07/01/2023
-BELUM ADA JUDUL-
Dulu, Di zaman Rosul sampai dengan Masa para sahabat, Tabi'in dan Tabi' tabi'in. Masjid menjadi lokomotif kegiatan Ummat, semua Problem Ummat - Sosial, Ekonomi, Politik, sakral sampai Urusan Non Sakral, pusat Episentrumnya adalah Masjid.
Al- Qur'an dan Hadits adalah rujukan Utama, yang Teringklud dari Pribadi Rosulullah SAW. Dengan dalil itu p**a, Kerangka Pikir dan Sikap, Peletak Komunitas ini memproyeksikan agar kelak pelanjut - Generasi - Kadernya Menjadi Mata air dan Suluh peradaban.
Selain itu, Keikhlasan lafran muda beserta kawan-kawannya dan Hanya mengharap Ridho Allah, sehingga komunitas ini masih tetap ada Hingga kini.
Hanya saja, belakangan ada patologi akut yang menggejala, yaitu "Kita bicara untuk sesuatu yang kita tidak lakukan dan kita melakukan untuk sesuatu yang kita tidak tahu". Hal ini menyangkut semua Hal - entah itu urusan sakral ataupun Non Sakral.
Contoh paling dekat yang bisa secara cepat kita tarik benang merahnya. Korupsi, Kolusi, nepotisme, menghalalkan segala cara dan upaya untuk mendapatkan sesuatu adalah salah, dan Kita Tahu itu salah. Tetapi, anenhnya kita tetap melakukannya?.
Padahal Kebenaran harus di mulai dengan di perkenalkan, "Yu dziruhu Aladdini Kulli". Di perkenalkan di sini ada dua ; Ilmu Ilmiyah dan amal ilmiyah. Misalnya, Ketika Nabi Ibrahim di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikkan tentang kewajiban Haji, "Waa adzim Finnassi bi Hajjatuka arrijalan - Saya bisa Apa, suara saya terbatas, Ya Allah". Kata Allah, Sampaikan saja, nanti Aku yang mengurusnya. Akhirnya, seluruh dunia mendengarkan apa yang disampaikkan oleh Nabi Ibrahim dan yang di takdirkan Haji, bisa berHaji.
Tidak perlu takut. Sebab, "Iyyam sasskum qorhun faqod masal qoma qorhuma mistlu - kalau kamu terluka, orang- orang yang tidak benar juga terluka demi ketidakbenarannya. Masa kita demi kebenaran tidak berani".
Suatu ketika dalam perang, banyak sahabat yang mengalami luka-luka. Lalu, mereka mengadu pada Rosulullah, gegara membela dan mengikuti Rosulullah. Para sahabat tersebut, mengira Keluhannya di apresisasi oleh Allah, ternyata Allah tidak mengapresiasinya. justru Allah menurunkan Ayat, " in takunu ta'lamuna fa innahum ya'lamuna k**a ta'lamuna fatarjuna minallah ma larjun - kalau kamu sakit karena perang. Orang kafir juga mengalami hal yang sama. Demi kekafirannya saja, mereka berani. Sedangkan kamu punya nilai lebih, yaitu berharap kepada Allah, yang mereka tidak punya".
Misalnya, koruptor - mengendus peluang mencuri Uang Rakyat. Tidak takut Harga diri dan identitasnya di lucuti, saat ketahuan. Padahal untuk sesuatu yang salah. Sedangkan kita, mau Sholat Tahajjud saja masih takut kedinginan. Mau melakukan kebaikan saja, masih mempertimbangkannya untung dan rugi.
Ihwal itulah kita harus berani medegungkan kebenaran Allah, bahwa Allah adalah Dzat yang paling penting. Sebahagian ulama mendaku, "Illa liya' budun illa liya' ri funi - supaya mereka kenal Allah". Karena itulah, sehingga beberapa diantara kita tidak terpengaruh, apakah orang menerima apa yang di sampaikkan atau tidak. Sebab, Agak lucu juga, jika kita sedang berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Lalu, kita di dikte oleh Mahkluk, di pasung oleh lingkungan atau terpenjara oleh apapun selain Allah. Jika mau menyampaikan. yah, sampaikkan saja.
Ada seorang Ulama, ketika terkenal banyak yang datang padanya, ia kemudian menangis. Lalu, di tanyalah oleh sepupunya, Kenapa engkau menangis?. Jawab ulama ini, saya ini Sholeh untuk diri saya sendiri, saya berbuat baik untuk diri saya sendiri. Lantas, mengapa orang-orang begitu menghormati saya. Jangan-jangan ini adalah cikal bakal untuk berpaling dari mengingat Allah kepada Mengingat Mahluk.
Imam Al Ghazali memberikan contoh Di Ihya Ulumuddin tentang menjadi orang terkenal dan Tidak terkenal, beliau menyampaikkan, " jika ingin menjadi Orang yang Ikhlas maka sebaiknya orang itu tidak terkenal". Untuk hal itu kita sepakat, barangkali jika ia terkenal akan selalu di paksa publik untuk Jaga Image atau apalah namanya.
Tetapi, ketika pertanyaannya di balik, apakah kita rela, jika yang terkenal adalah orang tidak benar. Sementara orang yang benar tidak terkenal. Lalu, ummat tahunya yang tidak benar. Kalau pertanyaannya di balik seperti itu bagaimana?. Politisi yang baik tidak terkenal, sedangkan politisi yang tidak baik terkenal?.
Kata Al Ghazali, Jika kamu ingin ibadah kamu selamat. Maka, kamu jangan terkenal. Tetapi, resikonya adalah jika kebaikan tidak terkenal maka kebaikan tidak di kenali. Kalau tidak di kenali, maka ummat cuman punya contoh yang tidak baik. Karena yang baik tidak terkenal.
Misalnya, amal yang baik harus selalu di rahasiakan. Nabi mengatakan kamu sholat yang benar. Sahabat bertanya, "Caranya Bagaimana Ya Rosul?". Apakah Nabi menjawab, "itu rahasia". Tentu tidak.
Makanya, Nabi mengatakan "shollu k**a roiyatuminu usholli - Kamu sholat meniru saya sholat". Artinya, Nabi sholat sembunyi atau sholat di perlihatkan?. "Di perlihatkan". Begitu juga dengan kebaikan. Sebab, orang tahu bahwa itu Rumah sakit karena, ada tulisan rumah sakit, orang tahu itu dokter gigi, karena ada tulisan Dokter gigi. Jangan sampai, gegara tidak ada tulisan, orang mau beli bahan bangunan, dia datang ke dokter gigi Dan sebaliknya, orang mau periksa gigi, dia datang ke tokoh bangunan.
Imam Al Ghazali mengatakan, Bahwa Allah memerintahkan kepada para Nabi jika berbuat kebaikan selalu di munculkan, agar bisa di tiru. Sebab, jangan sampai yang tidak baiklah yang di pertontonkan.
Misalnya, hal ini bisa kita konversi ke contoh lain - semua Kita telah Tahu, bahwa Sholat subuh terdiri dari dua Raka'at, Sholat Magrib terdiri dari tiga Raka'at. Hanya saja, di beberapa soal Ummat kadang butuh contoh - Role Model. Kacaunya kita adalah kita Tahu, tapi kita tidak melakukannya - Ilmu Ilmiyahnya terpenuhi. Tetapi amal ilmiyahnya tidak.
Ada cerita Mahsyur dari Nabi, ketika Rosul banyak masalah, beliau kerap bertanya-tanya kepada Aisyah ; " Ya Khumairoh, Mengapa Bilal belum datang untuk Adzan atau Qomat". Begitu Bilal Datang, Nabi Senangnya Bukan Main, "Ya bilal Arifna bis sholat - wahai Bilal, berikanlah Istirahat kepadaku dengan Sholat.
Nabi Ketika sumpek menghadapi Dunia ini, istirahatnya dengan Sholat. makanya di sebut sebagai "Wa kurrotu aini fis sholat- tenangi hatimu dengan sholat".
Sedangkan kita, Yang di proyeksikan menjadi suluh peradaban, cara kita menenangkan diri, dengan Food, Fashion, Fun, Hura hara dan Hura-hura.
Mengapa Rosulullah, Menenangkan dirinya dari kesumpekan dunia dengan Sholat?. Agar kita tahu dan Ikuti bahwa perbedaan paling esensial antara Iblis dan Manusia adalah saat Pantatnya lebih tinggi dari kepalanya - Sujud. (Baca ; Kitab Al Bidayah Wa An Nihaya, Karya Ibnu Katsir). Bahkan Di dalam kitab Azzabidy Syarah Ihya ulumuddin, di jelaskan bagaimana Sujud sangat di puji - "Sujud adalah Identitas kamu, sujud adalah hakikat Kamu dan Untuk sujud kamu di cipatkan". Dengan Pemahaman seperti itu, maka sholat adalah sesuatu yang spesial. Untuk sesuatu yang spesial, Agak lucu dan tidak masuk akal, jika kuta tidak menikmatinya.
Selain itu, salah satu ciri dan sifat Ummat Rosulullah adalah "Tarohum Rukka was sujuda - Para Pencari Ruku dan sujud".
- Amanah Khutbah Jum'at, pada Jum'at Perdana di Sekretariat HMI Cab. Makassar - Botlem 39 -