-MEMBACA D**G-Kak, Pesantren Az Zaytun dan Panji Gumilang itu sesat. Titik?.Sudah baca siapa Panji Gumilang dan apa lata...
10/07/2023

-MEMBACA D**G-

Kak, Pesantren Az Zaytun dan Panji Gumilang itu sesat. Titik?.

Sudah baca siapa Panji Gumilang dan apa latar belakang berdirinya Pesantren Az Zaytu itu kah?.

Belum ia Kak.

Duh...So, Mengapa mengapa kamu berani menyesatkan sesuatu yang kamu sendiri belum tahu pasti atau kita punya otoritas apa menyesatkan sesuatu?.

Dek, mulut kita ini lebih dekat ke telinga kita, ketimbang telinga orang lain. Membacalah dulu, bukan bicara dulu.

Al Qur'an itu di mulai dengan perintah Membaca, "Iqro Bissmi robbikaladzi kholaq" dan di tutup atau di akhiri dengan ayat penyempurnaan, " al yauma akmaltu lakum dinakum wa ats mamtu alaikum ni'mati roditu lakum islamadina - hari ini telah ku sempurnakan agamamu, ku cukupkan nikmatmu, dan aku ridho islam sebagai agama yang mulia".

Mengapa di mulai dengan perintah membaca?. Supaya sebelum Allah membuka hakikat-hakikat lainnya, kita membuka alam pikiran kita terlebih dahulu.

Pemahaman kita tentang Al qur'an adalah kitab suci terakhir dan Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir. Tentu akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan, hanya mungkin terjawab, jika kita punya perbendaharaan kata dalam menjawabnya.

Perbendaharaan kata, tidak datang sendirinya - Bim sala bim. Edgar Dale, mendaku "berbicara dan membaca itu seperti orang yang buang hajat dan makan". Jika seseorang lancar buang hajat. Sebab, ia juga lancar memasukkan sesuatu ke dalam mulut (makan). Sebab, agak ajaib juga, bahkan mungkin aneh, jika ada orang begitu lancar buang Hajat, tetapi ia tidak pernah memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Istilahnya, boker lancar. Tapi tidak pernah makan 😂.

Perbendaharaan kosa kata pun demikian adanya, kita bisa lancar berbicara. Karena ada nutrisi (membaca) yang kita masukkan ke dalam otak. Nutrisi tidak pernah masuk ke dalam Otak - Membaca, tapi bicara terus.

Kembali ke soal, Al qur'an secara teks - Nash, telah berhenti turun, kurang lebih 1500 tahun yang lalu dan dalam waktu yang bersamaan, pola hidup, perilaku dan cara berpikir manusia terus menerus berubah dan berkembang, dengan berbagai macam kompleksitas yang mengitarinya. Jika Al qur'an dengan Prototype Rosulullah SAW akan terus relevan sepanjang zaman, bahkan sampai dunia ini bubar. Bagaimana kita memastikan semua itu sementara Kompleksitas dan cara hidup kita terus berubah dan berkembang?.

Kontekstualisasi Teks Qur'an dan prototype Rosulullah hanya mungkin kalau kita tidak kekurangan kosa kata - Membacakii. Sebab, Jangan sampai kita mencegat Panji Gumilang dengan merampoknya kembali atau menghakimi panji Gumilang dengan ketidaktahuan. Kan sama-sama Nol besar.

Misalnya, Al Qur'an jika membicarakan sesuatu yang tidak terpengaruh pada ruang dan waktu, ayatnya pasti sangat detail dan tegas. Tidak ada celah bagi kita untuk membantahnya. Kecuali bagi mereka yang bakhil. Seperti Ayat Waris atau ayat tentang kehidupan setelah kematian. Ayatnya detail dan tegas. Lalu, Coba kita bandingkan dengan ayat Sholat di dalam Al qur'an. Al qur'an ketika berbicara tentang sholat, tidak detail. Sementara, Spesifikasi atau penjelasan detail perkara sholat, kita hanya temukan di hadist - 6 kitab hadist.

Hadist dan sunnah itu beda. Di titik inilah, kita kadang salah kaprah memahami sesuatu. Kita Menganggap semua yang di katakan, di lakukan dan di kerjakan Rosulullah adalah Sunnah. Padahal, Semua yang di ucapkan, di lakukan dan di kerjakan Rosulullah adalah hadist. Hadist itu artinya berita - Khabar. Sedangkan Sunnah adalah "ma kana hukman syari'an - yang tergolong hukum syara', barulah disebut sunnah. Jadi, bedanya sunnah dan Hadits adalah ketika ada bobot hukum syara'nya. Sedangkan, Kalau tidak ada bobot hukum syara'nya, Maka disebut sebagai hadist.

Misalnya, di Hadist disebutkan bahwa "Hidung Nabi Mancung, kulitnya agak kemerahan sedikit, badannya berotot dan rambutnya gondrong sebahu. Sholat malamnya, panjang sekali, dsb". Apakah semua itu menjadi dasar hukum?. Kan tidak.

Ayat Hukum Di dalam Al Qur'an dan Hadist di tafsir oleh para Ulama, maka lahirlah ilmu Fiqih. cara Ulama menafsirkan ayat Hukum di dalam Al qur'an dan Hadist menggunakan Metodologi yaitu Ushul fiqih. Produknya adalah fiqih, metodenya adalah Ushul fiqih. Tafsir ayat hukum para ulama di sebut Mazhab. Mazhab yang bertahan di dalam Lingkungan Ahlu sunnah Wal Jama'ah, Ada empat. Hal ini panjang sekali penjelasannya, Minimal seperti itu gambaran sederhananya.

Pertanyannya, Mazhab apa yang di gunakan Panji Gumilang dengan Pesantren Az zaytunnya?. Jika, dia keluar dari defenisi cara beragama kita, berdasarkan batasan ke Empat Imam Mazhab, baru kita bisa bilang dia sesat. Makanya, Otoritas yang bisa menyesatkan Sesuatu - orang atau kelompok adalah Ulama - orang Berilmu. Sedangkan kita ini, Ummatmya Ulama.

Sangat mungkin kita juga bisa menyesatkan sesuatu. tapi kita punya ilmunya atau tidak. Kalau tidak, sebaiknya diam dan, sami'na wa ato'na Ghufronaka wa ilaikal masir. Para ulama yang kredibel dan Kemampuannya telah di akui saja, perlu mendudukkan suatu perkara sangat detail dengan berbagai macam pertimbangan dan dasar. Tidak asal-asal keluarkan steatment - Fatwa dan Hujjah.

Saya cuman mau bilang, mari kita sama-sama membaca. Salah satu alasannya, agar sistem Filter akal kita tebal. Tidak mudah menjadi generasi yang ikut-ikutan dan hanya menjadi Followers.

Itu mo saja dulu 🤭..


30/05/2023

Serial Diskusi ke 4 - "Islam Dan Pembebasan". Di selenggarakan oleh Komet FAI Unismuh Makassar, pada Tanggal 13 April 2023.

-Part 2-



30/05/2023

Serial Diskusi ke 4 - "Islam Dan Pembebasan". Di selenggarakan oleh Komet FAI Unismuh Makassar, pada Tanggal 13 April 2023.

-Part 1-



-MASJID 1 TRILIYUNAN-Masjid Al Jabbar, Masjid Megah Di Jawa barat Alokasi dananya sampai 1 trilyun. Fantastis.Kita Bangu...
13/01/2023

-MASJID 1 TRILIYUNAN-

Masjid Al Jabbar, Masjid Megah Di Jawa barat Alokasi dananya sampai 1 trilyun. Fantastis.

Kita Bangun masjid, menghabiskan Uang 1 M. Padahal, sebenarnya 500 juta saja sudah jadi. Lalu, suatu saat ketemu Allah, kita Di tanya itu ada orang Fakir dan Miskin. Engkau mengabaikan mereka, gegera membuat Masjid Megah. Andaikkan kamu sumbang 500 Juta pada mereka, mereka akan sejahtera.

Di sinilah Kegagapan kita melihat skala Prioritas kebaikan. kadang kebaikan seseorang, orientasinya adalah bangun masjid. Tidak tertarik menyumbang pada Fakir, miskin dan Yatim 😅.

Padahal, kalau kita audit secara Syar'i - lebih penting mana membangun masjid mewah atau memberi makan Fakir dan Miskin?. Atau Apa gunannya masjid Mewah, kalau orang tidak tau Halal dan Haram. Tidak tau cara bersuci, tidak tahu cara Ruku dan sujud yang benar.

Suatu ketika sayidah Aisyah menyimpan sepotong daging kambing, sebagai bekal Rosulullah untuk Berbuka (Ifthar). Tetiba, ada yang datang meminta makanan. Akhirnya, Aisyah memberi sepotong daging tersebut. Begitu Tiba jam berbuka puasa. Nabi bertanya, "Daging kambing Yang Engkau simpan tadi di mana?", jawab Aisyah, "Habis, Ya Rosulullah".

Lihat, bagaimana Cara Rosulullah menjelaskan, sangat indah sekali, "Wa hal laka min maalika illa ma akalta faafnaita - Harta kamu itu adalah baju yang kamu pakai, nanti akan Rusak". "Wa labista faablaita - Yang kamu makan, berakhir di WC, " Wa tashaddaqta faabqoita - Yang Kamu sedekahkan itulah yang masih ada". Kamu jangan bilang yang kamu sedekahkan itu yang habis.

Misalnya, kita punya uang 1 M, lalu kita pernah sedekahkan ke Faqir dan Miskin, sebesar 10 Juta. Harta yang kita sedekahkan itulah yang masih ada. Karena hal itu sudah di luar otoritas kita (lillahi ta'ala). Harta kita yang masih tersimpan, justru berpotensi untuk kita gunakan ke hal-hal yang kurang positif.

Semenjak percakapan Nabi dengan Aisyah itu Viral. orang-orang begitu mudah bersedekah. TETAPI SADARAN SEDEKAH KITA HARUS TEPAT SASARAN. Mengingat, Perkara ini, kurang banyak di jabarkan secara terperinci oleh Ulama Ushul Fiqih. Misalnya, ada orang yang kaya raya dan ia memiliki uang banyak sekali, dia mengingkan punya masjid yang di Gunakan untuk Ibadah Jum'at. Hal ini tidak salah, justru bagus. Tetapi, kelak yang bingung adalah ahli fiqih. Sebab ada dua jum'at yang terlaksana. Lantas, yang sah, yang mana?. Sebab, agak sulit bagi para Fuqaha untuk menentukan hukum dua jum'at dalam kondisi yang tidak mendesak, dalam satu wilayah - kampung atau Lorong.

Dulu, kalau masjid banyak itu karena beda ormas, beda pemahaman atau karena jarak. Masih hukum sosial atau karena kondisinya. Sekarang ada masjid baru, karena ada orang kaya raya Yang hendak bikin masjid. Belum lagi nanti semua orang akan bermigrasi ke masjid baru tersebut, karena Imamnya adalah Qori, fasilitasnya nyaman. Secara tidak lansung kita membunuh masjid yang lebih tua. Artinya, sedekah itu juga harus di bina, ada Ilmunya. Sama dengan kita punya uang 10 Juta, di berikan kepada Faqir Miskin jauh lebih bermanfaat, ketimbang mengganti bola lampu, kipas angin dan Karpet masjid yang sifatnya hanya aksesoris saja.

Berkenaan dengan itu, Ketika para murid Nabi Isa takjub melihat sebuah bangunan rumah ibadah yang megah. Mereka melapor pada Nabi Isa soal kemegahan masjid yang baru saja mereka saksikan.

Kemudian Nabi Isa, sebagaimana dikisahkan Imam Al Ghazali - "Ihya' Ulum al-Din", memberikan nasihat pada murid-muridnya, "Sungguh, yg lebih dicintai Allah dari itu semua adalah hati-hati yg saleh (baik), dengannya Allah akan membangun bumi, dan tanpanya bumi akan dibiarkan hancur.”

Jangan sampai rumah ibadahnya megah, tapi sepi jamaah. Apalagi, jika penduduk di sekeliling rumah ibadah tersebut kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.

Keagungan Islam itu bukan terletak pada bangunan masjid yang indah dan megah p***e. Jangan mendahulukan pembangunan fisik, ketimbang akhlak masyarakat. Hati yang baik lebih dicintai Allah daripada rumah ibadah yang megah.

Semoga kemegahan masjid berbanding lurus dengan kemampuan para umaronya mensejahterakan rakyat. Tokoh agamanya pun mampu membimbing masyarakat meraih akhlak yang baik.

Akhirul Kalam, Berkenaan dengan itu, saya teringat Khutbah tersingkat sepanjang sejarah adalah Khutbah Syekh Sudani Abdul Baqi Al-Mukasifi. Waliyullah dari negeri seribu Darwis, didalam Khutbahnya beliau hanya menyatakan Bahwa, "Satu suapan diperut yang kelaparan itu Jauh lebih baik dari Pada Membangun 1000 Masjid Jami".




-BELUM ADA JUDUL-Dulu, Di zaman Rosul sampai dengan Masa para sahabat, Tabi'in dan Tabi' tabi'in. Masjid menjadi lokomot...
07/01/2023

-BELUM ADA JUDUL-

Dulu, Di zaman Rosul sampai dengan Masa para sahabat, Tabi'in dan Tabi' tabi'in. Masjid menjadi lokomotif kegiatan Ummat, semua Problem Ummat - Sosial, Ekonomi, Politik, sakral sampai Urusan Non Sakral, pusat Episentrumnya adalah Masjid.

Al- Qur'an dan Hadits adalah rujukan Utama, yang Teringklud dari Pribadi Rosulullah SAW. Dengan dalil itu p**a, Kerangka Pikir dan Sikap, Peletak Komunitas ini memproyeksikan agar kelak pelanjut - Generasi - Kadernya Menjadi Mata air dan Suluh peradaban.

Selain itu, Keikhlasan lafran muda beserta kawan-kawannya dan Hanya mengharap Ridho Allah, sehingga komunitas ini masih tetap ada Hingga kini.

Hanya saja, belakangan ada patologi akut yang menggejala, yaitu "Kita bicara untuk sesuatu yang kita tidak lakukan dan kita melakukan untuk sesuatu yang kita tidak tahu". Hal ini menyangkut semua Hal - entah itu urusan sakral ataupun Non Sakral.

Contoh paling dekat yang bisa secara cepat kita tarik benang merahnya. Korupsi, Kolusi, nepotisme, menghalalkan segala cara dan upaya untuk mendapatkan sesuatu adalah salah, dan Kita Tahu itu salah. Tetapi, anenhnya kita tetap melakukannya?.

Padahal Kebenaran harus di mulai dengan di perkenalkan, "Yu dziruhu Aladdini Kulli". Di perkenalkan di sini ada dua ; Ilmu Ilmiyah dan amal ilmiyah. Misalnya, Ketika Nabi Ibrahim di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikkan tentang kewajiban Haji, "Waa adzim Finnassi bi Hajjatuka arrijalan - Saya bisa Apa, suara saya terbatas, Ya Allah". Kata Allah, Sampaikan saja, nanti Aku yang mengurusnya. Akhirnya, seluruh dunia mendengarkan apa yang disampaikkan oleh Nabi Ibrahim dan yang di takdirkan Haji, bisa berHaji.

Tidak perlu takut. Sebab, "Iyyam sasskum qorhun faqod masal qoma qorhuma mistlu - kalau kamu terluka, orang- orang yang tidak benar juga terluka demi ketidakbenarannya. Masa kita demi kebenaran tidak berani".

Suatu ketika dalam perang, banyak sahabat yang mengalami luka-luka. Lalu, mereka mengadu pada Rosulullah, gegara membela dan mengikuti Rosulullah. Para sahabat tersebut, mengira Keluhannya di apresisasi oleh Allah, ternyata Allah tidak mengapresiasinya. justru Allah menurunkan Ayat, " in takunu ta'lamuna fa innahum ya'lamuna k**a ta'lamuna fatarjuna minallah ma larjun - kalau kamu sakit karena perang. Orang kafir juga mengalami hal yang sama. Demi kekafirannya saja, mereka berani. Sedangkan kamu punya nilai lebih, yaitu berharap kepada Allah, yang mereka tidak punya".

Misalnya, koruptor - mengendus peluang mencuri Uang Rakyat. Tidak takut Harga diri dan identitasnya di lucuti, saat ketahuan. Padahal untuk sesuatu yang salah. Sedangkan kita, mau Sholat Tahajjud saja masih takut kedinginan. Mau melakukan kebaikan saja, masih mempertimbangkannya untung dan rugi.

Ihwal itulah kita harus berani medegungkan kebenaran Allah, bahwa Allah adalah Dzat yang paling penting. Sebahagian ulama mendaku, "Illa liya' budun illa liya' ri funi - supaya mereka kenal Allah". Karena itulah, sehingga beberapa diantara kita tidak terpengaruh, apakah orang menerima apa yang di sampaikkan atau tidak. Sebab, Agak lucu juga, jika kita sedang berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Lalu, kita di dikte oleh Mahkluk, di pasung oleh lingkungan atau terpenjara oleh apapun selain Allah. Jika mau menyampaikan. yah, sampaikkan saja.

Ada seorang Ulama, ketika terkenal banyak yang datang padanya, ia kemudian menangis. Lalu, di tanyalah oleh sepupunya, Kenapa engkau menangis?. Jawab ulama ini, saya ini Sholeh untuk diri saya sendiri, saya berbuat baik untuk diri saya sendiri. Lantas, mengapa orang-orang begitu menghormati saya. Jangan-jangan ini adalah cikal bakal untuk berpaling dari mengingat Allah kepada Mengingat Mahluk.

Imam Al Ghazali memberikan contoh Di Ihya Ulumuddin tentang menjadi orang terkenal dan Tidak terkenal, beliau menyampaikkan, " jika ingin menjadi Orang yang Ikhlas maka sebaiknya orang itu tidak terkenal". Untuk hal itu kita sepakat, barangkali jika ia terkenal akan selalu di paksa publik untuk Jaga Image atau apalah namanya.

Tetapi, ketika pertanyaannya di balik, apakah kita rela, jika yang terkenal adalah orang tidak benar. Sementara orang yang benar tidak terkenal. Lalu, ummat tahunya yang tidak benar. Kalau pertanyaannya di balik seperti itu bagaimana?. Politisi yang baik tidak terkenal, sedangkan politisi yang tidak baik terkenal?.

Kata Al Ghazali, Jika kamu ingin ibadah kamu selamat. Maka, kamu jangan terkenal. Tetapi, resikonya adalah jika kebaikan tidak terkenal maka kebaikan tidak di kenali. Kalau tidak di kenali, maka ummat cuman punya contoh yang tidak baik. Karena yang baik tidak terkenal.

Misalnya, amal yang baik harus selalu di rahasiakan. Nabi mengatakan kamu sholat yang benar. Sahabat bertanya, "Caranya Bagaimana Ya Rosul?". Apakah Nabi menjawab, "itu rahasia". Tentu tidak.

Makanya, Nabi mengatakan "shollu k**a roiyatuminu usholli - Kamu sholat meniru saya sholat". Artinya, Nabi sholat sembunyi atau sholat di perlihatkan?. "Di perlihatkan". Begitu juga dengan kebaikan. Sebab, orang tahu bahwa itu Rumah sakit karena, ada tulisan rumah sakit, orang tahu itu dokter gigi, karena ada tulisan Dokter gigi. Jangan sampai, gegara tidak ada tulisan, orang mau beli bahan bangunan, dia datang ke dokter gigi Dan sebaliknya, orang mau periksa gigi, dia datang ke tokoh bangunan.

Imam Al Ghazali mengatakan, Bahwa Allah memerintahkan kepada para Nabi jika berbuat kebaikan selalu di munculkan, agar bisa di tiru. Sebab, jangan sampai yang tidak baiklah yang di pertontonkan.

Misalnya, hal ini bisa kita konversi ke contoh lain - semua Kita telah Tahu, bahwa Sholat subuh terdiri dari dua Raka'at, Sholat Magrib terdiri dari tiga Raka'at. Hanya saja, di beberapa soal Ummat kadang butuh contoh - Role Model. Kacaunya kita adalah kita Tahu, tapi kita tidak melakukannya - Ilmu Ilmiyahnya terpenuhi. Tetapi amal ilmiyahnya tidak.

Ada cerita Mahsyur dari Nabi, ketika Rosul banyak masalah, beliau kerap bertanya-tanya kepada Aisyah ; " Ya Khumairoh, Mengapa Bilal belum datang untuk Adzan atau Qomat". Begitu Bilal Datang, Nabi Senangnya Bukan Main, "Ya bilal Arifna bis sholat - wahai Bilal, berikanlah Istirahat kepadaku dengan Sholat.

Nabi Ketika sumpek menghadapi Dunia ini, istirahatnya dengan Sholat. makanya di sebut sebagai "Wa kurrotu aini fis sholat- tenangi hatimu dengan sholat".

Sedangkan kita, Yang di proyeksikan menjadi suluh peradaban, cara kita menenangkan diri, dengan Food, Fashion, Fun, Hura hara dan Hura-hura.

Mengapa Rosulullah, Menenangkan dirinya dari kesumpekan dunia dengan Sholat?. Agar kita tahu dan Ikuti bahwa perbedaan paling esensial antara Iblis dan Manusia adalah saat Pantatnya lebih tinggi dari kepalanya - Sujud. (Baca ; Kitab Al Bidayah Wa An Nihaya, Karya Ibnu Katsir). Bahkan Di dalam kitab Azzabidy Syarah Ihya ulumuddin, di jelaskan bagaimana Sujud sangat di puji - "Sujud adalah Identitas kamu, sujud adalah hakikat Kamu dan Untuk sujud kamu di cipatkan". Dengan Pemahaman seperti itu, maka sholat adalah sesuatu yang spesial. Untuk sesuatu yang spesial, Agak lucu dan tidak masuk akal, jika kuta tidak menikmatinya.

Selain itu, salah satu ciri dan sifat Ummat Rosulullah adalah "Tarohum Rukka was sujuda - Para Pencari Ruku dan sujud".

- Amanah Khutbah Jum'at, pada Jum'at Perdana di Sekretariat HMI Cab. Makassar - Botlem 39 -



Guru berasal dari bahasa Sangsakerta, "Gu" artinya Gelap. "Ru" artinya Menghilangkan. Jadi, Tugas Guru Membawa situasi d...
26/11/2022

Guru berasal dari bahasa Sangsakerta, "Gu" artinya Gelap. "Ru" artinya Menghilangkan. Jadi, Tugas Guru Membawa situasi dari gelap menuju terang. Kalau dalam Terma Al - Qur'am di sebut, "Minadzulumati Ilan Nur"

Sayangnya, hari ini tidak sedikit Guru menjadi Juru bicara dari Hoax dan Kegelapan. Padahal, Loyalitas Guru bukan terhadap pemerintah, melainkan terhadap ILMU PENGETAHUAN. Begitu dalilnya.

Saking pentingnya Ilmu, "Sofyan Shauri" mendaku, ada kata "Fa' lam annahu lailahaillahu". Di mulai kata Fa' lam. Bahkan setiap Nabi, status permanennya, hanya satu yaitu MENGAJAR (GURU), "Robbana wa baats fihim rosulan min inna su alaihim ayathik - membacakan ayat-ayat Allah dan "wa yu allimu humul kitab wal hikmah - mengajarkan kitab dan hikmah".

Tidak hanya itu, Allah sendiri mensifati dirinya dengan, " wa Sofa dzatal aliyah bi annahu al muallim", Allah mengajarkan, Arrohmanu allamal Qur'an.

**

Beberapa tahun lalu, kita baca Tag line Hari Guru, "Guru adalah penggerak Indonesia Maju". Indonesia maju adalah tag line presiden Jokowi. Tetapi, di beberapa Beranda medsos kita juga baca beberapa ciutan, tentang "Derita Guru". Bagaimana mungkin orang yang menderita bisa memajukan pendidikan?

Kita lanjutkan Paradigma tersebut, "Guru adalah penggerak Indonesia maju". Pertanyannya adalah siapa yang menggerakan Guru ; Apakah dengan ekonomi di bawah 5 % bisa menggerakkan Guru. Ironisnya guru-guru kita menaggung kegagalan ekonomi yang tidak bertumbuh. Jadi, memang ada kekacauan paradigma.

"Guru adalah penggerak indonesia maju". Indonesia maju adalah suksesnya Kementrian Parawisata, Kementrian ESDM, Kementrian Perdangangan, Kementrian Industri, Kementrian Pertanian dan Kementrian Lainnya. Artinya, Guru adalah penggerak kementrian-kementrian tersebut. Sehingga Kementrian pendidikan mestinya menjadi penyuplai Nutrisi kepada kementrian - kementrian lainnya.

Kita ini, mau menghormati Guru denga membohongi alam pikiran sendiri. Kita mau membayangkan masa depan, tetapi dengan Ide kolektif yang buruk. Kalau kita katakan apa yang menggerakkan Guru?. Tentu, ide tentang Indonesia maju. Kita tanya pada pemerintah, apa itu indonesia maju?. Tidak ada jawaban, kecuali mereka akan mencapai infrastruktur Statis. Lalu, Apa kaitannya Indonesia maju dengan Filosofi pendidikan?

Jika kita perhatikan di negara-negara Asia atau negara-negara maju. Mereka punya sistem seleksi yang sangat ketat, siapa yang menjadi Guru. Di korea, Yang menjadi Guru adalah mereka yang masuk Rangking 5 Terbaik se-Korea. Di Singapura, mereka yang masuk Rangking 3 terbaik. Di sini kita tidak pernah mendengar hal itu, bahkan kita mengesampingkan Variabel tersebut. padahal Korelasi antara Kualitas Guru dan Murid itu equivalen. Artinya, kita jangan hanya terfokus untuk memperhatikan Kualitas muridnya atau Kualitas kurikulumnya saja. Tetapi, kualitas Guru yang mengajar, tidak.

Pun Guru-guru yang berkualitas. Untung, kalau mereka mau menjadi Guru. Sebab, pasti mereka punya kawan yang juga berkualitas. Tetapi, enggan memilih profesi sebagai guru. Justru, Mereka akan lebih memilih menjadi bangkir atau CEO, dsb. Mengapa?. Karena, kita tidak menghargai profesi Guru. Kita hanya menghargai Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sekalipun hal itu juga sudah derogatif.

Padahal, Anggaran pendidikan kita menyerap sampai 20% APBN, pertanyaanya Anggaran tersebut di alirkan kedalam kurikulum apa?. Anggaran tersebut di investasikan kedalam ide apa?. Malayasia dan Vietnam juga melakukan hal yang sama. Bahkan dulu Mesir Menginvestasikan 50 %, separuh dari APBN mereka kedalam Kurikulum pendidikan dan Gagal. Artinya, bukan Nominalnya. Tetapi, ide apa yang mau di hidupkan dengan anggaran sebesar itu.

Selain Pedagogy of Hope dan Kontekstual yang Niscaya di subsidikan kedalam kemampuan Guru dan Dosen (Pengajar). mestinya Guru dan Dosen itu di berikan insentif habis-habisan. Sebab, kompetisi itu di mulai juga dengan insentif yang bermutu. Guru dan Dosen kita di indonesia, karena kekurangan Biaya, terpaksa nyambi untuk mencari tambahan Hidup. Maka, wajar Jioa Kualitas mengajarnya turun.

Kalau kita lihat High school di korea, yang lulus dari situ, di suruh mengambil SIT oleh Pemerintahnya. 99% yang mengambil SIT, pasti skornya Perfect. Padahal, untuk mendapatkan skor 98 saja, kabarnya sudah jungkir balik, saking kompetitifnya, apalagi sampai Perfect skornya. Bayangkan.

Sedangkan kita di sini, Kompetisi ketat hanya terjadi di dalam Parpol, bukan di insitusi keguruan. Luar biasa Ajaibnya. Padahal, Kalau kita baca sistem politik di negara-negara maju. Mereka yang masuk kedalam gelanggang politik, karena mereka punya Misi membangun bangsa. Bukan mereka yang hanya menawarkan Dogeng pengantar Tidur belaka.

Hal itu, bisa kita baca dalam geanologi Di awal - awal kemerdekaan bangsa kita. Pejuang sekaligus seorang Guru - Jendral Sudirman, Soekarno, Sjahrir, Hatta, Natsir, Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantoro, K.H. Ahmad dahlan K.H. Hasyim Asy'ari, Dsb. Energi mereka di kuras untuk suatu "politik of Hope". Mereka membanyangkan perubahan kualitatif. Karena, mereka mengalami sendiri penderitaan di masa kolonial. Dendamnya, Mereka tumpahkan kedalam kurikulum. Makanya Insitusi pendidikan kita di awal kemerdekaan, di hasilkan oleh Dialektika intelektual yang kuat, Yang nyaris tak pernah kita temukan lagi sekarang.

- Kemarin Hari Guru - Selamat - Aku Lala Padamu Guru-GuruKu 🌷😍 -


Address


Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Nalar Pinggiran posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Nalar Pinggiran:

Videos

Shortcuts

  • Address
  • Telephone
  • Alerts
  • Contact The Business
  • Videos
  • Claim ownership or report listing
  • Want your business to be the top-listed Media Company?

Share