17/08/2023
Blang Mancung - Kisah inspiratif dan penuh semangat datang dari Romi Aditya, seorang pria tangguh yang selamat dari dahsyatnya Gempa Gayo 2013.
Ia berhasil mewujudkan mimpinya menjadi atlet difabel berprestasi di tingkat nasional.
Kala itu, Romi masih berusia 6 tahun dan baru saja merampungkan pendidikan di Taman Kanak-Kanak di Desa Blang Mancung pada bulan Mei 2013.
Sebagai hadiah atas pencapaiannya telah menyelesaikan pendidikannya di Taman Kanak-Kanak, sang ayah bernama Sunardi, yang berusia 48 tahun, diam-diam membelikan Romi sepasang sepatu baru.
Rencananya, sepatu itu akan diberikan pada Romi sebelum hari pertama masuk Sekolah Dasar, sebagai tanda semangat untuk memulai perjalanan pendidikannya yang baru.
Namun, takdir berkata lain. gempa dahsyat mengguncang tanah Gayo kala itu 2 Juli 2013 mengubah arah cerita hidup Romi dengan dramatis.
Ketika guncangan gempa menggelegar dengan dahsyat, Romi tengah bermain riang di lantai dua Masjid Babussalihin Kampung Blang Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah.
Namun, dalam sekejap, masjid yang belum sempat selesai itu runtuh begitu saja, menimbun tubuh mungil Romi di bawah reruntuhan beton.
Tapi di tengah kehancuran itu, Tuhan memeluknya dengan kasih sayang-Nya. Orang-orang Blang Mancung menyebutnya sebagai mukjizat.
Dalam perjuangan yang luar biasa, Romi merangkak keluar dari timbunan puing-puing.
Sayup-sayup terdengar suara tangisan seorang anak di antara reruntuhan, dan itulah Romi.
Kakinya terluka parah, bahkan putus akibat tertindih beban beton yang berat.
Namun, tekadnya yang kuat dan kehendak untuk bertahan hidup menggerakkan setiap gerakan merangkaknya.
"Kaki saya sebelah hilang di tempat saat itu, saya berusaha keras untuk keluar dari puing-puing beton itu," kenang Romi kepada TribunGayo.com, Kamis (10/8) lalu.
Sunardi, sang ayah, mengenang momen itu dengan haru, sepuluh tahun yang lalu sepatu yang ia beli untuk Romi hilang dari impiannya.
"Dia merangkak sendiri, sejauh beberapa puluh meter, sampai akhirnya diselamatkan oleh warga setempat," kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Blang Mancung menjadi salah satu Desa inpyang terpukul paling parah oleh gempa mengerikan itu.
Kala itu Roni bersama teman-temannya yaitu Doni, Wardiman, Ardian, serta dua bocah cilik Fadhil dan Firdaus, semuanya menjadi korban runtuhnya Masjid Babussalihin.
"Kami ada delapan orang di lantai atas masjid, Tapi yang lain semua meninggal hanya saya yang selamat," ujar Romi.
Namun, Romi tak membiarkan dirinya terpuruk oleh tragedi itu. Dukungan keluarga dan tekad bulat untuk meraih keberhasilan mengantarkannya pada perjalanan inspiratif yang luar biasa.
Kini, setelah melalui perjuangan dan dedikasi yang tak tergoyahkan, Romi telah meraih puncak prestasi dari tanah kelahirannya, Aceh Tengah.
Ia berhasil mengukir namanya di panggung nasional dengan meraih medali perak dalam ajang Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) ke-X yang diselenggarakan di Palembang pada tanggal 1 hingga 6 Agustus 2023.
Kisah Romi Aditya adalah bukti hidup bahwa semangat dan tekad yang kuat mampu mengatasi segala rintangan.
Dari bocah yang selamat dari reruntuhan, ia telah tumbuh menjadi atlet difabel yang menginspirasi banyak orang dengan prestasinya.