08/05/2022
Pentingnya Sanad dan Ijazah
(Menjawab mengapa Iksab18 memilih memulai tradisi ijazah dan sanadan)
Keotentikan ilmu pengetahuan. Terlebih bila itu berkaitan dengan ajaran yang akan diamalkan dan menjadi pegangan.
Ilmu dan amal yang dimiliki oleh seseorang hendaknya bersumber dari ajaran yang dapat dipertanggungjawabkan kelurusannya. Tak lain agar nantinya kelak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kita mengenal bahwa dalam periwayatan juga mempertimbangkan sosok penyampai dengan kriteria yang tak sedikit. Adil, shalih, tidak pembohong, tidak pelupa, dsb. Kemudian cara meriwayatkan pun juga dipertimbangkan. Mulai dengan mendengar langsung, membaca dan disimak, ijazah dsb.
Hal ini menunjukkan pentingnya sosok guru dalam silsilah ilmu seseorang dan cara beliau-beliau menyampaikan.
Sanad, atau rantai yang saling terhubung antar guru sampai kepada Rasulullah sang kota ilmu penting sekali untuk turut menjamin kebenaran dan keotentikan ilmu dan amal kita.
Bahkan sanad merupakan kekhasan umat Nabi yang meliputi tiga perkara; Sanad, Nasab, dan I'rab dan tidak dimiliki umat sebelumnya hal ini dituturkan oleh al-hafiz Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Rasyid as-Saqofy (w.309) dan dinukil oleh Kyai M. Sa'id Abdurrahim dalam Inbahurrowad karangan beliau.
Abdullah ibnul Mubarak menekankan bahwa perumpamaan orang yang mencari urusan agamanya tanpa sanad adalah bagaikan orang yang hendak naik ke atap tanpa tangga.
Imam Syafi'i menuturkan p**a perumpaan orang yang mencari hadits (dan secara lebih luas pun berlaku untuk urusan ilmu) adalah bagaikan orang yang memanggul kayu bakar sedang ia tak tahu bahwa di dalam ikatannya ada ular. Karena apa yang ia bawa tidak ia ketahui diperoleh dari sosok yang bagaimana. Jangan-jangan yang selama ini ia yakini adalah kesalahan. Maka perlu sekali mempunyai catatan guru-guru yang mengantarkan ilmu dan amal yang dipegangi oleh seseorang.
Ijazah tak ubahnya pengakuan guru kepada murid bahwa ia telah sah untuk menyampaikan ilmu atau mengamalkan sesuatu. Kyai M. Sa'id dalam kitab beliau Inbahurowad menukil dari kitab Zubdatul Itqan karya Sayyid Muhammad menuturkan bahwa ijazah menjadi penting karena kaprahnya seseorang tidaklah mengenal dirinya sendiri, ia tak tahu sudakah ia ahli ataukah belum. Sedangkan syarat utama sebenarnya adalah keahlian, maka ijazah disini berperan penting sebagai wujud kesaksian seorang guru kepada muridnya.
Ijazah sendiri sebenarnya bukanlah syarat untuk menyampaikan ilmu, maupun mengamalkan sesuatu. Orang yang tahu bahwa dirinya sendiri memang telah ahli untuk melakukannya maka boleh-boleh saja untuk mengajar maupun mengamalkan sesuatu. Karena yang paling pokok adalah keahlian. Misalkan sudah mengaji langsung kepada guru dengan paham betul, dan mampu mengajarkannya tidak perlu ijazah dari guru, begitu p**a sebaliknya meskipun sudah diijazahi semua guru namun ia sendiri tidak ahli, maka juga tidak boleh mengajar.
Bagi orang yang sudah ahli pun juga tak lantas boleh melewatkan faidah meminta ijazah yang merupakan bentuk ngalap berkah kepada guru yang sanad ilmunya sampai pada ilmu atau amalan yang ia kuasai.
Kyai Sa'id pernah menuturkan pada suatu kesempatan khataman ngaji kitab Ar-Rozan karangan beliau sendiri bahwa ijazah juga diposisikan sebagai penutup kekurangan yang terjadi dalam proses mengaji langsung yang terkadang uzur tidak hadir, mengantuk, kosong, dsb.
Kita perlu menyadari betapa banyaknya Masyayikh yang telah berp**ang ke rahmatullah, lantas siapa lagi yang layak prihatin dan berkeinginan kuat mewarisi keilmuan, amaliyah, silsilah ilmu, ahwal, aurad beliau kalau bukan kita selaku para santri?
Maka mumpung, beliau-beliau masih dapat kita temui, di kala sulitnya pertemuan selepas gladi formal dalam madrasah, pada kesempatan inilah jangan kita sia-siakan untuk nyadong berkah ijazah amaliyah dan kitab agar kita terhubung dalam rantai sanad beliau yang terus diwariskan oleh para guru terdahulu.
Link twibbon
http://twb.nz/hbh1443iksab2018
Road to Halal bi Halal, Sanadan, Ijazahan
Ikatan Siswa Abiturien TBS angkatan 2018