Kita Orang Mongondow

Kita Orang Mongondow SEMUA PERIHAL TENTANG ORANG MONGONDOW

Menjelang Hari Sejarah Nasioanl
03/12/2024

Menjelang Hari Sejarah Nasioanl

Oleh Patra Mokoginta

DATU LOLODA MOKOAGOW kinta ki DATU BINANGKANG PAHLAWAN SELEBES UTARAPerjuangan Datu (Raja) Loloda Mokoagow pertama kali ...
06/11/2024

DATU LOLODA MOKOAGOW kinta ki DATU BINANGKANG PAHLAWAN SELEBES UTARA

Perjuangan Datu (Raja) Loloda Mokoagow pertama kali dipublikasi lewat karya Stella Mantiri dalam buku yang berjudul "Datoe Binankang, Raja Manado 1644-1689 Pelopor Kemerdekaan di Nusantara Utara". Buku berjumlah 72 Halaman ini, Datu Binangkang dibahas dalam 30 halaman. Buku ini diterbitkan tahun 1991. sesudahnya ada beberapa buku sejarah yang mengulas perjuangan Loloda Mokoagow juga berjumlah sekitar 30-50 halaman.

Buku Mukadimah Celebes Utara karya dari Patra Mokoginta merupakan buku yang memberikan porsi lebih banyak dalam membahas perjuangan Loloda Mokoagow. Perjuangan Loloda Mokoagow dalam melawan penjajahan bangsa asing diulas lebih dari 150 halaman dengan menggunakan berbagai data-dokumen yang terverifikasi baik dokumen primer maupun dokumen sekunder.

Buku Mukadimah Celebes Utara walau tidak khusus membahas sejarah Loloda Mokoagow namun perjuangan raja agung bagian dari ruang lingkup yang disajikan oleh penulis dalam buku ini. Mukadimah Celebes Utara menampilkan sejarah sulawesi utara dan maluku utara dalam kurun waktu abad ke-14 hingga abad ke-17. Loloda Mokoagow lah tokoh paling berpengaruh seantero daratan Sulawesi Utara pada abad ke-17.

Beberapa tahun sebelum kelahiran Loloda Mokoagow diwarnai konflik kerajaan Bolaang dengan perompak laut asal Loloda Halmahera. interaksi yang terus bergerak dinamis dari konflik hingga aliansi. Persekutuan pun terjadi antara kerajaan Bolaang yang dipimpin oleh Datu Tadohe dengan kerajaan Loloda yang dipimpin oleh Kolano Dukomalamo.

Loloda Mokoagow menjadi raja Manado menggantikan ayahnya (Dom Fernando) pada tahun 1644. Saat itu Loloda Mokoagow yang masih berstatus pangeran berhasil menjalankan misi sebagai utusan raja Manado yang adalah ayahnya sendiri. Saat itu raja Dom Fernando mengirim Loloda Mokoagow bersama 7 orang pengawalnya untuk pergi ke Ternate. Misi utama mereka adalah meminta bantuan Ternate dan Belanda untuk melawan pasukan Spanyol di Sulawesi Utara.

Setelah memastikan Sultan Ternate dan pasukan Belanda akan membantu Manado menghadapi Spanyol, Raja Dom Fernando kemudian mengundurkan diri dan Loloda Mokoagow selaku putra mahkota didaulat oleh para Bogani menduduki tahta raja Manado dan Bolaang menggantikan Dom Fernando.

Keterlibatan Loloda Mokoagow bersama Eyato dari Gorontalo yang berpihak ke Sultan Hasanudin dalam perang Makassar melawan Belanda membuat konstalasi politik memanas di Sulawesi Utara. Setelah kekalahan Makassar dan sekutunya (termasuk Loloda Mokoagow), raja Bolaang-Manado ini masih kukuh menolak intervensi Belanda atas Manado.

Tahun 1680-1682 Loloda Mokoagow melakukan perang besar melawan Belanda. Perang yang dikenal sebagai perang Celebes Utara. Perang besar yang akhirnya dimenangkan oleh Belanda dan sekutunya. Perang berakhir dengan aksi bumihangus negeri Solimandungan pertanda Belanda memenangkan perang besar ini.

Walau beberapa negeri telah jatuh ketangan Belanda namun hingga akhir hayat menjemputnya, Loloda Mokoagow berhasil mempertahankan kemerdekaan kerajaan Bolaang. Raja Bolaang ini wafat dengan tenang sebab kerajaan Bolaang yang didiaminya berstatus merdeka bukan vasal Belanda.

Bedah Buku "Mukadimah Celebes Utara" (MCU)Bedah buku yang berlangsung di Molibagu tanggal 29 Oktober 2024, menariknya wa...
31/10/2024

Bedah Buku "Mukadimah Celebes Utara" (MCU)

Bedah buku yang berlangsung di Molibagu tanggal 29 Oktober 2024, menariknya walau waktunya "cukup mepet" tapi Termanfaatkan dengan baik kendati Penulis hanya fokus ke bagian pendahuluan dan beberapa halaman dibagian 3. Buku ini sebenarnya terdiri dari 9 bagian (Bab) yang saling terkait dg total isi 653 halaman.

Menjawab mesenjer dari pengikut fanpage ini ke admin yang menyebut "penulis koncudu berbagi referensi padahal ini bedah buku".
Mungkin saja utatku ini TIDAK HADIR dalam bedah buku jadi salah tanggap saja. Tentunya bentuk penghormatan admin terhadap privasi dari pengirim pesan, nama akun dari utat ini, admin hiden alias tidak dipublikasi 🙏. Postingan ini juga untuk mengingatkan ke kita semua untuk selalu berpikir positif.

Memang sebagian besar yang hadir belum sempat membaca buku MCU sehingga lebih fokus pada bagian 1/ pendahuluan serta beberapa halaman yang diringkas di bagian 3. Fokusnya ke sejarah awal terbentuk kekuatan politik di Maluku termasuk migrasi kaum Loloda dan Makeang ke Sulawesi Utara terkait kehadiran tokoh sentral yang bernama Wintuwintu.

Tentang referensi sudah seyogyanya di publikasi dan ini ada di catatan kaki dan pada bagian daftar Pustaka buku MCU. Tentunya pada sessi dialog, jawaban penulis semuanya terkait pertanyaan dari peserta bedah buku. Tidak ada pertanyaan terkait sumber referensi karna memang peserta bedah buku sudah paham bahwa sumber referensi bisa dilihat pada bagian daftar pustaka Buku MCU. jadi ini bukan unsur kesengajaan dari penulis. Justru karna ingin berbagi ilmu maka bedah buku ini terlaksana.

Untuk utat, admin spil sumber referensi terkait materi bagian 1 dan beberapa halaman bagian 3 yang menjadi fokus diskusi pada bedah buku. MCU. Antara lain:
1. Loenard Y Andaya. 1992. Eastern Indonesia in the Early Modern Period. Honolulu: University of Hawaii Press.
2. Clerq, F. S. A de. 1890. Bijdragen tot de Kennis der Residentie Ternate. Leiden: E. J. Brill
3. Bastian, A. 1884. Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel: Die Molukken. Berlin: Ferd. Dümmlers Verlagsbuchhandlung
4. Dan masih banyak lagi yang semuanya terpampang secara jelas dalam buku MCU di bagian daftar pustaka.

Kedepan Masih akan berlanjut bedah buku MCU atau diskusi terkait Buku MCU dan terbuka untuk umum termasuk utat juga bisa hadir langsung.

Bedah buku MCU yang diselenggarakan di Molibagu sukses terlaksana dan tentunya berkat pengaturan yang sangat baik dari panitia Harla Bolaang Uki. Admin Fanpage *kita orang Mongondow* turut berterima kasih kepada panitia Harla dan pemkab Bolsel yang sangat antusias dalam pembangunan terutama membangun dunia literasi di Bolsel dan BMR.

Mari sama-sama Hadiri bedah buku "Mukadimah Celebes Utara" di Molibagu kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.Selamat hari ...
26/10/2024

Mari sama-sama Hadiri bedah buku "Mukadimah Celebes Utara" di Molibagu kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Selamat hari jadi Bolaang Uki ke-175 tahun
27 Oktober 1849 - 27 Oktober 2024

MENJELANG ULANG TAHUN BOLAANG UKI KE-175 TAHUN (27-10-1849=27-10-2024), KAPAN MOLIBAGU BERDIRI?Pemkab Bolaang Mongondow ...
19/10/2024

MENJELANG ULANG TAHUN BOLAANG UKI KE-175 TAHUN (27-10-1849=27-10-2024), KAPAN MOLIBAGU BERDIRI?

Pemkab Bolaang Mongondow selatan telah menetapkan tanggal 27 oktober 1849 sebagai hari lahir Bolaang uki dengan alasan tahun ini untuk pertama kalinya nama Bolaang uki tercatat dalam sejarah. Setting sejarahnya saat kerajaan Bolango berada di teluk uki (labuang uki). Tanggal 23 Juni 1903 Raja Hasan van Gobel dilantik sebagai raja Bolang Uki, dikukuhkan dengan besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 27 Oktober 1903, tanggal inilah yang diambil sebagai tanggal ulang tahun Bolaang Uki.

3 tahun setelah menjadi raja di labuang Uki, Raja Hasan van Gobel memindahkan kerajaan ini ke Molibagu, nama kerajaan tetap masih mengacuh ke Uki yakni kerajaan Bolang uki (Bolaang-Oeki).

Tradisi lisan banyak mengkisahkan penamaan 'Molibagu" terkait erat dengan kedatangan atau pindahnya rakyat Bolango beserta raja ke pesisir selatan. negeri ini disebut "molibagu" yang berarti "pembaharuan" adalah berasal dari bahasa Bolango dan juga Mongondow.

tercatat sebelum Bolango dari labuang Uki pindah ke Molibagu, wilayah ini telah di huni oleh orang-orang Mongondow dan Bolango. Jauh sebelumnya, ketika kerajaan Bolango Tapa' pindah ke Bangka (dekat Lombagin) sebagian rakyat Bolango dari Tapa'menyusuri pantai selatan masuk ke wilayah Tinempah (negeri lama) namun dihalau oleh orang-orang Mongondow. Di pantai utara para migran dari Tapa' difasilitasi oleh Datu Liu (pemimpin Lombagin) terterima di Lombagin, Raja Bolaang Mongondow juga menerima dan menyetujui Bangka sebagai lokasi pemukiman kaum Bolango. Ikatan kekerabatan yang sempat lama putus kembali terjalin antara Bolango dan Bolaang dengan pernikahan antara keluarga Gobel dengan Manoppo.

Tahun 1907, Raja Hasan van Gobel memindahkan kerajaan Bolaang Uki ke Molibagu, mengingat tradisi bahwa Molibagu yang berarti pembaharuan mulai berdiri sejak kepindahan Bolang Uki ke Molibagu di tahun 1907 (atau 1908)? mari kita telisik bersama.

Dalam Buku "Napak Tilas sejarah kerajaan dan raja-raja Bolango" Deddy Arie van Gobel menyebutkan bahwa Daopeyago menemukan lembah Molibagu dan semoat dinujum sebagai negeri masa depan kaum Bolango. Pemerintahan Daopeyago dalam buku mencatat tahun 1390-1415, sehingga kedatangan rombongan ini ke Molibagu sekitar tahun 1390-1400. Buku "Mukadimah Celebes Utara" mencatat kunjungan Daopeyago ke Molibagu tahun 1580. Penulis buku ini menegaskan bahwa nama Molibagu belum digunakan pada masa itu.

Tradisi lisan dari Sangihe Talaud sebagaimana dicatat oleh Mariyyot menyebutkan bahwa kerajaan Bowongkehu yang dipimpin oleh Mokodoludut awalnya terletak di Molibagu sebelum pindah ke pulau Manado Tua, Raja Mokodolodut (besan dari Wintuwintu) ketika berlayar, memulai pelayarannya dari pelabuhan Molibagu. Menurut buku "Mukadimah Celebes Utara" Mokodolodut diangkat sebagai raja sejak lahir (kisaran tahun 1290) hingga wafat tahun 1390. Mokodoludut raja seumur hidup yang diangkat oleh Bogani.

Dokumen2 tua Spanyol dan Belanda mencatat pelabuhan terkenal dipesisir selatan ini adalah Castrium Bay yang terletak di Torosik, tidak tercatat Molibagu setidaknya pada era Spanyol dan VOC-Belanda. Bahkan peta2 abad ke-17 dan abad ke-18 tidak tertera nama Molibagu.

Dengan demikian lokasi pelabuhan Raja Mokodoludut adalah lokasi yang sama yang dikunjungi oleh Daopayego, dan hingga kedua pemimpin ini wafat, wilayah ini belum bernama Molibagu.

Saat Raja Hassan van Gobel dilantik sebagai raja dan masih berkedudukan di labuang Uki, nama Molibagu sudah tercatat dalam arsip kolonial. Jadi nama Molibagu sudah ada ketika pusat pemerintahan Bolango belum berada di Molibagu namun demikian tercatat bahwa Molibagu telah ditempati oleh orang-orang Mongondow dan Bolango.

Dalam situs Delpher, nama Molibagu muncul dalam catatan pada tahun 1871 yang memuat kisah (tradisi lisan) tentang perseteruan Damopolii dan wantania serta penyerbuan Orang-orang Mongondow ke Suwawa melalui Molibagu. Walupun berkisah era Damopolii namun catatan ini muncul (terbit) pada tahun 1871 tentunya pada masa perang Mongondow vs Suwawa, Molibagu sebagaimana catatan tahun ini belumlah bernama Molibagu.

Syair pengiring tarian Danghisa dipercaya tercipta pada masa pemerintahan raja Gobel (dilantik tahun 1731) namun isi syair ini juga masih "meluputkan Molibagu" berikut penggalan Syair danghisa:
"Daopeyago ratu bangsawan
Telah membuat satu kepindahan
Arah Buyat ke Kotabunan
Di Tinempa diperkotaan"
Maka hingga masa pemerintahan raja Gobel (sesuai munculnya tradisi danghisa) nama Molibagu belum juga digunakan,

Menurut penulis, Molibagu sudah populer sebelum tahun 1871 sebagai pelabuhan maupun lokasi pemukiman orang Bolango dan Mongondow. Penamaan Molibagu terkait erat dengan etnis Bolango walau di lokasi pelabuhan kuno Mongondow ini terkait dengan tradisi "monolibag" untuk menjemput tamu2 agung atau para raja Mongondow yang pergi atau pulang dalam pelayarannya. Molibagu berarti "diperbaharui" atau pembaharuan yang berasal dari bahasa Bolango dan Mongondow. nama ini muncul ketika arus migrasi dari Tapa' menuju Bolaang Mongondow mulai digulirkan oleh para raja Bolango dan terterima oleh raja Bolaang Mongondow.

Keterangan gambar
1. Kota Molibagu saat ini. Sumber Google earth
2. Cover buku "Mukadimah Celebes Utara", salah satu sumber postingan ini.
3. Pelabuhan "molibagu" masa raja Mokodoludut. Sumber buku "Mukadimah Celebes Utara"
4. Catatan kolonial tentang Molibagu (sumber delpher)
5. Buku "Napak tilas sejarah kerajaan Bolango dan raja-raja Bolango" Penulis Deddy Arie Van Gobel. salah satu sumber postingan ini.


RAJA/RATU KAIDIPANG "YANG HILANG" DARI TRADISI LISANYang dimaksud Raja/Ratu ini sudah mencangkup status raja. ratu (raja...
15/10/2024

RAJA/RATU KAIDIPANG "YANG HILANG" DARI TRADISI LISAN

Yang dimaksud Raja/Ratu ini sudah mencangkup status raja. ratu (raja perempuan), panggulu, kepala suku atau kepala negeri. Dari 14 raja-ratu Kaidipang yang "hilang dari ingatan kolektif" admin akan sharing 7 raja/ratu sebagai bahan diskusi. Sisanya bisa dibaca dalam buku "Mukadimah Celebes Utara".

1. RAJA KAIDIPANG KE-5
Raja ini tercatat berkedudukan di Kaidipang pada tahun 1563. Raja ini bersama 2000 rakyat Kaidipang dibaptis menjadi Katolik oleh Diogo Magalahaes pada tahun 1563. Tentunya dia menjadi raja di Kaidipang jauh sebelum kedatangan Diogo Magalhaes dan berakhir kekuasaanya dengan muncul nama Ratu Dounge.

Tentang raja yang dibaptis oleh Diogo Magalahes ini lengkapnya dapat dibaca pada buku "Mukadimah Celebes Utara" halaman 629

2. RATU DONGUE, RATU KE-6 KAIDIPANG
Ratu ini muncul menggantikan Raja Katolik yang dibaptis oleh Diogo Magalhaes tahun 1563 silam. berkuasa sejak tahun 1600 hingga tahun 1612 sebab ditahun ini muncul nama penguasa baru Kaidioang yang tercatat bernama Ratu Banidaca.

Ratu Dongue sering dicatat sebagai Reina de Caydupa (ratu Kaidipang) atau Queen of Cairupa. Tentunya nama 'Dongue" bukan nama lokal tapi sesuai ejaan lisan Spanyol. Banyak catatan walau disebut ratu namun dia hanyalah kepala negeri, Kaidipang disebut sebagai "patria" atau "pueblo" status ini berarti Kaidipang oleh kolonial (Spanyol) dianggap bukan kerajaan (reino) tapi negeri (patria) atau Desa (pueblo).

Dongue pergi meninggalkan Kaidipang setelah melakukan pembantaian terhadap para pendeta dan tentara Spanyol. Pada peristiwa ini salah seorang prajurit spanyol berhasil lolos dan melarikan diri ke Manila, dari dialah diketahui bahwa biang kerok pembunuhan didalangi oleh Dongue.

Spanyol yang mengetahui perbuatan Ratu terbagi dua opsi untuk bertindak, beberapa petinggi di Manila menginginkan hukuman untuk Dongue sedangkan pihak pemuka agama berupaya untuk mengajak "Dongue" menerima iman Katolik sebagaimana janjinya kepada Cristian Suarez tahun 1606 silam.

Upaya Spanyol gagal total, Dongue keburu menghilang dari Kaidipang. Tahun 1612, sudah tercatat nama Ratu Banidaca sebagai pemimpin Kaidipang yang baru menggantikan Dounge yang saat itu sudah cukup tua.

3. RATU BANIDACA, RATU YANG KE-7 KAIDIPANG
Ratu ini mengambil sikap yang berbeda dengan Dongue. Ratu cukup akrab dengan pihak Spanyol.

Ratu Banidaca berkuasa sejak tahun 1612 hingga 1620. Di akhir masa pemerintahan Banidaca, ancaman perang muncul dari pihak Bolaang. Bolaang (Tadohe) menuntut kepatuhan Kaidipang.

4. RATU GINGGI (BOKI MOKAPOGU), RATU KAIDIPANG YANG KE-8
Ratu ini tinggal di gunung Mokapogu. Dia adalah menantu dari Pangeran Kantohe dari Siau yang berkerabat dengan raja Mongondow (Bolaang). Suaminya bernama Pangeran Dasingkulan putra Kantohe.

Ratu Ginggi memerintah sejak tahun 1620 hingga dia digantikan oleh Dotinggulo sekitar tahun 1640.

5. RAJA MAWBELLING, RAJA KAIDIPANG YANG KE-10
Mawbelling adalah bangsawan kelahiran Buol. Dia adalah keturunan dari Malilang (putra wintuwintu) dengan Kasimpumpung asal Buol. Mawbelling juga merupakan Saudara dari Pugu-Pugu.

Sejak Dotinggulo berkuasa menggantikan posisi Ratu Ginggi, Kaidipang mengikat kesetiaan dengan Sultan Malikul Said dari Makassar. Demikian juga sikap Buol. saat itu kebijakan Sultan Malikul Said yang meluaskan pengaruhnya ke utara tidak disukai oleh Loloda Mokoagow (Datu Binangkang), Raja Bolaang-Manado.

Tahun 1647 Loloda Mokoagow bersama kerajaan Siau menyerbu Kaidipang, Suwawa, Buol, Mountong, Tentena hingga Palu.

Saat penyerbuan ini, Mawbelling merupakan raja Mountong, kerajaan Mountong saat itu dibawah kendali kerajaan Buol. Pasukan Loloda Mokoagow menangkap dan membawa Mawbelling ke Kaidipang. Beberapa sumber menyebut bahwa Mawbelling sudah berusia uzur saat ditawan oleh Loloda Mokoagow.

Dibawah intervensi Loloda Mokoagow, Mawbelling "dipaksa" menjadi raja Kaidipang menggantikan Dotinggulo.

Oleh pasukan Koalisi Bolaang-Siau, Mokapog dipecah dua, Kaidipang yang disebut Boroko dikuasai oleh Bolaang bersamaan itu Bolangitang dikuasai oleh Siau.
Siau mengangkat Helena Lincaxa (Linkakoa) sebagai Ratu Bolangitang.

Setelah Mokapog dipecah menjadi dua negeri, ternyata raja dan ratu ini sering berseteru masalah tapal batas sehingga kembali Loloda Mokoagow melakukan intervensi. Atas desakan Loloda Mokoagow dan raja Siau, Mawbelling dijodohkan (versi lain menyebut dipaksa) untuk menikah dengan rivalnya yakni Ratu Bolangitang sehingga terbentuklah pemerintahan gabungan yang dipimpin oleh suami isteri (raja dan ratu) Mawbelling-Linkakoa.

6. RATU DONA HELENA LINCAXA (teks lain: MAGDALENA LINCAXA), RATU KE-11 KAIDIPANG DAN RATU PERTAMA BOLANGITANG
Ratu ini disebut putri bangsawan Siau, kemungkinan dia adalah anak dari Ratu Ginggi sebab suamni Ratu Ginggi adalah anak dari pangeran Kantohe, bangsawan Siau. Dia menjadi Ratu sejak tahun 1650 hingga 1694. Hasil pernikahan ini membuahkan seorang putra yang dibaptis dengan nama Willem. Pangeran ini dibesarkan di Manado dalam binaan Belanda.

Setelah suaminya meninggal, iparnya yang bernama Pugu-Pugu (adik dari Mawbelling) datang dari Buol dan mengklaim tahta Kaidipang bahkan atas bantuan Belanda dan Ternate, Pugu-Pugu berhasil menguasai Bolangitang, Ratu lincaxa berstatus bawahan Pugu-Pugu. Nanti setelah pugu-pugu wafat baru kemudian Lincaxa berhasil membebaskan Bolangitang dari penguasaan Kaidipang.

7. Raja ke-13 Kaidipang. RAJA WILLEM CORNPUT, RAJA KE-13 KAIDIPANG
Raja ini pertama kali tercatat dalam dokumen menggunkaan nama CORNPUT (kemudian dilafal sebagai Korompot). Nama ini bermula dari nama baptis yang diambil dari nama Gubernur Belanda di Ternate yang bernama WILLEM CORNPUT.
Berkuasa (sesuai kontrak dengan pihak VOC) tahun 1702-1729.

Tidak ada dokumen tertulis yang mencatat bahwa dia adalah anak dari Pugu-Pugu (Maurits Datu Binangkal) namun tradisi lisan menyebut bahwa dia adalah anak dari Pugu-Pugu bahkan beberapa slagbom Kaidipang mencatat demikian

Versi lain menyebut bahwa dia adalah anak dari raja Mawbelling dan Ratu Lincaxa (Linkakoa) berdasarkan catatan bahwa raja dan ratu ini memiliki anak yang bernama Willem. Raja ini diketahui beragama Kristen protestan sebagaimana dianut oleh Pugu-Pugu namun ada juga yang berpendapat bahwa dia adalah seorang Katolik sebagaimana Helena Lincaxa. pendapat ini berkeyakinan bahwa Willem Cornput adalah nama baptis khas katolik selain itu versi ini meyakini Willem adalah anak dari Lincaxa dan Mawbelling yang berarti dia keponakan dari Pugu-Pugu bukan anak dari Pugu-Pugu. untuk masalah ini penulis belum bisa mengambil kesimpulan , perlu ada penelusuran lanjutan.

Raja Willem Cornput kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Albertus Cornput pada tahun 1729.

Keterangan Gambar
1. Cover Buku 'Mukadimah Celebes Utara". Sumber rujukan utama postingan ini
2. Dokumen primer terkait pembaptisan Raja Kaidipang pada tahun 1563
3. Arsip tentang Ratu Dongue dan penggantinya, Ratu Banidaca tahun 1612
4. Catatan silsilah tentang Ratu Ginggi )Boki Mokapogu
5. arsip (dokumen primer) tentang Raja Mawbelling dan Ratu Linkakoa (Magdalena Lincaxa)
6. "Penggalan" surat asli tulisan tangan Ratu Linkakoa

Address

Dumoga

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kita Orang Mongondow posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Kita Orang Mongondow:

Videos

Share


Other Digital creator in Dumoga

Show All