Generasi Strawberry, Kreatif Tetapi Mudah Rapuh
Kini banyak yang terpapar Self Diagnosis dari curhatan di sosmed. Bahkan makin sering diakui mereka "mengalami" Overthingking, quarter life crisis sampai ada yang mengklaim biopolar dan depresi.
Indonesia Mengalami Gejala Pada Generasi "Strawberry"
Dalam lukisan anak – anak, strawberry termasuk buah yang mudah digambar. Bentuknya eksotis dan indah. Namun begitu strawberry kena benturan atau tergesek sikat gigi saja, ia begitu mudah terkoyak dan hancur.
Inilah potret dari sebuah generasi yang lahir dari tangan – tangan orang tua yang jauh lebih sejahtera dari generasi – generasi sebelumnya. Mereka dari kelas menegah baru yang sudah mempunyai rumah sendiri, bahkan kendaraan, gadget, dan akses informasi yang lebih luas
Keadaan itu berbeda benar dengan keadaan di sini. Dimana orang tua turut campur dalam berbagai hal. Mulai dari memilih jurusan, universitas sampai pernikahan. Ini dapat melahirkan generasi dengan mindset yang amat berbeda dengan generasi satu tingkat di atasnya.
Dalam buku Rhenald Kasali "Strawberry Generation" memotivasi orang dengan cara menyadarkan pembaca bahwa sukses itu tidak dapat diraih dengan malas – malasan. Kita harus mau bekerja keras untuk mencapai sukses.
Manusia mempunyai dua jenis mindset yaitu growth mindset dan fixed mindset.
Orang – orang yang memiliki pengaturan pikiran tetap (fixed mindset) cenderung sangat mementingkan ijasah dan gelar sekolah, sedangkan mereka yang tumbuh (growth mindset) tetap menganggap dirinya “bodoh”. Baginya, ijazah dan IPK hanya merupakan langkah kemarin, sedangkan masa depan adalah soal dampak apa yang bisa anda berikan.
Celakanya universitas banyak dikuasai orang – orang yang bermental ijazah dan asal sekolah sehingga mereka sendiri yaitu fixed mindset.
Strawberry generation juga unik dan lebih terbuka. Mereka kreatif. Di dalam benaknya, tersimpan banyak sekali gagasan, termasuk yang paling liar sekalipun, kritis, dengan kemampuan con