Cik Cik Gaming

Cik Cik Gaming sekedar mampir di beranda mu 💋

Rahasia Terlarang: Hubungan Gelap dengan Istri Temanku 💋💋Hari minggu itu aku (Jeje, 27 tahun) udah janjian sama temenku ...
05/08/2024

Rahasia Terlarang: Hubungan Gelap dengan Istri Temanku 💋💋

Hari minggu itu aku (Jeje, 27 tahun) udah janjian sama temenku yang bernama Novan (27 tahun) mau jalan ke rumah temen-temenku semasa kuliah dulu. Novan adalah salah satu temen kuliahku dulu, dan kini udah berkeluarga sementara aku masih bujangan. Tapi sejak setaun pernikahaannya dengan Shanti (23 tahun) masih belum juga punya momongan.

Shanti adalah adik tingkat kami semasa kuliah dulu. Novan saat ini tinggal di rumah mertuanya (keluarga Shanti) di sebuah ibukota propinsi. Makanya sore itu aku jemput dia di rumah Shanti. Tapi setibanya di situ, Shanti bilang kalau Novan baru saja pergi nganter ibu dan bapak mertuanya ke rumah saudaranya untuk sebuah keperluan.

Shanti sendiri nggak ikut lantaran sore itu dia ngedadak agak meriang. “Tunggu aja dulu deh, Je,” kata Shanti padaku. Karena udah terbiasa main ke rumahnya, akupun langsung aja nyelonong masuk ke ruang tv. “Kamu sendirian aja nich Shan di rumah. Mana pembokat lu?” tanyaku sambil langsung rebahan di karpet biru di depan tv.

“He-eh nich, tadinya aku mo ikut ma Mama. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba meriang gini. Si Ani (pembokatnya) lagi p**ang kampung tuh,” ujar Shanti sambil bawain aku minuman hangat. “Lu masuk angin ya Shan?” tanyaku sambil nyeruput segelas teh hangat yang disediain Shanti.

“Minum obat d**g Shan,” kataku lagi sambil ngeliat ke arah Shanti yang duduk bersila di atas kursi, sementara aku masih rebahan di karpet.
“Atau dikerokin tuh, biar anginnya pada mabur,” ujarku bercanda. “Maunya sih, tapi si Ani-nya lagi nggak ada nich,” kata Shanti.

“Suami lu d**g suruh ngerokin” kataku lagi.
“Huu boro-boro mau ngerokin, suruh mijatin ajapun males-malesan,” ujar dia.
“Gua yang ngerokin mau nggak?” kataku bercanda.

“Mau sih, tapi malu ah,” Shanti tertawa geli.
“Ngapain mesti malu ama gua, gua kan temen suami lu.” kataku sambil nggak yakin kalau Shanti bener-bener mau kukerokin.
“Nggak ah, nggak mau dikerokin. Pijitin aja deh Je kalau lu mau. Ntar gua bingung ditanya Novan siapa yang ngerokin.” pinta Shanti sambil terkekeh.

Aku langsung nyuruh dia duduk di lantai nyandar ke kursi. Sementara aku duduk di kursi tepat di belakang punggungnya.
Shanti dan aku nggak ada perasaan apa-apa, makanya dia mau aku yang mijatin. Sambil ngobrol kesana- kemari, aku terus mijatin pundak ma leher bagian belakang Shanti.

“Ke bawah dikit d**g Je. Ke punggungnya.” pintanya sambil ngegeser duduknya agak maju.
Aku nurut aja, sambil terus mijatin dia yang sambil nonton tv.
“Lu lepasin tali BH-nya d**g, ngehalangin nih,” kataku.

Shanti langsung ngelepas BHnya dan ngeletakin begitu aja di sampingnya. Aku mulai mikir yang ngeres-ngeres ngeliat BH Shanti segede gitu. Aku ngebayangin berarti gede juga isi BH itu.
“Aku sambil tiduran ya Je.” pintanya sambil terus telungkup di atas karpet di depan tv.

Aku pun turun dan duduk disamping tubuhnya. Aku mulai mandangian pantatnya yang gempol, lalu turun ke bagian pahanya yang terlihat putih karena Shanti waktu itu cuma pake celana pendek doang. Tanganku mulai kupermainkan agak nakal sedikit, sambil berharap ngeliat reaksi Shanti.

Persis di dipunggung dibelakang bagian toketnya, aku mulai sedikit nakal memainkan jari-jariku. Kuturunkan sedikit jari-jariku supaya meraba sedikit saja bagian toketnya.
“Geli ih Je,” ujarnya tapi diam saja.
“Kena ya? Sorry deh Shan” ujarku pura- pura kaget. Shanti diem aja dengar jawabanku itu.

“Shan, buka aja deh kaosnya,” pintaku.
“Nggak ah, ntar Novan dateng gimana?” tanyanya ragu.
“Ya cepet-cepet di pake lagi d**g ntar.” jawabku singkat.

Agak sedikit malu kulihat wajah Shanti ketika dia duduk sebentar dan membuka kaosnya dan cepat-cepat telungkup lagi. Pikiranku saat itu bener-bener ngeres banget. Ingin rasanya aku memeluk Shanti dan merasakan hangatnya tubuh istri temenku itu. Tapi aku malu.

Dengan sedikit ragu, aku mulai memberanikan diri untuk meremas bagian pinggir-pinggir toket Shanti dari belakang. Shanti terlihat agak kaget melihat kenekatanku, tapi dia diam saja. Malah sedikit-sedikit Shanti membiarkan jari-jariku nyelusup makin meremas toketnya itu.

“Geli Jee,,,” Shanti agak mengerang.
“Sorry ya Shan, aku bener-bener nggak tahan pengen megangin tetek kamu,” kataku aga gemetar.
“Nggak apa-apa kan Shan, Sorry ya,” kataku semakin gemeteran.

Shanti begitu mendengar pertanyaanku itu, tanpa kusangka menggeleng pelan. Birahiku yang semakin meningkat, tak mampu lagi aku tahan. Kuraih tubuh Shanti agar sama-sama duduk dan kubalikan badannya agar menghadapku. Cepat-cepat aku tempelkan bibirku ke bibir Shanti. Shanti yang masih keliahatan kaget melihat kenekatanku, terdiam dan mulai bereaksi dengan membalas ciumanku.

Seperti orang kesurupan, kami yang sama-sama sedang nafsu dengan cepat saling menjilat bibir kami masing-masing. Tanganku pun dengan cepat meremas toket Shanti sementara tangan Shanti terus mengusap-ngusap bagian punggungku yang kini sudah telanjang dada.

Kuraih tubuh Shanti agar berdiri. Dan dengan satu tanganku, ku tarik celana pendek Shanti agar melorot ke bawah. Shanti tak diam ketika tanganku sudah menarik celana pendeknya termasuk CD-nya juga. Dia dengan gugupnya membuka kancing celana jeanku dan menarik turun resleting celanaku.

Aku membantunya dengan menurunkan sendiri celana dalam dan jeanku hingga kami sama-sama telanjang saling berpelukan dalam posisi masing- masing berdiri. “Masukin ya Shan,” pintaku ketika tangan Shanti dengan ganasnya meremas-remas kontolku yang sudah sangat tegang itu.

Shanti hanya mengangguk pelan ketika kontolku kuarahkan kebagian selangkangan Shanti yang sudah sangat basah itu. “Shhhh,,,, ahhh..” Shanti mengerang. “Ahhhh,,, cepetan Je, ntar Novan keburu dateng,,,” katanya sambil terus merenggangkan selangkangannya.

“Ahhhhh,,, Shannnn….” kataku tak tahan merasakan kocokan tangan Shanti di kontolku.
Dengan posisi terus berdiri, kontolku kini sudah tepat di depan memek Shanti yang basah. Pelan-pelan kumas**an dengan bimbingan tangan Shanti.

“Pelan- pelan Je,, ahhhh,,,,ahhhhh,,, Jeeee…….” Shanti mengerang sambil memelukku erat sekali ketika kontolku mulai menancap ke dalam va**na itu. “Shaaaan,,,,, ahhhh,,,, ahhhh,,,,,” erangku merasakan nikmatnya menyetubuhi istri temanku itu.

“Cepat Jeeee,,, cepetin lagi keluar- masukinnya Jeeee,,,,,,” Shanti merengek seperti seorang bayi yang minta cepat-cepat disusui oleh ibunya. “Iya Shaaaan,,, segini enak Shaann,,,” tanyaku sambil kuisapi lidah Shanti yang menjulur-julur keluar dari mulutnya.

Shanti hanya menganggung mengiyakan pertanyaanku. “Jeeee,,,, aku pengen keluar Jeee,,,, lebih cepet lagi Jeeee,,,,” pinta Shanti sambil tubuhnya menggelinjang kekiri-kekanan. Aku yang sebenernya juga sudah pengen keluar, semakin mempercepat kocokan kontolku keluar-masuk memek Shanti yang seluruh tubuhnya sudah kelihatan menegang hebat sekali.

“Aaauuuu,,,,, Jeeee,,,, aku keluar Jeee,,,,,” Shanti meregang sambil menggigit pundakku.
“Aku juga Shaaaann,,,,” kataku juga hampir bersamaan. Kupeluk tubuh Shanti yang kelihatan sangat kecapaian, Shanti tersenyum ketika keningnya aku cium.

“Makacih ya Je,,,” bisiknya sambil senyum- senyum.
“Iya, makasih juga Shan,,,” kataku sambil terus kupeluk dia. Lama kami saling berpelukan masih dalam keadaan telanjang sambil duduk di depan tivi di atas karpet. Tiba-tiba Shanti meraih BH dan kaosnya.

Dengan manjanya, dia minta dipakaikannya olehku. “Pakein d**g Jee,, ntar keburu dateng suami gua lho.” pintanya. Aku langsung memakaikan BH dan kaosnya sambil tanganku mencari- cari kesempatan untuk meremas toketnya yang sudah sedikit mengendur lagi.

“Udah ah,,, besok- besok kan bisa lagi Je…” Kini kami sudah saling memasang pakaian masing-masing, tapi kami sepertinya masih tak ingin terpisahkan. Kami masih saling berpelukan di atas kursi ketika suara mobil kijang yang dikemudikan Novan terdengar memasuki halaman.

Shanti buru- buru bangkit dari pelukanku. “Novan dateng,” bisiknya padaku. Sambil bangkit, dia sempat mencium p**iku sekali saja. “Besok- besok lagi ya Jee,,,” katanya manja. Aku hanya mengangguk sambil merhatiin Shanti yang terus berlari ke arah pintu depan.

Aku masih duduk sambil nonton tv ketika si Novan menyapaku. “Yuk, langsung cabut Je. Anak-anak udah pada nunggu nih. Lu udah lama ya? Sorry brur aku nganter mertuaku dulu tadi,” katanya tanpa kutanya. Shanti yang denger itu bilang “Iya tuh, si Jeje udah dari tadi nungguin lu Van. Buruan sana pergi, ntar keburu bubaran deh acaranya,” kata Shanti sambil menggandeng tangan suaminya dengan mesra hingga ke pintu depan rumahnya.

Hubungan yang Salah: Pertukaran Pasangan Antara Majikan dan Pembantu 💋Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang ...
05/08/2024

Hubungan yang Salah: Pertukaran Pasangan Antara Majikan dan Pembantu 💋

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa.

Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.

Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore p**a sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.

Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak.

Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian p**a perkawinan kami. Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci.

Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar.

Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.

Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku s**a sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku s**a terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku.

Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama p**a, rekorku pernah sampai 3 bulan baru p**ang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.

Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum p**ang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal p**ang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras.

Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan.

Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada. Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami.

Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang.

Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual.

Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.

Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang.

Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.
“Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang.

Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.
“Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”.

Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.

“Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.

“Ahh…” Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan).

Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku.

Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.
“Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”.

Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.
“Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..”

Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini.

Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.

“Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..”
Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.
“Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..”

Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.

“Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..”
“Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..”
“Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh”

Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.

Ketika sampai dapur kulihat pembantu wanitaku sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.

“Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah” Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.

“Ayo ke kamarmu Mbok.”
Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku.

Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung.

Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat.

Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku.

Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja.

Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.
“Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.
“Ehh.. Ehhshs..”

Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.
“Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya.
Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.
“Oohh.. Paakk.. Oohh..”

Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.

“Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang.
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa.

Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, p**i, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari l***a mayoranya.

“Oohh.. Paakk.. Ohh..”
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.
“Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”

Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam.

Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.
“Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”

Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.

“Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.

Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan p**inya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.

Sejak saat itu bila aku p**ang dari bepergian maka aku mengunjungi pembantu wanitaku terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.

Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia maklum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan s*x party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.

Ketika Dekat Menjadi Terlalu Dekat: Perselingkuhanku dengan Tetangga 💋Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu....
05/08/2024

Ketika Dekat Menjadi Terlalu Dekat: Perselingkuhanku dengan Tetangga 💋

Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Waktu itu saya beserta dua orang teman kantor sedang makan siang di sebuah restoran di bilangan Kemang. Ketika saya hendak membayar makanan, saya mengantri di belakang seorang wanita cantik yang sedang menggend**g anak kecil.

Karena agak lama, saya menegurnya. Ketika ia menengok ke arah saya, saya sangat kaget, ternyata ia adalah Susi. Nah, Susi ini adalah istri tetangga saya di komplek rumah saya.
“Eh, Mas Vito. Lagi ngapain Mas..?” tanyanya.

“Anu, saya sedang makan siang. Kamu sama siapa Sus..? Andre ndak ikut..?”
“Enggak Mas, dia lagi tugas luar kota. Saya lagi beli makanan, sekalian buat nanti malam. Soalnya si Ijah lagi p**ang kampung juga.

Ya sudah, saya keluar aja bareng Vina (anaknya-pen).” “Kamu bawa mobil..?” tanya saya.
“Enggak tuh Mas, mobilnya dibawa Mas Andre ke Lampung.”
“Oo, mau p**ang bareng..? Kebetulan saya juga mau langsung p**ang, tadi habis tugas lapangan.”
“Ya sudah nggak apa-apa.”

Singkat cerita, saya dan kedua teman saya langsung p**ang ke rumah masing-masing. Sementara saya, Susi dan Vina p**ang bersama di mobil saya. Sesampainya di rumah Susi yang hanya berjarak 4 rumah dari saya, Susi mengajak mampir, tapi saya bilang mau p**ang dulu, ganti baju dan menaruh mobil.

Karena Jenny, istri saya, sedang pergi ke rumah orangtuanya, saya langsung saja pergi ke rumah Susi dengan memakai celana pendek dan kaos. Ternyata, rumah Susi tertata cukup apik. Ketika saya masuk, si Susi hanya memakai piyama mandi.
“Saya ganti baju dulu ya Mas, gerah nih,” katanya sambil tersenyum.

“Oo.., iya, si Vina mana..?” tanya saya sambil terpesona melihat kecantikan dan kemulusan body si Susi.
“Anu Mas, dia langsung tidur pas sampai di rumah tadi, kasihan dia capek, saya ke kamar dulu ya Mas..!”
“Eh, iya, jangan lama-lama ya,” kata saya.

Ketika Susi masuk ke dalam kamar, dia (entah sengaja atau tidak) tidak rapat menutup pintu kamarnya. Merasa ada kesempatan, saya mencoba mengintip. Memang lagi mujur, ternyata di lurusan celah pintu itu, ada kaca lemari riasnya. Wow, untuk ukuran wanita yang telah mempunyai anak berumur 3 tahun, si Susi ini masih punya bentuk tubuh yang bagus dan indah.

Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur, dia langsung membuat “adik kecil” saya berontak dan bangun. Dan yang menambah kaget saya, sebelum memakai daster yang hanya selutut, ia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan tidak mengenakan BH. Sebelum ia berjalan ke luar kamar, saya langsung lari ke sofa dan pura-pura membaca koran.

“Eh, maaf ya Mas kelamaan.” kata Susi sambil duduk setelah sepertinya berusaha untuk membetulkan letak tali celana dalamnya yang menyempil.
“Ndak apa-apa kok, saya juga lagi baca koran. Memangnya Andre berapa hari tugas luar kota..?” tanya saya yang juga ‘sibuk’ membetulkan letak si ‘kecil’ yang salah orbit.

Sambil tersenyum penuh arti, Susi menjawab, “3 hari Mas, baru berangkat tadi pagi. Ngomong-ngomong saya juga sudah 2 hari ini nggak liat Mbak Jenny, kemana ya Mas..?”
“Dia ke rumah orangtuanya. Seminggu. Bapaknya sakit.” jawab saya.

“Wah, kesepian d**g..?” tanya Susi menggoda saya.
Merasa hal ini harus saya manfaatkan, saya jawab saja sekenanya, “Iya nih, mana seminggu lagi, ndak ada yang nemenin. Kamu mau nemenin saya emangnya..?”

“Wah tawaran yang menarik tuh..,” jawab Susi sambil tersenyum lagi,
“Emangnya Mas mau saya temenin..? kan ada si Vina, nanti ganggu Mas lagi.
Mas Vito kan belum punya anak, jadinya santai.” “Ndak apa-apa,

Eh iya, saya mau tanya, kamu ini umur berapa sih? Kok keliatannya masih muda ya..?” sambil menggeser posisi duduk saya supaya lebih dekat ke Susi.
“Saya baru 27 kok Mas, saya married waktu 23, pas baru lulus kuliah. Saya diajak married Mas Andre itu pas dia sudah bekerja 3 tahun. Gitu Mas, memang kenapa sih..?”

“Ndak, saya kok penasaran ya. Kamu sudah punya anak umur 3 tahun, tapi kok badan kamu masih bagus banget, kayak anak umur 20-an gitu.” kata saya.
“Yah, saya berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat saya pada ngiler,” katanya sambil tersenyum.

“Wah, kamu ini bisa saja, tapi memang iya sih ya, saya kok juga jadi mau ngiler nih.”
“Nah kan, mulai macem-macem ya, nanti saya jewer lho..!”
“Kalo saya macem-macem beneran, emangnya kamu mau jewer apa saya..?” tanya saya sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Susi.

Merasa saya melakukan pendekatan, Susi kok ya mengerti. Sambil menghadap ke wajah saya, dia bilang,
“Wah, kalo beneran, saya mau jewer ‘burungnya’-nya Mas Vito, biar putus sekalian.”
“Memangnya kamu berani..?” tanya saya, “Dan lagi saya juga bisa mbales,”

“Saya berani lho Mas..!” sambil beneran memegang ‘burung’ saya yang memang sudah minta dipegang,
“Terus Mas Vito mbalesnya gimana..?” “Nanti saya remes-remes lho toketmu..!” jawab saya sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada.

Karena merasa masing-masing sudah memegang ‘barang’, kami tidak bicara banyak lagi. Saya langsung mengulum bibir Susi yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah. Dan tampaknya, Susi yang sudah setengah jalan, langsung memasukkan tangannya ke dalam celana saya, tepat memegang ‘burung’ saya yang maha besar itu (kata istri saya sih).

“Mas Vito, kon**lnya gede banget.” kata Susi sambil terengah-engah.
“Sudah, nikmati aja. Kalo mau diisep juga boleh..!” kata saya.
Dan tanpa banyak bicara, Susi langsung membuka 2 pertahanan bawah saya. Dengan seenaknya ia melempar celana pendek dan celana dalam saya, dan langsung menghisap batang kemaluan saya.

Ternyata, hisapannya top banget. Tanpa tanggung-tanggung, setengah p***s saya yang 18 cm itu dimasukkan semuanya. Dalam hati saya berpikir, “Maruk juga nih perempuan..!”
Setelah hampir 5 menit, Susi saya suruh berdiri di depan saya sambil saya lucuti pakaiannya.

Tanpa di komando, Susi melepas celana dalamnya yang mini itu, dan menjejalkan kemaluannya yang tanpa bulu ke mulut saya. Ya sudah, namanya juga dikasih, langsung saja saya ciumi dan saya jilat-jilat.
“Mas, geli Mas,” kata Susi sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya.

“Tadi ngasih, sekarang komentar..!” kata saya sambil memasukkan dua jari tangan saya ke dalam va**nanya yang (ya ampun) peret banget, kayak kemaluan perawan. Masih dalam posisi duduk, saya membimbing pantat dan va**na Susi ke arah batang kemaluan saya yang makin lama makin keras.

Perlahan-lahan, Susi memasukkan kejantanan saya ke dalam va**nanya yang mulai agak-agak basah. “Pelan-pelan ya Mir..! Nanti memekmu sobek,” kata saya sambil tersenyum. Susi malah menjawab saya dengan serangan yang benar-benar membuat saya kaget. Dengan tiba-tiba dia langsung menekan batang kejantanan saya dan mulai bergoyang-goyang.

Gerakannya yang halus dan lembut saya imbangi dengan tus**an-tus**an tajam menyakitkan yang hanya dapat dijawab Susi dengan erangan dan desahan. Setelah posisi duduk, Susi mengajak untuk berposisi Dog Style. Susi langsung nungging di lantai di atas karpet.

Sambil membuka jalan masuk untuk kemaluan saya di va**nanya, Susi berkata, “Mas jangan di lubang pantat ya, di memek aja..!” Seperti anak kecil yang penurut, saya langsung menghujamkan batang kejantanan saya ke dalam liang senggama Susi yang sudah mulai agak terbiasa dengan ukuran kemaluan saya.

Gerakan pantat Susi yang maju mundur, benar-benar hebat. Pertandingan antar jenis kelamin itu, mulai menghebat tatkala Susi ‘jebol’ untuk yang pertama kali. “Mas, aku basah..,” katanya dengan hampir tidak memperlambat goyangannya. Mendengar hal itu, saya malah langsung masuk ke gigi 4, cepat banget, sampai-sampai dengkul saya terasa mau copot.

Kemaluan Susi yang basah dan lengket itu, membuat si ‘Vladimir’ tambah kencang larinya. “Mir, aku mau keluar, di dalam apa di luar nih buangnya..?” tanya saya. Eh Susi malah menjawab, “Di dalam aja Mas, kayaknya aku juga mau keluar lagi, barengin ya..?”

Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah benar-benar mau keluar, dan sepertinya Susi juga. Sambil memberi aba-aba, saya bilang, “Mir, sudah waktunya nih, keluarin bareng ya, 1 2 3..!” Saya memuntahkan air mani saya ke dalam liang va**na Susi yang pada saat bersamaan juga mengeluarkan cairan kenikmatannya.

Setelah itu saya mengeluarkan batang kejantanan saya dan menyuruh Susi menghisap dan menjilatinya sekali lagi. Si Susi menurut saja, sambil ngos-ngosan, Susi menjilati p***s saya. Ketika Susi sedang sibuk dengan batang kejantanan saya, Vina bangun tidur dan langsung menghampiri kami sambil bertanya,

“Mami lagi ngapain..? Kok Om Vito digigit..?” Susi yang tampaknya tidak kaget, malah menyuruh Vina mendekat dan berkata, “Vina, Mami nggak gigit Om Vito. Mami lagi makan ‘permen kojek’-nya Om Vito, rasanya enak banget deh, asin-asin..” “Mami, emangnya permennya enak..? Vina boleh nggak ikut makan..?” tanya Vina.

Sambil mengocok-ngocok p***s saya, Susi berkata, “Vina nggak boleh, nanti diomelin sama Om Vito, mendingan Vina duduk di bangku ya, ngeliat Mami sama Om Vito main dokter-dokteran.” Saya yang dari tadi diam saja, mulai angkat bicara, “Iya, Vina nonton aja ya, tapi jangan bilang-bilang ke Papi Vina, soalnya kasian Mami nanti.

Ini Mami kan lagi sakit, jadinya Om kasih permen terus disuntik.” Sambil terus memegang p***s saya yang mulai kembali mengeras, Susi berkata pada Vina, “Nanti kalo’ Vina nggak bilang ke papi, Vina Mami beliin baju baru lagi deh, ya? Tuh liat, suntikannya Om Vito mulai keras.

Vina diam aja ya, Mami mau disuntik dulu nih..!” Merasa ada tantangan lagi, saya langsung mencium Susi dengan lembut di bibirnya yang masih beraroma sperma, sambil meremas buah dadanya yang kembali mengeras. Susi langsung melakukan gerakan berputar dan langsung telentang sambil tertawa dan berteriak tertahan,

“Babak kedua dimulai, teng..!” Sementara Vina hanya diam melihat maminya dan saya ‘acak-acak’, walaupun terkadang dia membantu mengelap keringat maminya dan saya. Itulah pengalaman saya dan Susi yang masih berlanjut untuk hari-hari berikutnya. Kadang-kadang di rumah saya, dan tidak jarang p**a di rumahnya.

Kami melakukan berbagai macam gaya, dan di segala ruangan dan kondisi. Pernah kami melakukan di kamar mandi masih dengan Vina yang ikut nimbrung ‘nonton’ pertandingan saya vs maminya. Dan Vina juga diam dan tidak bicara apa-apa ketika papinya p**ang dari Lampung.

Hal itu malah makin mempermudah saya dan Susi yang masih sering bersenggama di rumah saya ketika saya p**ang kantor, dan ketika istri saya belum p**ang dari rumah orangtuanya. Dan saya akan masih terus akan menceritakan pengalaman saya dengan Susi.

Address

Depok
11150

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Cik Cik Gaming posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Cik Cik Gaming:

Share