19/06/2023
TERUSLAH MENULIS ORANG TUA UNTUK BANGSA DAN GENERASI PAPUA
”Jika ingin diingat orang setelah Anda tiada, tulislah sesuatu yang patut dibaca atau berbuatlah sesuatu yang patut diabadikan_*. - Benjamin Franklin-.
*"_Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari_". - Pramoedya Ananta Toer-.*
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
Seorang muda cerdas menulis kepada saya dengan pesan seperti yang saya kutip di bawah ini. Karena saya anggap sangat berharga komentar anak muda cerdas dan calon ilmuwan bangsa Papua Barat ini, maka saya pilih judul artikel.
"Teruslah menulis orang tua untuk bangsa dan generasi Papua" (IS, 19 Juni 2023)
Komentar anak muda ini sangat berharga dan motivasi orang tua dari seorang anak kepada orang tua. Wujud rasa respek dan hormat kepada anak muda ini, saya abadikan dukungan motivasi ini dalam tulisan ini, supaya komentarnya abadi dalam sejarah rakyat dan bangsa Papua Barat. Anak muda ini juga ke depan akan sampaikan kepada anak cucunya bahwa "Tete" mereka pernah menghargai pikiran dan pendapatnya.
Artinya, hidup ini saling menghargai, saling mendengarkan, saling mendukung dan saling mengakui tanpa memandang usia, latar belakang pendidikan dan status sosial.
"SAYA MENULIS UNTUK MEMBANGUN KESADARAN, PERSATUAN, HARAPAN & OPTIMISME BANGSA PAPUA BARAT".
"TULIS-kanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini" (Wahyu 1:19)
"Ingat gadis Jepara itu, ingat Mutatuli, ingat Hatta, ingat Suwardi Suryoningrat, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, semua menggoncangkan sendi-sendi pemerintah kolonial dengan tulisan. Ya, dengan TULISAN! (Mayon Sutrisno: Arus Pusaran Sukarno, Roman Zaman Pergerakan: 2001:201).
"Tulisan bisa menjadi senjata" (Mayon: 392).
"Lebih berbahaya lagi kalau saya diam saja" (Mayon: 2001: 266).
"Kita akan memilih jalan perjuangan tidak dengan kata-kata, tetapi dengan PENA" (Mayon: hal. 254).
"Ketidakadilan ini harus dilawan dengan tulisan" ( Mayon: hal. 388).
Seperti rasul Yohanes Pembaptis menulis dalam Kitab Wahyu. Dewasa ini dalam realitas kehidupan Penduduk Orang Asli Papua (POAP) harus ditulis tentang semua yang sedang terjadi, supaya para penindas tidak seenaknya menindas rakyat dan bangsa Papua Barat.
"TULIS-kalah kepada malaikat jemaat di Efesus. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Smirna. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Sardis. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia. TULIS-kanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia" (Yohanes 2:1; 8, 12, 18; 13:1,7, 14).
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan..." (Wahyu 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22).
"Kalau saja setiap orang mau menuliskan pengalamannya, aku yakin, tidak menunggu waktu setahun lagi pemerintahan kolonial bakal tumbang" ( hal. 165).
"Tulis semua kau tahu tentang bangsamu! Bangsa tertindas yang selama berabad-abad membisu. Tulis." (hal. 203).
"Saya akan menyatakan sebagai musuh kepada siapa saja yang akan merobah bangsa Hindia Belanda menjadi bangsa Eropa. Selama matahari dan bintang masih bersinar, saya akan melawan mereka" (hal. 171).
"Kalau selalu menunggu pertolongan orang lain, kita tidak pernah memulai. Setiap hari kami berusaha menerobos pagar penjajahan. Zaman akan berubah. Peta politik yang sekarang, adalah peta politik yang sedang berubah. Bagaimana pun bodoh dan primitifnya suatu bangsa, ia akan tumbuh, berkembang, dan memiliki naluri mempertahankan hidup." (Arus Pusaran Soekarno: Roman Zaman Pergerakan: Mayon Sutrisno: 2001).
"Kalau kau punya keberanian beberkan di koran agar penguasa tahu bagaimana nasib mereka sesungguhnya. Jangan takut, karena sudah saatnya kita harus berani bicara" (hal.147).
Harga dan nilai Penduduk Orang Asli Papua (POAP) menjadi terlalu murah di mata penguasa Indonesia. POAP dipandang sangat rendah dan disamakan dengan monyet, gorila, tikus, nyamuk, kopi-susu, belalang, maka dengan mudah tanpa merasa salah dan dosa dimutilasi dan tewas di tangan aparat keamanan Indonesia dengan stigma, label dan mitos separatis, opm, kkb, dan teroris.
Siasat pecah belah yang dilancarkan penguasa kolonial Indonesia membuat POAP dibuat tidak berdaya dan dibuat seperti tamu dan orang asing di atas Tanah leluhur sendiri. Otonomi Khusus jilid nomor 2 tahun 2021 dan DOB boneka adalah siasat pecah belah atau politik de vide et impera di depan mata kita. DOB boneka ialah bentuk pendudukan dan penjajahan paling kejam, barbar dan tidak ada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. DOB boneka ada mesin pemusnah Penduduk Orang Asli Papua. DOB adalah senjata ampuh tanpa bunyi untuk pemusnahan POAP.
Pada saat POAP bersuara untuk membela kehormatan, harga diri, martabat kemanusiaan dan hak atas Tanah, hak politik dan hak demokrasi dibungkam mulut dengan pasal makar dan melawan negara dan diproses hukum dan dipenjarakan.
Suara yang disampaikan untuk keadilan dan kesamaan derajat dibungkam dengan kekuatan militer, brimob dan kepolisian yang selalu siap menyerang, menangkap dan menembak mati. Hidup POAP sangat malang dan berada seperti berhadapan langsung dengan Iblis dalam kerajaan dan kekuasaannya.
"Sukmatari, kau sudah melangkah. Jangan mundur. Tulis sebanyak-banyaknya tentang bangsamu. Bangsa tertindas yang selama berabad-abad membisu. Tulis, umumkan, jangan sampai tak melakukan perlawanan. Ingat gadis Jepara itu, ingat Mutatuli, ingat Hatta, ingat Suwardi Suryoningrat, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, semua menggoncangkan sendi-sendi pemerintah kolonial dengan tulisan. Ya, dengan TULISAN! Menulis dan menulis sangat berbeda, ada orang menulis untuk klangenan, ada orang menulis untuk memperjuangkan sesuatu. Dan semua patriot yang kusebut, mereka menulis untuk memperjuangkan asas. Menulis hanya sebuah cara! Tulis Sukma.Tulis semua yang kau ketahui mengenai bangsamu. Tulis semua gejolak perasaanmu tentang bumi sekitarmu. Karena dengan menulis kau belajar bicara. …” (Mayon Sutrisno: Arus Pusaran Sukarno, Roman Zaman Pergerakan: 2001:201).
Saya menulis untuk rakyat dan bangsaku. Saya menulis untuk kemuliaan dan kehormatan bangsaku. Saya menulis untuk martabat bangsaku. Saya menulis untuk sampaikan pesan tentang penderitaan bangsaku kepada siapa saja. Saya menulis untuk nyalakan cahaya lilin kecil untuk bangsaku. Saya menulis untuk umumkan secara terbuka kepada semua orang tentang krisis dan tragedi kemanusiaan berkepanjangan yang dialami bangsaku.
Saya menulis dengan visi kebangsaan. Saya menulis dengan tujuan. Saya menulis digerakkan dengan kekuatan visi, tujuan dan target. Saya menulis dengan keadaan sadar. Saya menulis apa yang saya tahu. Saya menulis apa yang saya mengerti. Saya menulis apa yang saya lihat. Saya menulis apa yang saya saksikan. Saya menulis apa yang saya alami. Saya menulis apa yang saya pikir. Saya tulis apa yang saya rasakan.
Saya menulis untuk melawan rasisme, ketidakadilan, kolonialisme, kapitalisme, neo imperialisme, diskriminasi, marginalisasi, pemusnahan etnis Penduduk Orang Asli Papua (POAP) secara sistematis, terprogram, terstruktur, masif, kolektif, meluas dan kolektif yang dilakukan oleh penguasa kolonial modern Indonesia yang bertangan besi dan kejam dan tidak mengenal rasa kemanusiaan.
Saya menulis menyuarakan yang tak bersuara. Saya menulis untuk bangsaku yang tertindas dan terjajah. Saya menulis untuk bangsaku yang terabaikan. Saya menulis untuk bangsaku yang dibuat tidak berdaya. Saya menulis untuk bangsaku yang terpinggirkan dari tanah leluhur mereka. Saya menulis untuk melindungi bangsaku yang merasa ketakutan. Saya menulis untuk menyelamatkan bangsaku yang sedang dimusnahkan oleh penguasa Indonesia sebagai Firaun dan Goliat moderen.
Saya menulis tentang sejarah bangsaku. Saya menulis tentang harga diri dan identitas bangsaku. Saya menulis pengalaman bangsaku. Saya menulis tentang harapan masa bangsaku.
Saya menulis untuk bebaskan bangsaku dalam rasa ketakutan. Saya menulis untuk sadarkan bangsaku yang sudah dilumpuhkan kesadaran oleh bangsa kolonial Indonesia. Saya meneguhkan dan menguatkan bangsaku yang ragu-ragu, kecewa dan bimbang
Menulis merupakan pertanggungjawanan iman dan ilmu pengetahuan serta panggilan hati nurani untuk rakyat dan bangsaku Melanesia di West Papua.
Tugas dan kewajiban saya dengan jalan menulis dapat mengubah cara pandang dan berpikir orang Melayu Indonesia, terutama penguasa, TNI-Polri yang menduduki dan menjajah bangsaku.
Semua penindasan, penjajahan dan kejahatan negara yang berbasis rasisme ini harus kita akhiri. Mari, kita bersama-bersama dalam posisi kita masing-masing MENULIS dan MENULIS untuk suarakan, bahwa masalah kejahatan kemanusiaan, marjinalisasi, diskriminasi, ketidakadilan dan rasisme yang terjadi sebelum dan selama Otonomi Khusus harus diselesaikan. Untuk penyelesaian semua persoalan di Papua ada empat pokok akar konflik yang sudah dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI: sekarang Badan Riset Inovasi Nasional -BRIN) yang tertuang dalam buku Papua Road Map: Negociating the Past, Improving the Present and Securing the Future (2008), yaitu:
1) Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2) Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada penyelesaian;
(3) Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4) Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.
Doa dan harapan penulis, para pembaca mendapat pencerahan.
Selamat membaca. Tuhan memberkati.
Waa.....Waa.....Kinaonak!
Ita Wakhu Purom, Minggu, 19 Juni 2023
Penulis: Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua;
===========
Kontak: 08124888458 (WA/HP)
08128888712 (HP/WA)